Bab 23

1 0 0
                                    

Raka dan Muzayah sudah kembali, setelah satu setengah jam mereka habiskan untuk berjalan-jalan dan Raka yang menceritakan tentang masa kecil mereka. Muzayah membeli beberapa makanan dan begitu pun Raka, membelikan pesanan sang Mama.

Zibran sudah menyiapkan semua yang akan dibawanya. Dengan pakaian casual-nya, membuat Zibran semakin tampan dan juga dukungan dari wajahnya yang cuek, jadi wajar bukan hanya Revania yang jatuh hati pada Zibran. Si Ice Prince, begitu julukannya.

"Tumben, bawa banyak, Zib? Buat siapa?" tanya Muzayah, heran. Karena biasanya, Zibran yang lebih santai ketika pulang dari bepergian. Zibran tidak mau repot dengan membawa banyak kantong, atau titipan yang merepotkannya. Jadi, lebih sering Muzayah atau Yasa yang dititipkan.

"Buat Ibu dan Ayah," jawab Zibran. Selalu begitu adik Muzayah yang satu ini. Cueknya hampir membuat Muzayah ingin mencakarnya. Menyebalkan!

Yasa tadi menemani Revania membeli oleh-olehnya, sebenarnya mereka pergi bertiga dengan Zibran, tetapi Zibran memilih berpisah dna meninggalkan Yasa dengan Revania.

Wajah sendu Revania tertangkap netra Yasa, dan itu mengganggunya. Yasa mengajak Revania ke daerah time zone untuk menghibur. Mereka bermain banyak permainan yang menguras tenaga mereka, tetapi juga ada tawa bahagia di antara mereka. Seperti Revania yang tertawa terbahak karena Yasa yang tidak paham gerakan di mesin Dance.

Saat ini Yasa membantu Zibran memasukkan barang bawaan ke bagasi mobil. Yang lain sudah masuk ke dalam mobil dan membereskan sedikit makanan untuk camilan di perjalanan nanti.

Lisna membawakan beberapa kue kesukaan Revania dan juga Muzayah untuk mereka bagikan pada orang rumah. Angga dan Lisan mengantar mereka sampai depan rumah.

"Bawa mobilnya hati-hati, Ka! Jangan ngebut, baca doa!" ucap Angga menepuk bahu Raka yang sudah duduk di depan kursi pengemudi.

"Bang, pulang dulu. Pekan depan harus pulang, loh! Ini perintah Ibunda Ratu." Muzayah menyembulkan kepalanya dari jendela.

Angga terkekeh dan mengusap kepala Muzayah dan itu membuat kerudung Muzayah sedikit maju, Muzayah mencebik dan menyingkirkan tangan Angga.

"Iyaa, InsyaAllaah nanti pulang," ujar Angga.

Raka mengklakson dan menjalankan mobilnya, meninggalkan halaman rumah Angga. 

"Gimana tadi perginya, Ka? Dia sudah ingat janjinya?" tanya Yasa melirik Muzayah.

Raka terkekeh pelan. "Ingat, Bang, malah pengen langsung dilamar," kata Raka menggoda Muzayah.

"Heh!" Muzayah memelototkan matanya di kaca depan. Raka dan Muzayah bertatapan sebentar, Muzayah langsung menghindari tatapan menggoda Raka.

"Nyebelin banget!" Muzayah mencebik.

Sedangkan Revania hanya menyenderkan kepalanya ke kaca jendela mobil. Menikmati pemandangan yang masih banyak pohon, membayangkan akan seberapa patah hatinya dia ketika melihat pujaan hati Zibran nanti.

Old PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang