Revania berdecak dan mengerling, mengabaikan pertanyaan Yasa. Pandangannya masih fokus ke depan, menghela napas untuk mengurangi sesak di dada.
Revania merogoh saku jaketnya, mengambil permen coklat miliknya yang tersisa dua. Yasa menyomot satu tanpa izin terlebih dahulu, dan membukanya, mengunyah dengan memejamkan mata, seolah menikmati permen terenak di dunia.
"Hmmm, enak nih ... pas, buat menghempaskan galau," ujar Yasa menggoda Revania.
"His! Lebay, Bang Yasa. Hahaha." Revania tertawa sampai menggelengkan kepalanya, melihat Yasa yang berlebihan.
"Nah, gitu dong, kan cantik." Yasa menatap lurus langsung ke mata Revania.
Revania juga menatap Yasa, tetapi Revania buru-buru memalingkannya. "Maaf, ya, Bang, untuk saat ini, Vania mau menetralkan hati dulu sebelum membukanya lagi," ujar Revania yang menundukkan kepalanya dan tersenyum.
"Dicariin, ternyata di sini, Bang Yasa, Vania." Yasa dan Revania berbalik dan melihat Muzayah yang memanggilnya dari depan pintu. "Vania, kata Kak Raka, pamitan dulu, ayo!" ajak Muzayah.
Revania mengangguk dan berbalik, tetapi tangannya terasa hangat, Yasa menggenggamnya dan menarik Revania yang bergeming. Revania menatap wajah Yasa memerah sampai ke kuping dan mengulum bibirnya, tersenyum.
****
Yasa dan Muzayah mengantar Raka sampai depan pintu, Yasa bersyukur karena sikap Muzayah yang sedikit melunak pada Raka. Zibran ke mana? Dia sedang bucin pada Chelina di dalam, enggan untuk mengantarkan Raka, sedangkan Revania sudah lebih dulu memasuki mobil."Bang, balik dulu gue, titip calon istri ya," ucap Raka sembari menjabat tangan Yasa dan setelahnya di balas tonjokan pelan di bahunya.
Raka beralih menatap Muzayah yang mengangkat bibir atas sebelah kirinya. "Sana pulang, enggak usah balik lagi!" kata Muzayah.
"Nanti kamu kangen, Muza," ujar Raka menggoda Muzayah dengan menyipitkan matanya. "Okey, aku pulang. Bye, calon istri." Raka melambaikan tangan dan masuk ke mobil.
Mobil Raka sudah menjauh, Yasa dan Muzayah masuk dan menutup pintu. Muzayah bergabung dengan Chelina dan Zibran yang sedang menonton film, mengaktifkan data ponselnya yang sedari tadi mati. Ada dua panggilan dari Atika dan beberapa pesan juga.
Atika
Assalamualaikum, Muzayah. Gimana liburannya, seru? 08.05Aku hari ini mau anter kue pesanan Umminya Kak Anhar, aku deg-degan banget, Za. Semoga nanti enggak ketemu, deh. 08.30
Ih, Muza, kamu nge-blok Whatsapp aku, ya?! 10.12
Muzayah terkekeh membaca pesan terakhir Atika. Ya, sejak Atika menceritakan perasaanya, Muzayah mulai memaafkan Atika. Walaupun, Muzayah sebenarnya tidak ada hak untuk marah pada Atika.
Dua hari nama Anhar terhempas dari pikirannya, tetapi sekarang Atika malah mengungkitkannya lagi. Hatinya memang mulai terbuka untuk Raka, tetapi tidak bisa dipungkiri juga, masih ada nama Anhar yang mendominasi.
Muzayah
Maaf-maaf, aku enggak aktif data, tadi. Terus gimana tadi, ketemu enggak?Atika
Ya Allah, Muza, akhirnya bales juga. Aku takut kamu masih marah.Aku niatnya waktu kasih kue itu mau langsung pamit pulang, tapi ditahan sama Ummi Indah. Disuruh duduk, sambil ngeteh, sambil ngobrol-ngobrol sedikit.
Awalnya juga aku kira enggak bakal ketemu, soalnya rumahnya sepi. Eeh, tapi, Muza ... tiba-tiba dia nongol dari luar, waktu aku nunggu Ummi yang lagi di dapur. Aku langsung gugup, Muzaaa.
Muzayah bisa merasakan euforia Atika saat ini, antara bahagia, dan sedih Muzayah menanggapinya. Namun, sebisa mungkin Muzayah menahannya karena janji itu yang memberi Muzayah kekuatan, setidaknya ada alasan bagi Muzayah, membuka hati untuk Raka dan melupakan Anhar.
Muzayah
Aduuh! Camer baik banget, sih. Ahahah.Atika dan Muzayah larut dalam chattingannya. Kadang tertawa geli, dan kadang juga Muzayah hanya tersenyum sendu. Dilema yang dirasakan Muzayah membuatnya menyudahi chattingan dengan Atika.
Muzayah
Atika, sudah dulu, ya. Aku ngantuk.Oiya, besok aku bawain kamu oleh-oleh. Okey.
Atika
Waah, MaasyaaAllaah, makasih. Okey selamat tidur Muzayah.Muzayah meletakkan ponselnya di atas nakas, lalu berbaring telentang menatap langit-langit kamarnya.
"Mungkin, tidur lebih awal bisa melepaskan sejenak beban hati dan pikiran saat ini," pikir Muzayah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Old Promise
RomanceBlurb : Katanya, apa yang kita ucapkan ketika masa kecil dulu adalah takdir yang akan kita jalani. Jika benar, berarti janji yang diucapkan Muzayah pada Raka akan menjadi nyata. Sebuah janji untuk menikah ketika mereka sudah dewasa. Namun, sepertiny...