Assalamualaikum wr wb
Seperti yang sudah saya tulis di catatan sebelumnya, nama saya Mikha Hakiki. Saya anak kedua dari dua bersaudara. Ayah saya dulunya guru SD, tapi sudah pensiun saat saya kelas lima. Ibu saya membuka toko kelontong untuk kebutuhan sehari-hari. Kakak saya perempuan, membantu ibu jualan di toko. Kakak saya punya anak berumur 8 tahun yang berkebutuhan khusus.
Ayah saya sudah tua. Tahun ini usianya enam puluh enam. Ibu saya masih empat puluh enam tahun. Memang, ayah dulu terlambat menikah. Baru di usia tiga puluh lima, ayah menikahi ibu yang masih lima belas tahun. Mungkinkah ayah saya pedofil*?
Tapi berkaca pada ayah dan ibu yang jarak usianya dua puluh tahun, saya jadi tidak terlalu khawatir meski sampai sekarang saya belum pernah pacaran. Mungkin jodoh saya belum lahir. Selain itu, saya malas berurusan dengan perempuan. Cerewet seperti ibu dan kakak saya.
Ayah saya asli kampung sini. Ibu saya aslinya dari desa. Seperti kebanyakan perempuan desa pada umumnya, ibu saya dijodohkan di usia yang sangat muda. Akhirnya ibu pindah ke kota. Sampai saat ini, ibu saya masih sangat cantik dan modis.
Kecantikan ibu menurun pada mbak Sekar. Usia saya dan mbak Sekar terpaut sepuluh tahun. Mungkin saya anak hasil kebobolan yang tidak diinginkan. Makanya ibu lebih sayang pada botol tupperware dibanding saya.
Sama seperti ibu, mbak Sekar juga menikah muda. Setelah lulus SMA, mbak Sekar menikah dan langsung melahirkan Seno. Hanya saja, suami mbak Sekar pergi beberapa saat setelah Seno lahir dan sampai saat ini tidak tau dimana keberadaannya.
Saya tidak memiliki banyak teman di rumah. Hanya Dimas, satu-satunya anak yang diijinkan menjadi teman saya oleh Ibu. Ibu saya agak protektif, terutama pada Seno. Saat saya kecil, teman-teman saya sering mengejek Seno autis. Ibu saya marah dan memukul mereka pakai sapu. Sejak itu pula ibu melarang saya berteman kecuali dengan Dimas.
Dimas anak orang paling kaya di kampung. Rumahnya tingkat tiga. Kadang, saya sering ikut nongkrong bareng anak-anak di loteng rumah Dimas. Tapi kalau ibu tau, pasti ibu meneriaki saya untuk segera turun.
Ibu tidak begitu akur dengan tetangga. Sebab menurut ibu, para tetangga suka menghina keluarga kami. Terutama menghina Seno yang menderita childhood disintegrative disorder**.
Tapi tetangga baik pada saya. Jika tidak ada tetangga, saya pasti akan kesulitan mengerjakan tugas-tugas saya yang harus memakai komputer. Untungnya Dimas selalu berbaik hati meminjamkan laptopnya untuk saya gunakan.
Sudah, segitu dulu saja ya, bu. Terima kasih atas perhatiannya.
Catatan kaki :
*Pedofil : lelaki dewasa yang menyukai anak dibawah umur
**childhood disintegrative disorder : salah satu jenis autisme dimana penderitanya tumbuh normal hingga umur dua tahun, lalu mengalami penurunan baik di segi perkembangan motorik, bahasa maupun sosial.
***
Seperti biasa, pukul tujuh pagi aku menyerahkan tugas khusus ini ke meja Bu Ita di ruang BK. Bu Ita membaca catatanku dengan sangat seksama. Seperti biasa, ia selalu berkomentar, “Menarik!”. Kadang aku heran kenapa Bu Ita suka sekali mengucapkan kata menarik. Apa mungkin ia suka menarik tunai?
“Mikha, apa kamu malu untuk bercerita tentang kehidupanmu secara langsung?” tanya Bu Ita. Aku menunduk. Tidak menggeleng juga mengangguk. Dari dulu aku tidak pernah menceritakan masalah di rumahku pada siapapun. Entahlah, aku hanya takut dikasihani, atau yang lebih parah, dibenci.
![](https://img.wattpad.com/cover/262134241-288-k656078.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Catatan Kecil Mikha
ЮморMikha hanya seorang siswa biasa dengan nilai akademik biasa dan hidup biasa yang cenderung monoton. Hingga suatu hari ia ikut ketiga kawannya bolos jam upacara dan mendapat hukuman menulis. Dari situ akhirnya ia mulai menemukan hasratnya dibidan tul...