"Adik bungsu saya mengelola sebuah cafe. Kami sering berkumpul disitu. Sementara istri dari saudara saya yang lain mempunyai sebuah butik, saya tidak berkata begini karena mereka saudara saya, tapi mereka benar benar menjalankan usaha yang bagus." Seokjin tersenyum, "saya adalah kakak yang baik bukan? Mempromosikan usaha mereka seperti ini."
Jisoo tertawa, "benar. Anda kakak yang baik. Jika saya mempunyai sebuah toko, kakak saya mungkin akan berkata kepada temannya, 'jangan datang kesana, itu penangkaran orang gila.'"
Seokjin tertawa geli. Ia benar sebelumnya. Kim Jisoo selalu bisa membuat moodnya menjadi lebih baik dan lebih baik lagi.
Suara getaran ponsel di meja membuat mereka menoleh. Layar ponsel Jisoo menyala dengan nama Park Jinyoung tertera di display.
Jisoo membalik ponselnya agar layarnya mengarah ke bawah, tersenyum canggung pada Seokjin.
"Tidak diangkat? Saya akan pergi." Ucap Seokjin.
"Tidak. Tidak apa apa."
"Itu.. tunangan anda?" Seokjin tidak bisa menahannya. Pertanyaan itu.
Jisoo berkedip kedip menatap Seokjin, "darimana anda tau saya memiliki tunangan?" Mantan.
"Ehm, dari cincin di jari anda." Jawab Seokjin kikuk, "maaf jika saya lancang."
Jisoo merentangkan tangan kirinya, seolah baru menyadari cincin yang tersemat disana, "Oh." Ia mendongak menatap Seokjin dan tersenyum, "tidak, tidak apa apa. Tapi dia bukan tunangan saya." Dia adik mantan tunangan saya, "dia adik tunangan saya."
"Oh, begitu." Mendengar dari mulut Kim Jisoo sendiri, mengonfirmasi tebakannya, membuat Seokjin seolah disadarkan dengan keras. Bahwa dirinya benar benar tidak boleh berada dalam situasi yang membolehkan ia tertarik pada wanita ini, "ngomong ngomong, Pak Wakepsek mengajak kita semua minum malam ini. Anda akan datang?"
Wajah Jisoo berbinar senang, "Itu ide bagus! Sepertinya saya akan ikut!" Tuhan menolongnya untuk menghindari Jinyoung. Fikir Jisoo penuh syukur.
Suara getaran ponsel mengalihkan perhatian mereka lagi.
"Kalau begitu, saya permisi. Terimakasih atas bantuan anda Bu Kim." Seokjin menunduk lalu melangkah keluar dari UKS dan berhenti di balik pintu. Merasa dirinya bajingan ketika mendekatkan kepalanya ke daun pintu.
"Oh, Jinyoung-aah? Maaf aku tadi ada di kelas. Ah, sayang sekali, aku ada makan malam kantor hari ini. Jangan begitu, sosialisasi antar rekan kerja itu penting Jinyoung. Lain kali saja? Ya?"
Seokjin menegakkan kepalanya lagi, ia mengeluarkan ponselnya dan mengetikkan pesan untuk Hana.
'Aku minta maaf, kita tidak bisa bertemu malam ini. Nanti akan kuhubungi lagi.'
Menyimpan ponsel di saku celananya, Seokjin mengarahkan tatapan terakhir ke arah ruang UKS. Ia kemudian melangkah pergi dengan tersenyum simpul.
KAMU SEDANG MEMBACA
BELAHAN JIWA
FanfictionDunia Kim Seokjin tiba tiba terbalik. Dia terpaksa keluar dari kehidupan nyamannya. Dan karena itu ia bertemu dengan Kim Jisoo. Seokjin pun mulai mengenal Jisoo dan mulai tertarik padanya. Padahal, seseorang sudah ada di sisinya selama ini. Bisakah...