"Kenapa rasanya malah semakin buruk?" Jennie mengerutkan kening, menatap Jisoo, "kau stress?"
Jisoo tidak menjawab, bangkit dari posisi setengah berbaringnya setelah mereka menyelesaikan sesi pertamanya.
"Jisoo, kau tau kau tidak bisa meminum obat obatan sekarang, jadi kita hanya mengandalkan self healing."
Jisoo menghela nafas, meminum air mineral yang di sodorkan Jennie.
Jennie memperhatikan Jisoo, "apa ada yang terjadi antara kau dengan suamimu?"
"Kami akan berpisah."
Jennie menghela nafas tajam, "kenapa? Dia tidak menerima keadaanmu?"
"Anggap saja aku yang tidak mau dia tau keadaanku."
"Jadi dia tidak tau kau sedang menjalani pengobatan?"
"Ya."
"Dan soal kau hamil? Dia juga tidak tahu?"
"Ya." Jisoo membuang muka.
Jennie manatap Jisoo lama, lalu raut wajahnya terlihat kalah, "aku menyerah. Aku akan mentransfermu ke seniorku."
"Apa?? Tidak!"
"Aku mungkin bias melihatmu karena kita berteman. Aku tidak menanganimu dengan baik. Tidak ada kemajuan sama sekali sejak pertama kali kau kesini dan malah semakin memburuk."
Jisoo menggeleng, "itu salahku karena aku stress. Kumohon Jen." Kepanikan muncul di mata Jisoo, "kau satu satunya yang kuandalkan selain Oppa."
Jennie menghela nafas, "aku tidak bisa membantumu kalau kau tidak terbuka padaku! Kau ini ingin sembuh tidak sih??"
"Lalu aku harus bagaimana??" Jisoo meledak, "Ini seperti aku akan membawanya ke neraka bersamaku sementara dia masih menuduhku mencintainya hanya dua puluh persen!! Bagaimana kalau nanti dia meragukanku lagi?? Bagaimana kalau saat aku sudah sangat bergantung padanya, dia meninggalkanku??"
Jisoo turun dan mondar mandir, "sementara aku tidak tau serangan macam apa yang wanita brengsek itu akan lakukan lagi! Seokjin bisa dengan sekejap berpaling dariku dan bersamanya lagi!! Kau ingin aku menunggu momen itu terjadi?? Tidak akan! Lebih baik kuakhiri sekarang selagi aku masih sanggup berdiri di atas kedua kakiku!"
Anda pengecut.
Tiba tiba terdengar lagi ucapan Seokjin dahulu, ketika lelaki itu menawarkan hubungan pada Jisoo dan Jisoo menolaknya karena takut akan kembali ditinggalkan,
"Ya aku memang pengecut!" Mata Jisoo liar menatap Jennie. Lalu mata itu bergetar dan mulai menjatuhkan air mata, "aku hanya takut hancur jika aku kehilangan dia!!"
Jisoo terduduk di sofa dan menangis disana.
Jennie memperhatikan dengan tenang. Suara tangis Jisoo bagaikan musik di telinganya. Pendekatan ini memang tidak bisa dilakukan pada sembarang pasien. Membuatnya meledak lalu mencurahkan isi hatinya. Jisoo begitu tertutup, berkata ingin sembuh tetapi masih menyimpan ke khawatirannya di dalam hatinya. Hanya memendamnya dan menjadikan itu bom waktu.
Jisoo bangkit lalu mulai mondar mandir lagi. Keran itu jebol. Jisoo mengungkapkan seluruh perasaannya pada Jennie.
Termasuk bahwa ia sebenarnya sangat mencintai Kim Seokjin.
KAMU SEDANG MEMBACA
BELAHAN JIWA
FanfictionDunia Kim Seokjin tiba tiba terbalik. Dia terpaksa keluar dari kehidupan nyamannya. Dan karena itu ia bertemu dengan Kim Jisoo. Seokjin pun mulai mengenal Jisoo dan mulai tertarik padanya. Padahal, seseorang sudah ada di sisinya selama ini. Bisakah...