Seokjin melebarkan kakinya, menepuk nepuk sofa di hadapannya, mengisyaratkan Jisoo untuk duduk disana. Jisoo meletakkan botol air di meja lalu duduk diantara kedua kaki Seokjin. Seokjin menarik pinggang Jisoo mundur sampai punggung Jisoo menubruk dadanya. Dan sesuatu yang mengganjal di pantat Jisoo membuatnya menoleh ke belakang.
Seokjin menyengir.
"Kita akan bicara ya. Tidak melakukan yang lain." Jisoo menegaskan lagi. Mengingatkan tujuan mereka. Jisoo hendak berdiri tapi Seokjin menahannya.
"Ya kita akan bicara. Tetaplah seperti ini."
"Aku ingin melihat wajahmu ketika kau bicara."
Seokjin menggeser tubuh Jisoo, membuat Jisoo duduk miring, kaki wanita itu berada di atas kakinya, wajah mereka kini berhadapan.
"As you wish." Ucap Seokjin, "semuanya bisa dibicarakan baik baik dan kau mendapatkan keinginanmu."
"Menyindir?" Tanya Jisoo, tersinggung.
"Tidak. Tapi kalau kau merasa ... itu bukan salahku." Jawad Seokjin kalem. Binar canda di matanya.
Jisoo memperhatikan Seokjin dengan senyuman di wajahnya. Seokjin terasa berbeda. Terasa lebih bebas, lebih hangat, lebih percaya diri.
Dan Jisoo menyukainya.
Jisoo memajukan wajahnya, mengalungkan tangannya ke tengkuk Seokjin, bibirnya meraup bibir penuh Seokjin.
Seokjin mendesah, membalas ciuman Jisoo dengan sama bersemangatnya.
"Jisoo?" Gumam Seokjin, disela sela menggigiti bibir bawah Jisoo, "kita akan bicara atau melanjutkan ini?" Tanyanya sambil menyapukan bibirnya di rahang Jisoo, "aku tidak keberatan jika kita melanjutkan yang ini, tapi aku tidak mau kau menyalahkanku."
Serta merta Jisoo memegang kedua pipi Seokjin dan menjauhkan wajahnya dari wajah lelaki itu. Tersenyum innocent, "ayo bicara." Ucapnya tenang.
Bisakah seseorang jatuh cinta berkali kali pada orang yang sama? Fikir Seokjin, menatap Jisoo. Karena wanita ini membuatnya jatuh cinta lagi.
Mata Jisoo melembut, ujung jarinya menyentuh pipi lembut Seokjin, "bicara, Seokjin-aah. Aku ingin menyudahi perasaan ini. Yang selalu merasa melangkah diatas es."
"Kau menyinggung soal cincin itu. Ya. Aku membelinya untuk melamar Hana. Bertahun tahun yang lalu. Dia menolakku sebelum aku sempat mengeluarkan cincinnya. Berkata ingin fokus pada karirnya. Aku menghormati keputusannya jadi aku menyimpannya untuk ku keluarkan suatu saat nanti. Dan saat itu tidak pernah terjadi. Aku mengeluarkannya justru beberapa minggu yang lalu, untuk menjualnya."
Jisoo tidak bisa menyembunyikan raut kaget dari wajahnya.
Seokjin mengeluarkan ponsel dari sakunya, mencari cari sebentar dan menunjukkannya pada Jisoo.
Itu ruang obrolan Seokjin dan Yerim. Bertanggal dari hampir sebulan yang lalu.
'Katanya mau memberiku cincin? Mana?'
'Aku cari dulu barangnya.'
'Cincin apa itu? Milik Bibi? Boleh kupakai?'
'Cincin yang kubeli untuk mantan pacarku dulu. Terserah. Mau kau pakai, atau mau kau jual.'
'Kalau aku jual uangnya untuk ku! SEMUANYA!'
KAMU SEDANG MEMBACA
BELAHAN JIWA
FanfictionDunia Kim Seokjin tiba tiba terbalik. Dia terpaksa keluar dari kehidupan nyamannya. Dan karena itu ia bertemu dengan Kim Jisoo. Seokjin pun mulai mengenal Jisoo dan mulai tertarik padanya. Padahal, seseorang sudah ada di sisinya selama ini. Bisakah...