Pagi itu, Jisoo langsung merasakan pusing di kepalanya. Dan rasanya matanya lengket sekali sehingga sulit untuk di buka. Kedua hal itu menyita perhatiannya sampai ia juga menyadari hal lainnya.
Bahwa ia berbaring di atas permukaan yang lembut. Yang hidup. Itu terbukti dari suara detakan yang terdengar jelas di telinganya.
Dan hidungnya juga tidak akan berbohong. Bahwa jelas ia mencium aroma tubuh suaminya.
Jisoo berjuang untuk membuka matanya. Mengusapnya sedikit untuk menghilangkan sisa sisa air mata yang masih membekas disana.
Dia praktis berbaring di atas tubuh Seokjin. Kepalanya berada di dada pria itu. Lengan Seokjin melingkari pinggangnya.
Jisoo mengangkat wajahnya, bertumpu pada tangannya, untuk bertatapan langsung dengan Seokjin.
Mata lelaki itu langsung tertuju pada Jisoo. Seolah dia memang sudah bangun dari tadi. Atau tidak tidur semalaman.
Melihat dari wajahnya yang kacau, sepertinya yang kedua.
"Hai." Suara Jisoo serak. Ia berdehem untuk melegakan tenggorokannya, "Hai." Ulangnya. Menyunggingkan senyum.
Seokjin hanya menatapnya dengan pandangan yang sulit untuk diartikan.
Perlahan, Jisoo turun dari atas tubuh Seokjin dan lelaki itu langsung bergerak. Meskipun menahannya, Jisoo dapat melihatnya, bahwa Seokjin merenggangkan tubuhnya yang pegal.
Seokjin menegakkan duduknya. Menghela nafas panjang. Ia lalu turun dari tempat tidur, lalu berhenti. Menatap Jisoo.
Jisoo duduk bersimpuh di kasur, tangannya menahan tangan Seokjin yang hampir melangkah pergi. Jisoo segera turun dari kasur dan memeluk Seokjin erat erat. Tangannya ia lingkarkan ke sekeliling pinggang Seokjin. Jisoo menyelusupkan wajah di dada Seokjin.
"Maaf." Bisik Jisoo, "maafkan aku."
Perhatian Seokjin teralih. Jisoo berbicara informal padanya.
"Aku tau aku bertingkah gila semalam. Aku sadar, tapi aku tidak bisa menghentikannya." Jisoo mengeratkan pelukannya pada Seokjin. Lalu ia mendongak menatap Seokjin, "maafkan aku, Seokjin-aah."
Apalagi ini? Fikir Seokjin, menatap Jisoo bingung. Apalagi sekarang?
Jisoo berjinjit, meraih wajah Seokjin dan mencium bibir penuh lelaki itu. Ia memejamkan mata, tangannya menangkup pipi Seokjin, bibirnya bergerak diatas bibir Seokjin.
Setelah beberapa detik yang penuuh kekagetan, Seokjin meraih bahu Jisoo, melepaskan diri.
Jisoo kembali berdiri dengan tumitnya, ia mencebik, "aku tau aku terlihat mengerikan sekarang. Tapi masa kau sampai tidak mau menciumku, hmm?"
"Saya akan memakai kamar mandi di bawah." Ucap Seokjin, lalu buru buru meninggalkan kamar, meninggalkan Jisoo.
Ketika Jisoo turun ke dapur, Seokjin tengah memasak dengan Namjoon duduk di meja makan.
"Selamat pagi kakak ipar." Sapa Namjoon, dimpelnya mengintip.
KAMU SEDANG MEMBACA
BELAHAN JIWA
FanfictionDunia Kim Seokjin tiba tiba terbalik. Dia terpaksa keluar dari kehidupan nyamannya. Dan karena itu ia bertemu dengan Kim Jisoo. Seokjin pun mulai mengenal Jisoo dan mulai tertarik padanya. Padahal, seseorang sudah ada di sisinya selama ini. Bisakah...