PART 11 : MEET THE PARENTS Part 1

1.3K 179 13
                                    


Seokjin tidak terkejut dengan pertanyaan Jisoo. Bahkan lelaki itu tidak berkedip sama sekali. Jisoo jadi ingin menendang dirinya sendiri karena baru memikirkan tentang itu sekarang.

Dan bayangan itu jadi muncul di otaknya. Dia dan Seokjin ...

Jisoo tiba tiba merasa panas. Salahkan hormonnya. Dia sudah sendirian selama lebih dari empat tahun. Sandara menyebutnya 'jarang di belai'. Jadi sekali di senggol, hormonnya menjadi tidak tau diri.


"Saya ingin melakukannya. Dengan kamu." Ucap Seokjin pelan. Lelaki itu menoleh sesaat, tersenyum melihat wajah panik istrinya, "tapi tidak dalam waktu dekat. Kita akan perlahan menjalaninya. Santai saja Jisoo-ssi."


Apa Jisoo harus bersyukur? Atau justru kecewa?


"Lalu, kita akan tidur di kamar yang terpisah? Dimana kita tinggal nanti? Apa saya tetap tinggal di rumah saya dan kamu di rumahmu sendiri?" Tanya Jisoo bertubi tubi.

Seokjin tertawa, sudut matanya berkerut, "Lalu untuk apa kita menikah jika seperti itu? Saya ingin melihat kamu setiap hari dari saya membuka mata sampai saya menutupnya kembali." Ucapnya, "saya akan tidur seranjang denganmu. Mau dimanapun kita tinggal nanti, saya ingin kita tidur dalam ranjang yang sama. Tidak ada seks sampai kita berdua siap. Tapi tidak dengan tidur terpisah. Kamu keberatan?"

Aneh karena rasanya semuanya berjalan lancar. Dia menyetujui kesepakatan demi kesepakatan yang mereka sesuaikan bersama.

"Tidak. Saya setuju."

"Saya berpendapat kalau kita lebih baik tinggal di rumah saya. Saya tinggal bersama Namjoon, tapi dia lebih banyak ada di studionya, kadang saya tidak melihatnya selama berhari hari. Jadi rasanya seperti tinggal sendiri saja. Yerim terkadang menginap, dia punya kamar di lantai bawah. Kamar saya kamar utama, yang paling besar di lantai atas. Kamar Tae kosong sejak dia pindah." Tutur Seokjin, "tapi saya akan menerima apapun keinginan kamu. Kalau kamu ingin menyewa flat untuk kita tinggal bersama, tidak masalah."

"Kalau saya ingin kamu yang pindah dan tinggal di rumah saya?"

Seokjin tersenyum simpul, "itu akan menyinggung harga diri saya, tapi jika kamu memaksa, saya akan berkompromi dengan itu."


Jisoo hanya iseng menanyakannya, tapi jawaban Seokjin menambah nilai plus untuk penilaiannya terhadap lelaki itu. Well, katalisator nilai untuk Seokjin sudah jebol.


Rumah Jisoo sudah terlihat. Jisoo menelan ludah. Jantungnya berdentam keras di dalam dadanya.

"Kita pikirkan itu nanti, sekarang, saatnya menghadapi orang tua saya." Gumam Jisoo.

Seokjin memarkir mobilnya di depan rumah Jisoo. Dia melepas seatbeltnya, lalu menjulurkan tubuh, membuka seatbelt milik Jisoo dan memeluknya.

Jisoo memejamkan mata, menikmati kehangatan yang mengalir lewat tubuh Seokjin. Sekarang dia sudah memiliki seseorang tempatnya bergantung. Rasanya masih sulit untuk di percaya. Perlahan, detak jantungnya melambat.

"Tenanglah. Ada saya." Bisik Seokjin.


Benar. Kim Seokjin ada di sisinya. Dia tidak perlu mengkhawatirkan apapun.





BELAHAN JIWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang