PART 19 : NAMA YANG AKAN SELALU ADA

1.5K 130 31
                                    


Pagi itu sangat cerah. Sinar matahari menyapa sisa sisa air hujan semalam di sela sela dedaunan. Menelusup masuk melalui celah celah tirai jendela. Memberi kehangatan untuk ruangan yang sebenarnya sudah terlalu panas untuk dihangatkan kembali.


Ponsel Seokjin bergetar, menyala di atas meja. Sayangnya, sang pemilik sedang terlalu sibuk untuk melihatnya. Istri cantiknya sedang berada di atas pangkuannya, menciumnya dengan gairah yang meledak ledak. Seokjin tidak punya waktu, atau perhatian untuk barang sedikit saja melirik ponselnya.


Tapi rupanya si penelepon juga sangat gigih. Baru sedetik berhenti bergetar, benda itu kembali menyala menampilkan nama yang sama. Seolah bertekad untuk mengganggu aktifitas pagi Seokjin.


"Brengsek." Desis Seokjin, melepaskan pagutannya pada bibir Jisoo, merasa terganggu dengan suara getar yang terus terusan. Dia meraih ponselnya. Dan melihat layarnya. Panggilan dari Kim Namjoon baru saja berhenti. Dan langsung menyala lagi dengan penelepon yang sama.


Jisoo merambat turun ke bawah tubuh Seokjin. Membuat lelaki itu menggertakkan giginya menahan desahan yang ingin keluar padahal ia sudah menekan ikon hijau pada ponselnya.


"Apa??"

"Hyung dimana? Sudah pulang? Kau baik baik saja? Kemana saja semalam? Aku setengah mati khawatir pada Noona!"


Seokjin menatap ke bawah dan mendapati Jisoo menyeringai padanya. Lalu Jisoo menunduk dan Seokjin hanya bisa melihat rambutnya yang hitam saja. Kemudian Seokjin tidak bisa berfikir untuk menjawab pertanyaan Namjoon. Otaknya macet karena apa yang sedang Jisoo lakukan. Seokjin mendesis mengumpat.


"Hyung!" Protes Namjoon mendengar umpatan Seokjin.


"Aku sibuk. Jangan telepon lagi!"

"Tunggguuuu!!!"


Jisoo menegakkan tubuhnya. Menduduki paha Seokjin dan Seokjin mengerang pelan. Jisoo merampas ponsel dari tangan Seokjin.

"Namjoonie? Jangan ganggu kakakmu. Dia sedang sibuk denganku. Bermainlah dengan yang lain." Jisoo lalu memekik dan terkikik ketika Seokjin membalikkan tubuhnya.


Kikikan itu berubah menjadi desahan.


Dan ponsel Seokjin terlempar entah kemana.




*




"Kita tidak akan terlambat jika tadi kau segera bangun. Tapi kau malah 'sebentar lagi Soo-yaa. Sebentar saja.' Aku tidak akan mempercayai itu lagi." Gerutu Jisoo. Menatap cemas pada rambu lalu lintas yang masih memperlihatkan warna merah.

"Aku tidak mendengar kau protes tadi. Yang kuingat hanya 'Ah, lagi, lagi.' ADUUHH!!" Seokjin mengaduh ketika Jisoo mencubit perut datarnya.

"Kau menyebalkan sekali." Jisoo mencebik sementara Seokjin terkekeh. Mengulurkan tangan ke samping, mengelus kepala Jisoo.

BELAHAN JIWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang