Kim Jung Hoon mengerutkan kening melihat interkom dan melihat siapa yang mendatangi rumahnya malam malam. Ia menoleh ke belakang dan mendapati Jisoo tengah duduk bermain bersama dua anaknya.
Lelaki berumur awal empat puluhan itu melangkah menuju pintu utama dan membuka pintu. Menunggu Kim Seokjin berlari melintasi halaman setelah ia membuka kunci gerbang.
Seokjin terengah ketika sampai di depannya, "Hyungnim."Ucapnya dengan nafas memburu, "aku ingin bertemu Jisoo."
"Kenapa kau lama sekali baru datang?" Gerutu Jung Hoon, "dan kenapa kau datang malam malam begini?? Bukankah kau baru bertemu dengannya tadi?"
Seokjin melongokkan kepalanya ke balik tubuh Jung Hoon. Tidak sabar untuk dapat melihat Jisoo.
Jung Hoon mendesah dramatis, memiringkan tubuhnya, "sana! Jisoo di dalam."
Tanpa diperintah lagi, Seokjin menerobos masuk. Fokusnya hanya tertuju pada satu orang. Dan ketika ia melihat Jisoo, duduk di atas karpet dengan kertas gambar dan kedua keponakannya di sekelilingnya, Seokjin langsung menghampiri dan memeluk Jisoo.
"Paman Jin!" Seru si sulung, ikut dalam pelukan itu sementara adiknya juga berteriak dan menyeruak bergabung bersama.
Jisoo kaget. Tangannya otomatis menahan pinggang Seokjin dan tangan satunya memegang tubuh keponakannya yang menyeruak masuk diantara tubuhnya dan Seokjin.
"Apa.. Apa.. Seokjin?"
Kakak ipar Jisoo muncul mendengar teriakan heboh kedua putranya dan mendapati empat manusia bergumul dalam pelukan yang meremukkan tulang. Matanya bertemu dengan milik Jisoo dan mengangkat alis bertanya. Jisoo sendiri kebingungan dengan situasi ini.
"Paman Jin kenapa menangis?" Tanya si sulung yang berada di punggung Jisoo sehingga bisa melihat wajah Seokjin. Tangan kecilnya meraih air mata di pipi Seokjin.
Seokjin mengurai pelukannya. Menundukkan kepalanya sedikit karena si bungsu menggelayuti lehernya setelah mendapat space yang lebih besar.
"Karena Paman senang sekali bertemu dengan kau, adikmu dan Bibi Jisoo." Jawab Seokjin, matanya yang memerah bertemu dengan mata Jisoo.
"Jadi Bibi Jisoo menangis setiap malam juga karena Bibi senang tidur denganku?" Ucap Seungmin, si sulung, menatap wajah Bibinya.
Jisoo membungkam mulut bocah cilik itu dengan tangannya panik sementara sang ibu terkekeh di belakang mereka.
Seokjin menoleh dan menyapa, "Selamat malam Noonim. Maaf aku datang malam malam begini."
Ibu para Kim cilik itu mengangguk, "Kids, ayo saatnya tidur!"
Kedua bocah itu merengek dan memprotes. Masih ingin bermain. Seruan itu mendadak berhenti ketika sang ayah muncul di samping ibunya.
"Come on!" Perintah Nyonya rumah, menepukkan tangannya dan diikuti patuh oleh kedua anaknya setelah tatapan sang ayah memadamkan pemberontakan mereka.
Jisoo menoleh pada Seokjin, "apa yang kau lakukan disini?"
Seokjin menatap Jisoo dengan perasaan yang campur aduk. Ingin marah padanya, tapi juga ingin memeluknya lagi seperti tadi.
"Seokjin? Apa yang kau lakukan disini?" Ulang Jisoo, tidak mendapatkan jawaban dari Seokjin.
Seokjin berkedip. Ia mendongak menatap kakak iparnya yang berdiri tidak jauh dari mereka. Dia berdehem, "aku disini untuk menghentikan kekejamanmu terhadap diriku, dirimu sendiri dan anak kita."
KAMU SEDANG MEMBACA
BELAHAN JIWA
FanfictionDunia Kim Seokjin tiba tiba terbalik. Dia terpaksa keluar dari kehidupan nyamannya. Dan karena itu ia bertemu dengan Kim Jisoo. Seokjin pun mulai mengenal Jisoo dan mulai tertarik padanya. Padahal, seseorang sudah ada di sisinya selama ini. Bisakah...