Belongs To You - 2

3.4K 357 39
                                    

Pagi yang cerah di sebuah kediaman Brandon yang luasnya mencapai seribu tiga ratus meter persegi itu duduk seorang gadis muda yang sedang menghirup udara segar di taman dengan kursi rodanya.

Sinar mentari yang mengenai kulit putihnya membuat perempuan itu seperti putri yang bercahaya.

"Apa yang kamu lakukan di sini?"

Caca yang tadinya sedang memejamkan mata begitu terkejut saat suara itu menusuk indera pendengarannya. Pasalnya pria tinggi dengan tato di lengan kirinya itu tak pernah menyapa atau berbicara padanya.

"Aku ... aku hanya ingin menghirup udara segar," sahut perempuan itu gugup.

Pria yang tak lain adalah Brandon itu menatap Caca tajam, ia membungkuk perlahan dan hal itu membuat Caca semakin menunduk takut.

"Apa kamu masih berhubungan dengan adikku?" tanyanya datar.

Caca refleks menggeleng dan mengangkat kepala. "Aku benci adikmu," sahutnya ketus.

Brandon mengedikkan bahu. "Bukan salahnya sepenuhnya, kamu hanya terlalu bodoh memfilter lingkungan."

Caca mendongak dengan tatapan tak percaya. "Jadi semua ini salahku? Anda yang menabrakku juga kesalahanku?" geram Caca tajam.

Brandon tak menjawab, matanya mengamati beberapa pekerja yang membersihkan taman.

"Kamu dan adikmu sama saja! Pulangkan aku ke rumahku!" pekik Caca, ia tak tahu kemana hilangnya rasa gugup dan takut yang tadi dirasakannya.

Pria itu mengangkat sebelah alis dan berdiri dengan tegak. "Aku tidak akan melepas tanggung jawabku," sahutnya tenang.

"Aku berjanji tidak akan menuntutmu, lagi pula pria berkuasa sepertimu tidak akan terusik oleh tuntutan semacam itu," ujar Caca lugas.

"Aku tetap tidak mengizinkan."

Caca menghembuskan napas kesal, pria kejam ini benar-benar tak punya perasaan.

Gadis itu sangat ingat saat ia baru saja siuman, tak ada siapa pun di sampingnya karena laki-laki itu tak mengizinkan. Lalu setelah dia dinyatakan boleh pulang, para pria berbaju serba hitam membawanya ke rumah besar ini dengan alasan sebagai pertanggungjawaban sang tuan yang telah menyebabkan kondisi Caca jadi begini.

Entahlah, semuanya terlalu rumit saat gadis itu mengetahui bahwa Brandon adalah kakak sambung dari Randy, mantan pacar brengseknya yang malah berselingkuh dengan Sarah.

Caca juga sudah memblokir semua nomor teman-teman yang menurutnya toxic. Bukannya Caca tak bisa mandiri, hanya saja jika penyakitnya itu tiba-tiba kambuh, maka ia tak akan bisa melakukan apapun seorang diri.

Tapi temannya itu malah menganggap Caca manja. Padahal selama ini dia begitu baik pada mereka.

"Nona, anda diminta menemani Tuan Brandon sarapan di meja makan." Seorang pelayan datang tergopoh-gopoh ke hadapan Caca yang mengerutkan dahi heran.

"Kenapa dia tidak makan sendiri, Bi?" tanya gadis itu bingung.

Sang pelayan menggeleng. "Saya tidak tahu, Nona, dan saya hanya menjalankan perintah Tian Brandon," ucapnya.

Caca mengangguk pelan dan berusaha memutar kursi rodanya dibantu wanita paruh baya yang tadi memanggilnya.

Sesampainya di meja makan, Caca membeku seketika. Rasa sakit hati yang selama ini berusaha ia obati kini malah makin menganga. Brandon benar-benar tega ingin menyiksanya.

"Kemarilah." Suara berat pria itu makin membuat Caca marah. Apa Brandon pikir dia ini perempuan lemah?

Dengan wajah penuh amarah, Caca menjalankan kursi rodanya mendekat, lalu mantap orang-orang yang begitu di bencinya.

Romantic Short Story [SUDAH DIBUKUKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang