Kesalahpahaman Hati II

6.7K 595 78
                                    

Aku berusaha melepas lilitan dasi di tangan, ruam merah nampak menghiasi kulit pucatku. Aku meringis perih ketika berusaha membuka rantai di pergelangan kaki.

Kulangkahkan kaki menuju pintu dengan terseok-seok. Luka di hatiku begitu besar melebihi dari luka fisik yang Elang torehkan.

Aku masuk ke dalam kamar mandi, memindai penampilanku yang compang-camping di depan kaca, sungguh saat ini aku terlihat seperti korban pemerkosaan.

Delapan tahun yang lalu, aku adalah seorang siswi yang periang, meraih prestasi tinggi, serta aktif dalam beberapa organisasi.

Aku yang seorang bendahara OSIS seringkali ikut berkeliling kelas untuk sekedar memberi informasi atau penggalangan dana untuk kegiatan tertentu. Dari sanalah aku mengenal seorang Elang yang selalu terlihat kontras, rupawan di antara siswa lainnya.

Kami semakin dekat saat diadakan pertandingan basket antar sekolah, Aku sebagai anggota OSIS tentu sering berinteraksi langsung dengan ketua tim basket yang tak lain adalah Elang Bagaskara.

Semuanya berjalan begitu saja, hubungan kami semakin lengket meski belum ada status yang jelas.

Akhirnya, pada hari kenaikan kelas, Elang menyatakan perasaannya padaku, dan meminta aku untuk menjadi kekasihnya.

Senang? Tentu saja. Aku tak menyangka akan menjadi pacar seorang anak yang populer di sekolah ini. Tapi sayang, hal itu tak berlangsung lama, aku mengetahui kebusukannya tepat setelah kami selesai ujian akhir.

Selanjutnya, aku menutup semua akses untuk pria itu. Aku mencoba memulihkan hati dengan giat belajar di perguruan tinggi negeri pilihan papaku, dan syukurnya aku bertemu Gilang Mahendra di sana.

Aku membasuh diri dengan air dingin, berusaha menenangkan kembali hati dan pikiranku.

Dering ponsel dari luar kamar mandi menghentikan aktivitasku. Siapa yang menelpon hampir tengah malam begini?

Aku berjalan keluar kamar mandi, mengambil ponsel yang masih berdering nyaring. Nomor tak di kenal.

"Hallo ...."

"Delia ... maafkan aku sayang ... aku ... aku minta maaf," ucap suara di seberang sana.

"Gilang?" Aku membelalak tak percaya. Suara ini, aku masih sangat mengenalnya.

"Iya, Sayang, ini aku," sahutnya.

"Gilang ... kamu di mana?" tanyaku sedih.

"Maaf, Delia. Aku tidak bisa memberitahu kamu, tapi yang pasti aku baik-baik saja."

"Gilang ... maafkan aku, ini pasti gara-gara Elang, kan?" ucapku sendu.

"Jangan meminta maaf, Delia, ini bukan kesalahan kamu," bujuk pria itu.

"Aku ... aku ingin bertemu dengan kamu," rintihku pilu.

"Sabarlah, Delia. Aku pasti pulang, ku telpon lagi jika sudah bisa menemuimu, Oke?"

Aku mendesah pasrah, mungkin belum saatnya. "Baiklah, semoga secepatnya," sahutku.

"Ya, Delia. Jaga dirimu baik-baik, Sayang."

Sambungan terputus, aku mendekap ponsel di depan dada. Hatiku meratap perih, kenapa aku harus bertemu pria brengsek itu lagi?

___

SEBAGIAN DIHAPUS
EBOOK SUDAH TERSEDIA DI PLAYSTORE

ATAU KALIAN BISA BELI PDF NYA LANGSUNG KE PENULIS.
WA 0813-6202-7643

Romantic Short Story [SUDAH DIBUKUKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang