Belongs To You - 1

3.9K 357 41
                                    

Hey yooo ....
Apa kabar kalian semua? Lama tak bersua.

Btw, jangan tanya lapak Tuan Max yang ngegantung ya karena dia sudah punya lapak sendiri yang sudah END bahkan bukunya sudah jadi. 😁

Oke, kalian rindu SHORT STORY aku nggak?


Yuk, Cekidot!





Caca menggenggam stir mobil erat seraya memegang dadanya yang terasa begitu sesak. Penyakit asma-nya benar-benar kambuh di saat yang tidak tepat. Dia sedang berada dalam perjalanan menuju cafe dimana ia punya janji temu dengan sahabat dan juga pacarnya.

Namun, rasa sesak yang tiba-tiba datang membuatnya tak mungkin melanjutkan perjalanan. Caca segera meraih ponsel dan berusaha menghubungi kekasihnya.

"Hallo, Ran. Bisa tolong jemput? Asma aku kambuh," ucap Caca dengan susah payah, berusaha untuk mendapat bantuan.

"Aduh, Ca, aku lagi di toilet nih, mules banget perut. Telpon yang lain aja ya," ujarnya dan langsung memutus panggilan.

Caca berusaha mencari kontak temannya yang lain dengan susah payah, keringat dingin mengucur di pelipisnya. Tapi sayang, sudah lima teman yang dia hubungi tapi tak ada satupun yang bisa membantu.

Akhirnya ia memilih untuk melanjutkan perjalanan, berharap tak jauh dari sana ia menemukan sebuah klinik yang bisa menolongnya.

Susah payah gadis itu berusaha bertahan untuk tetap fokus mengendarai mobil meski dengan napas yang begitu berat. Tapi, tepat di persimpangan jalan dia tak bisa menghindari sebuah mobil yang melaju begitu kencang.

Caca menjerit histeris meski napasnya terputus-putus, hingga suara hantaman keras yang begitu nyaring merenggut kesadaran gadis malang itu.

Sementara teman-teman Caca yang sudah berkumpul di sebuah cafe tertawa gembira saling melempar lelucon.

Hingga sebuah berita yang dibawa oleh tamu yang baru saja masuk dengan kehebohan membuat mereka hening dan saling pandang.

"Iya, super super macet parah karena kabarnya salah satu pengendara meninggal di tempat," ucapnya dengan suara yang bisa didengar oleh seisi cafe.

Randy yang merupakan kekasih Caca segera merogoh saku karena perasaannya mulai tak enak.

"Nggak diangkat," gumamnya yang masih bisa didengar oleh teman-temannya.

"Coba lagi," sahut Vera yang tadi menolak permintaan Caca karena sedang asyik bermain game online.

Randy mengangguk, kembali menghubungi kekasihnya itu yang sampai kini belum juga tiba di tempat mereka janjian.

Panggilan terhubung, tapi bukan suara Caca yang ia dengar melainkan suara polisi yang memberitahu bahwa gadis itu mengalami kecelakaan parah yang menyebabkan mobilnya ringsek parah.

Randy terkejut bukan main, ia segera meraih kunci mobil dan berlari keluar cafe disusul oleh teman-temannya yang lainnya.

Sarah bahkan harus mengerahkan tenaga agar bisa menyamai langkah Randy yang tadi sebenarnya sedang bersamanya saat Caca menelpon.

Randy memacu kemudi dengan kencang menuju sebuah rumah sakit yang disebutkan sang polisi.

Hati kecilnya berdoa untuk gadis yang selama ini ia anggap terlalu manja dan selalu menyusahkan teman-temannya.

Ya, ia merasa Caca selalu saja membebani mereka dengan tubuhnya yang lemah. Tapi kali ini ia berdoa untuk gadis itu semoga saja dia selamat dari kecelakaan maut yang menimpanya.

Randy berjalan di lorong rumah sakit bersama kelima orang lainnya. Wajah Randy terlihat cemas, tapi hal itu tak berlangsung lama saat ia berhenti di ruangan yang ditunjukkan seorang perawat sebagai ruangan yang Caca tempati.

Ada seorang pria dengan setelan parlentenya duduk dengan mata terpejam di kursi tunggu. Randy sangat mengenali pria itu.

"Kakak Lo ngapain di sini?" tanya Sarah bingung.

Randy menggeleng dan segera menghampiri pria itu.

"Ngapain Lo di sini?" tanya Randy langsung.

Pria itu membuka mata perlahan, wajahnya terlihat lelah tapi tatapannya masih begitu tajam.

Belum sempat pria itu menjawab, seorang perawat keluar dari ruangan dan memanggil keluarga pasien.

"Saya suaminya," sahut Brandon hang tak lain adalah kakak sulung Randy.

"What?" Kelima teman Caca menatap Brandon tak percaya, sementara Randy mengepalkan tangan keras.

"Mari ikut saya," ucap sang perawat seraya membawa Brandon ke sebuah ruangan dimana seorang dokter telah menunggunya.

Brandon mendengar dengan serius setiap kalimat yang dokter itu ucapkan.

"Kemungkinan besar dia akan lumpuh," ujar sang dokter di akhir kalimat.

Brandon mengangguk. "Berikan perawatan terbaik untuknya," ucap pria itu datar.

Sang dokter mengangguk paham. Sudah pasti ia akan mengusahakan yang terbaik untuk semua pasiennya. Tapi untuk permintaan Brandon, si penguasa di negeri ini yang memiliki berbagai macam usaha yang maju pesat itu ia akan mengerahkan semua peralatan medis yang bisa menunjang kesembuhan gadis itu.

Caca Restinda sendiri tak punya sanak saudara di kota ini karena ayah dan ibunya berasal dari desa. Ia merantau sejak memulai dunia perkuliahan, hingga kini ia bekerja di sebuah bank swasta di ibu kota.

"Ran, kita pulang yuk," ajak Sarah yang kini mulai menguap karena jam sudah menunjukkan tengah malam.

"Tadi aku suruh kamu pulang dianter Vera nggak mau," ucap Randy seraya memainkan ponselnya. Membaca berita yang mengabarkan kecelakaan yang baru dialami kekasihnya itu.

"Ya aku nunggu kamu," sahut gadis itu.

"Aku nggak mungkin pulang, Sar. Aku--"

"Kalian bisa pulang, ada bodyguard yang akan menjaga perempuan itu di sini." Tiba-tiba Brandon muncul di hadapan keduanya.

"Lo belum jelasin ke gua kenapa Lo bisa ada di sini," ucap Randy tajam.

"Kamu bisa lihat langsung di berita yang pasti sudah beredar," sahut pria itu tenang.

Randy mengepalkan tangan. "Gue udah tahu berita Lo yang nabrak Cac, tapi bukan gaya Lo untuk turun tangan langsung ngurusin hal begini."

Brandon mengedikkan bahu dan hendak menjawab saat seorang perawat tiba-tiba keluar dari ruang perawatan Caca seraya menggeleng panik.

"Kondisi pasien menurun, segera panggil dokter!"

Beberapa perawat lainnya bergeerak cepat, hilir mudik ke sana kemari dengan tugas masing-masing.

Randy berdiri kaku dengan mata memerah, ia ingin ikut masuk melihat kondisi perempuan yang enam bulan ini menjadi kekasihnya, tapi para dokter dan oerawat melarang keras hal itu.

Tapi sialnya, ketika Brandon yang menerobos masuk, mereka tak berbau berbuat apa-apa. Padahal di sini Randy lah kekasih gadis yang sedang mempertaruhkan nyawa di dalam sana.

Kekuasaan Brandon memang benar-benar bisa menaklukkan segalanya.


Next or No?

Romantic Short Story [SUDAH DIBUKUKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang