Mr. Adante - 2

3.1K 567 64
                                    

Sumpah mati saat ini Nada merasakan jantungnya berdetak sangat kencang seolah hampir copot dari tempatnya. Tapi wanita itu berusaha tetap tenang dan mencoba untuk membalas ciuman dari pria itu.

Hansel tersenyum dalam ciumannya ketika merasakan Nada mulai membalas meski dengan sangat perlahan. Pria itu menarik tangan kekasih yang baru ditemuinya di bandara itu hingga ke atas kepala.

Pergerakan Hansel itu membuat Nada tak bisa berkutik saat pria berambut cokelat gelap itu mulai melancarkan serangan lain dengan tangan satunya.

"Hansel ... aku ... aku harus memasak makan malam untukmu," ujar wanita itu terpatah-patah karena degup jantung yang masih membara.

"Nanti saja, aku tidak butuh makan malam, aku lebih butuh ini," ujarnya seraya mendorong dan mengunci Nada di ranjang.

Wanita itu memejamkan mata, berusaha untuk menggali sedikit saja kewarasannya. Tapi entah kenapa seolah otaknya buntu dan tak bisa berpikir apa-apa. Rasa cinta yang dimilikinya membuat ia buta.

Terserah orang mau mengatakan ia bodoh dan wanita murahan. Nyatanya memang kali ini Nada tak bisa berbuat apa-apa. Ia seolah dihipnotis oleh aura Hansel yang begitu dominan.

"Ah, wanita bodoh. Kenapa kau jatuh cinta padaku, Hm?" gumam Hansel di sela-sela aktivitasnya yang menggebu.

Nada terbuai, ia terlena dengan kenikmatan yang Hansel berikan. Pria itu begitu lihai dan seolah memang berpengalaman.

"Aku ingin memakanmu, Baby." Hansel memposisikan diri, mencari celah untuk menyalurkan kenikmatan yang sejak tadi mendesaknya.

Ia benar-benar membutuhkan ini untuk mengalihkan pikirannya yang sedang kecewa dan kacau.

Pekikan nyaring Nada membuat Hansel tersadar dari kenikmatan yang menghanyutkannya saat ini.

Pria itu menatap Nada tak percaya. "Kau .... "

Nada tak kuasa menahan air mata, ternyata sakitnya luar biasa. Kenapa semua orang mengatakan bahwa ini nikmat? Nada sedikitpun tak merasakan kenikmatan di sini.

"Sakit sekali," lirih perempuan itu menatap pria yang menatapnya terkejut itu.

Hansel mengumpat sebelum menentukan diri dan memberikan ciuman pada wajah Nada.

"Aku tak menyangka ini, tapi sungguh jika aku berhenti akan lebih menyakitkan lagi. Apa aku boleh melanjutkannya?" tanya pria itu yang terdengar lebih manusiawi daripada sikapnya sejak pertama kali bertemu tadi.

Nada mengangguk karena toh semua sudah terlambat untuk disesali. Biarkan kali ini dia menjadi bodoh karena laki-laki.

Hansel mulai bergerak perlahan sembari tetap memberi kecupan-kecupan kecil di wajah wanita itu, berharap bahwa kecupannya bisa meredakan sedikit rasa sakit yang mendera Nada.

Hingga akhirnya Nada ikut terhanyut bersama gelombang asmara yang diciptakan oleh kekasih yang baru ditemuinya hari itu.

Berlanjut ke esok pagi, Nada terbangun dengan tubuh lelah dan terasa begitu lengket sekali karena mereka tidur hampir subuh tadi.

Wanita itu sedikit terganggu tidurnya karena mendengar suara ponsel Hansel yang terus berdering.

"Sudah kubilang untuk segera membatasi pergerakannya! Ya! Aku akan kesana satu jam lagi! Jangan berbuat gegabah dan bodoh!"

Nada mengerutkan dahi untuk memahami situasi saat ini. Apa memang Hansel sebenarnya punya pekerjaan di Indonesia? Tapi selama ini dirinya tidak pernah bercerita tentang hal itu kepada Nada. Bahkan ia tak selancar itu berbahasa Indonesia meski sedikit demi sedikit Nada sudah mengajarinya.

Wanita itu menggeleng keras ketika satu pemikiran terlintas di kepalanya. Tidak mungkin! Tidak mungkin ia salah orang. Nada berseru dalam hati dengan kepanikan.

Ia segera bangkit dan duduk di pinggir kasur dengan selimut yang menutupi tubuhnya. Wanita itu menatap Hansel yang kini juga sedang menatapnya tajam dengan tubuh polos serta celana pendek yang menggantung di pinggang.

"Siapa kamu?" tanya Nada dengan wajah was-was.

Pria itu bersedekap sembari berjalan semakin dekat.

"Aku Hansel," jawabnya singkat.

Nada menggeleng dan ia baru menyadari kebodohannya. Wajah mereka memang sedikit mirip, tapi tidak benar-benar sama.

Ketika di bandara ia tak melihat jelas karena pria itu memakai masker dan topi, malam tadi ia tak memikirkan hal itu karena terlalu kaget dan gugup setengah mati. Tapi bagaimana bisa ia menjadi sebodoh itu?

"Kamu pasti berbohong!" Nada tak ingin menangis, tapi air mata yang mengalir di pipinya seolah sedang menggambarkan bagaimana saat ini suasana hatinya.

Bagaimana bisa ia sebodoh itu mengenali pria asing dan lebih parahnya kini ia sudah menyerahkan segalanya pada laki-laki itu.

"Aku tidak berbohong," sahut Hansel datar. Ia kemudian mengambil tas ransel yang kemarin dibawanya, lalu mengeluarkan sebuah dompet dan selembar kartu nama untuk diberikan pada Nada.

Hansel Adante
General Manager of Adante Group

Nada mendelik tak percaya, Adante Group adalah perusahaan besar yang bergerak di bidang jasa. Salah satu anak perusahaannya adalah tempat dimana Nada saat ini terdaftar sebagai karyawan administrasi.

Kepala wanita itu spontan menggeleng, ia benar-benar tidak percaya dengan kenyataan yang ada di depan matanya.

"Kamu ... kamu bukan Hansel pacar saya!" ucap Nada masih dengan wajah super terkejutnya.

"Now, you are my girlfriend."

Nada terperangah tak percaya. "Kamu menipu saya," ujar wanita itu tak terima. Andai saja saat itu Hansel menolak dan segera menjelaskan padanya, pasti semua tidak akan jadi seperti ini.

Sementara Hansel yang saat ini sedang memakai kemejanya, menoleh sekilas seraya menaikkan sebelah alis. "Kau lupa siapa yang menyeretku ke sini?"

"Iya! Itu aku! Tapi karena aku berpikir bahwa kamu adalah pacarku."

"Yasudah! Sekarang Aku pacarmu. Apa susahnya?" Pria itu memungut jaket dan memakai tas ranselnya.

"I have to go. I'll call you later."

"Brengsek! Fuck you!" umpat Nada saat pria itu mencapai pintu dan hendak keluar meninggalkan wanita itu begitu saja.

"Yes, I'm." Hansel benar-benar pergi setelah itu dan meninggalkan Nada yang meraung seperti orang kesetanan. Bagaimana bisa ia sangat bodoh dan setolol itu? Lalu, sekarang bagaimana dia harus menghadapi Hansel pacar aslinya?

Apa mungkin pria itu sudah menunggu dan tersasar di bandara karena Nada keasikan dengan orang asing yang ia kira kekasihnya itu?

Wanita itu segera mengambil ponsel dan mengecek panggilan masuk maupun pesan yang ada, tapi anehnya tak ada satupun nama Hansel tertera di sana.

Hanya ada beberapa chat dari grup teman sekantornya. Lalu kemana Hansel sebenarnya?


END Tidak??? 🤪😜🤪
Gak mau tahu, kalian harus vote dan komeeeeen yang banyak baru aku lanjoooooot!!!!

Pecinta PDF harap sabar ya!!! 😂😂

Romantic Short Story [SUDAH DIBUKUKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang