Jenuh

52.3K 1.5K 65
                                    

Aku nulis ini sambil dengerin lagu Rio Febrian-Jenuh.

---

Rere menatap nanar pemandangan di depannya. Sepasang anak manusia yang tengah bersenda gurau di atas rerumputan hijau Universitas Negeri Jakarta, tempat mereka menimba ilmu selama ini.

Rano Pramudya yang tengah bercanda ria dengan seorang gadis yang Rere tahu seorang primadona di kampus ini.

Awal mula bertemu Rano adalah saat dirinya menjadi peserta MOS di SMAN 17 Surabaya, tepatnya 6 tahun lalu. Bagi Rere, Rano adalah sosok senior yang ramah dan murah senyum, karena itulah Rere diam-diam menyukai kakak kelasnya itu.

Hingga suatu kejadian membuatnya dekat dengan Rano, dan berakhir dengan menjalin hubungan sepasang kekasih.

Pahit manis mereka lewati bersama hingga Rano lulus dan memilih berkuliah di Jakarta. Menjalani hubungan jarak jauh begitu memberatkan bagi Rere, karena itu dirinya berjuang mati-matian untuk bisa menembus gerbang UNJ.

Begitu senang karena sang pencipta mengabulkan permintaan darinya.

Mereka kembali bersama-sama berjuang di Jakarta. Hingga tahun kedua Rano semakin sibuk dengan kuliahnya, dan Rere selalu menyemangati.

Sampai akhirnya tahun ketiga Rere mulai merasakan perasaan aneh itu, seperti gelisah dan sesak di saat bersamaan, terbangun di tengah malam dan menangis diam-diam.

Kadang Rere rindu, rindu pada sesuatu yang tidak dia mengerti, rindu pada kehidupan yamg entah seperti apa, yang jelas bukan seperti ini.

Rere menyadari Rano mulai berubah, semakin sulit di temui, terlalu banyak alasan yang Rano berikan, dan rere menerima.

Dulu, Rere begitu merasakan limpahan cinta dan kasih sayang Rano padanya, namun kini jauh berkurang.

Dan ini sudah berjalan hampir setahun.

Rere meremas ujung kaosnya sebelum melangkah mendekati pasangan yang kabarnya tengah dekat itu.

"Ran..." panggil Rere lembut.

Pria itu menoleh sesaat, lalu mengalihkan perhatiannya kembali saat sang primadona bersuara. "Gue duluan aja deh," ucap gadis itu seraya tersenyum manis.

"Eh, kok gitu, Nin? Katanya mau bareng?" cegah Rano.

Rere menahan napasnya mendengar perkataan pria itu.

"Cewek lo kangen tuh," ucap Nina sambil menunjuk Rere lewat dagunya.

Rano menghela napas tak rela. "Yaudah deh lain kali," kata Rano akhirnya.

Rano balas melambai saat gadis itu mengangkat tangan dengan riangnya.

"Ran..." tegur Rere lagi membuyarkan senyum manis di bibir Rano.

"Apa lagi, Re? Aku sibuk harus nemuin dosen pembimbing lima menit lagi."

"Aku cuma mau ngomong sebentar aja, Ran."

"Yaudah cepetan."

"Besok kamu bisa--"

"Nggak, besok aku ada bimbingan lagi," potong Rano cepat.

"Ran, kamu..."

"Apa? Ini masalah kuliah aku loh. Memangnya kamu mau aku nggak kelar-kelar skripsinya?"

Akhirnya Rere mengangguk lemah. "Yaudah kalau nggak bisa nggak apa-apa kok."

"Yaudah, aku mau nemuin Pak Bambang dulu, nanti pulangnya nggak bisa nganterin."

Rano pergi meninggalkan Rere tanpa menunggu jawaban gadis itu, gadis yang amat di cintainya, dulu.

🌸🌸🌸

Romantic Short Story [SUDAH DIBUKUKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang