Mr. Adante -1

3.8K 483 40
                                    

Nada menatap wajahnya sekali lagi di cermin untuk memastikan penampilannya kali ini benar-benar sempurna karena hari ini sangat bersejarah baginya.

Setelah menjalin hubungan jarak jauh selama setahun lebih dengan seorang pria bule di luar negeri, akhirnya pria itu memutuskan untuk datang ke Indonesia dan menemui Nada sebagai awal dari pertemuan mereka secara langsung.

Wanita itu tak berhenti tersenyum dan mengusap dadanya karena merasakan kegugupan yang luar biasa layaknya seorang remaja yang baru saja mengenal cinta.

Nada melirik jam tangan yang melingkar di tangan kirinya lalu keluar dari toilet dan berjalan menuju ruang tunggu bandara internasional Soekarno Hatta.

Wanita itu mengecek sekali lagi ponselnya dan menatap sebuah foto yang dikirimkan oleh pria itu sebagai petunjuk awal ketika mereka bertatap muka nanti.

Tak lama kemudian terdengar pemberitahuan pesawat mendarat yang itu artinya Nada tak lama lagi bertemu dengan sang pujaan hati.

Wanita itu sendiri saat ini sudah berdiri dan menunggu di pintu kedatangan internasional sembari mengamati orang-orang yang berlalu lalang.

Lalu, saat seseorang muncul dan berjalan ke arahnya, Nada merasakan jantungnya berdetak sangat kencang dan kegugupan semakin melanda dirinya.

Seorang pria dengan jaket kulit hitam serta masker dan topi berwarna senada dan tas ransel di punggungnya itu diyakini oleh Nada sebagai kekasih hati bernama Hansel yang sedang ditunggunya itu. Sebab poto yang dikirim pria itu sebelum berangkat itu sama persis dengan pria yang sedang berjalan di depannya itu.

Tak ingin membuat Hansel menunggu dan mencari-cari dirinya terlalu lama, Nada segera menghampiri pria itu dan menepuk lengannya pelan.

"Kamu Hansel, bukan? Aku Nada," sapa wanita itu dengan senyum mengembang, sejalan dengan jantungnya yang berdetak kencang.

Pria itu menoleh dan mengerutkan dahi untuk sejenak sebelum kepalanya mengangguk yang membuat Nada langsung bernapas lega.

"Ah, Syukur lah. Tidak terlalu sulit menemukanmu," ucap Nada dengan bahagia. Tentu saja ia bahagia, karena saat ini kekasih pujaan hatinya selama setahun lebih yang hanya berkomunikasi lewat telepon kini berada di depan mata.

Pria itu hanya mengangguk dan hal itu membuat Nada merasa sedikit canggung dan ia berpikir untuk mencairkan suasana dengan merentangkan kedua tangan menunggu pria itu masuk ke dalam pelukannya.

"Selamat datang di Indonesia, semoga aku tidak mengecewakanmu," ujar wanita itu dengan senyum terukir di bibir.

Sungguh, ia merasa takut dengan sikap Hansel kali ini. Pria yang selalu menyapa lembut dengan senyum penuh kasih itu kini hanya berdiam diri seolah membuat Nada berpikir bahwa Hansel merasa kecewa dengan wajah asli Nada yang mungkin saja diluar ekspektasi Hansel.

Sementara pria itu melirik ke belakang Nada sejenak sebelum menarik tubuh wanita itu untuk menyambut pelukannya.

Wanita bersurai hitam itu masa angetan melingkupi tubuhnya dan itu sangat nyaman sekali baginya. Senyum bahagia terukir di wajah wanita itu.

"Ayo, kita langsung ke apartemenku saja," ujar Nada karena sesuai perjanjiannya dengan Hansel sebelum terbang ke Indonesia. Ia tak mau memberatkan pria itu untuk menyewa hotel selama Hansel tinggal di sini.

Nada menggandeng tangan pria itu menuju mobilnya di area parkir.

"Biarkan aku yang menyetir. Kamu pasti lelah dan belum menguasai mengemudikan mobil di Indonesia," ujar Nada gembira.

Mobil berjalan meninggalkan bandara, ikut bersama mobil lainnya di jalan raya.

Tak lama, mereka tiba di kawasan perhotelan dan apartemen tempat Nada tinggal. Memang apartemen yang disewanya bukanlah unit elit yang akan menguras kantong karyawan seperti dirinya. Bahkan mobil yang digunakannya pun berkat cicilan dan kerja kerasnya menghemat selama ini.

Mereka turun setelah Nada berhasil memarkirkan mobilnya, lalu wanita itu menggandeng tangan Hansel menuju unit apartemennya di lantai sebelas.

"Selamat datang, ini apartemen kecilku. Kamu bisa istirahat di kamar itu dan membersihkan diri sekaligus di kamar mandinya." Nada menunjuk sebuah kamar kosong yang yang biasanya dipergunakan oleh adik laki-lakinya jika datang ke Jakarta untuk berlibur.

"Kau tidur dimana?" tanya Hansel datar.

Nada yang tadinya hendak memasak makan malam yang sudah ia siapkan tadi menoleh pada Hansel sebelum menunjuk sebuah pintu kamar yang ada di samping kamar yang akan Hansel gunakan.

Pria itu mengangguk sebelum berjalan memasuki kamar yang tadi sudah Nada tunjuk untuknya.

Wanita itu menghela napas seraya menatap bahan-bahan makanan yang sudah ia siapkan sejak pagi tadi. Awalnya ia ingin membuat makan malam romantis dengan sajian yang spesial untuk menyambut pria itu, tapi melihat sikap Hansel yang tidak antusias membuat Nada merasa ragu dan takut jika dirinya akan kecewa.

Tiba-tiba saja terdengar suara bantingan barang dari arah kamar yang tadi Hansel masuki. Hal itu tentu saja membuat Nada langsung berlari menuju kamar tersebut untuk mengecek keadaan pria itu.

Nada mendapati pria itu berdiri dengan tangan berdarah akibat menghantam cermin di sebelahnya.

Wanita itu terkejut bukan main, ia berpikir mungkin saja Hans marah dan kecewa karena Nada yang yang diluar ekspektasinya. Dia memang tidak secantik dan seputih wanita di luaran sana. Apalagi pekerjaannya yang menyita waktu membuat wanita itu tidak sempat untuk pergi ke salon setiap minggunya.

Nada memeluk tubuh pria itu yang menegang untuk beberapa saat. "Maafkan aku," lirihnya dengan air mata yang mengalir di pipi.

"Aku tidak akan marah jika setelah ini kamu memutuskan aku. Kita memang baru bertemu setelah setahun lebih berhubungan, tapi jujur saja sejak melihatmu di bandara hatiku benar-benar merasa tak karuan. Aku jatuh cinta meski sikapmu jauh berbeda dari biasanya." Nada menghela napas berat. "Aku tahu kamu pasti kecewa, kenyataannya aku tidak secantik wanita-wanita di luaran sana. Tapi demi Tuhan, aku sudah berusaha meminimalisir filter di fotoku agar tidak terlihat jauh berbeda dan nantinya membuatmu kecewa seperti saat ini."

"Hansel, sekali lagi aku minta maaf karena tidak sesuai ekspektasimu. Kamu boleh pergi dan meninggalkanku--"

Tiba-tiba saja Hansel berbalik dan menatap mata Nada tajam. "Do you really love me?"

Nada mengangguk kencang dan hal itu membuat Hansel berdecih sebelum kembali bersuara.

"Kalau begitu buktikan!" desisnya.

"Ma ... maksudmu? Bagaimana bisa aku--"

Belum sempat wanita itu menyelesaikan kalimatnya, Hansel sudah membungkam lewat ciuman yang sontam saja membuat Nada terkejut karena jujur saja dirinya belum menyiapkan diri meski dalam hati ia sangat tahu bagaimana bebasnya pergaulan pria di luar negeri sana.

"Balas dan buktikan padaku ucapanmu itu, Nada," geram Hansel di sela-sela ciumannya.






Cerita baruuu lagiiiii.
Tes ombaaaak. Kalau suka, aku lanjuuuuut.

Rameiiin yaaaa, jangan diem-diem baeeee!!!

Romantic Short Story [SUDAH DIBUKUKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang