I Just Wanna Crying

582 51 0
                                    

Suara kantong keresek yang jatuh membuat Hankyung dan Heechul menoleh dengan cepat.

Tetapi mereka hanya melihat sekelibat bayangan dan mendengar suara langkah kaki yang berlari menjauh.

"Siapa itu tadi ?" Tanya Hankyung sambil mengusap air matanya.

Heechul tidak menjawab. Ia hanya berdiri dan menghampiri kantong yang tergeletak di lantai dan melihat isinya.

***

Melihat Leeteuk yang berjalan cepat melewati ruang tengah dengan wajah kusut, Xiah meletakkan sendoknya dan meninggalkan makanannya untuk mengejar Teukie. Sedangkan yang lainnya bersikap biasa dan melanjutkan makan siang mereka karena dirasa tidak ada yang janggal.

Xiah setengah berlari menuju pintu utama. Namun, jejak Teukie sudah tidak ada lagi. Ia pun masuk kembali dengan tergesa-gesa.

"Changmin, cepat berikan aku kunci motormu."

Changmin memperlambat kecepatan mengunyahnya sambil mengerutkan dahi. Tetapi ia langsung merogoh sakunya untuk mengambil kunci motornya.

"Mau kemana... Hoi ?!"

Xiah menyambar kunci motor itu lalu berlari begitu saja.

Changmin dan yang lainnya bingung melihat Xiah yang terburu-buru. Beberapa dari mereka saling menatap sejenak, menaikkan bahu dan melanjutkan acara makan mereka.

Xiah melaju dengan cepat tanpa tujuan, tetapi tatapannya seperti elang. Hingga akhirnya ia tak sengaja melihat seseorang berjalan dengan lambat di atas trotoar sambil membawa kantong keresek di tangan kanannya.

Xiah pun langsung menyeberang jalan dan menghampirinya.

'Bruum'

Leeteuk terkejut mendengar suara knalpot keras yang berteriak di sampingnya dan mendadak berhenti. Pengendara itupun membuka kaca helmnya.

"Xiah ?"

"Hyung, kau tadi pergi kemana...?" Tanya Xiah dengan cemas.

Leeteuk mengangkat kantong keresek yang ia bawa untuk menunjukkannya pada Xiah.

"Tadi aku hanya membawa makanan, tapi aku lupa membawakan minuman."

Xiah merasa alasan itu tidak cukup untuk membuat Teukie tergesa-gesa dan menekuk wajah seperti tadi.

Melihat raut wajah Xiah yang tidak percaya, Teukie mencoba tersenyum. Namun, ujung bibirnya yang bergetar meyakinkan Xiah bahwa itu adalah senyum paksaan.

"Hyung, ingin pergi ke suatu tempat ?"

Teukie diam sejenak.

"Mn. Aku ingin..."

Setelah beberapa menit perjalanan, sampailah mereka di sebuah danau buatan, Danau itu tidak terlalu besar, namun keadaannya sangat tenang. Di kelilingi pohon hijau dan rumput serta ada beberapa kursi batu.

Mereka berjalan ke pinggiran danau lalu duduk sambil meluruskan kaki.

Teukie mengambil batu kecil di samping kakinya lalu melemparnya ke dalam danau.

"Hyung..." Panggil Kim Junsu dengan pelan.

Leeteuk pun menoleh. Lalu kembali memandang ke danau.

"Kami hanyalah grup project. Ada kemungkinan bahwa kami kelak akn dipisahkan..."

Xiah tersenyum,tapi bukan berarti ia senang jika Super Junior akan di pisahkan. Melainkan ia senang karena ini pertama kalinya Teukie mau membagi 'beban' padanya.

Selama masa trainee sampai debut, Teukie seperti kakak dan Ayah baginya. Teukie mendengar setiap keluh kesahnya, merawatnya ketika ia sakit, dan menasehatinya jika ia berbuat salah. Namun, Teukie tidak pernah membagi masalahnya dengan siapapun, di tambah lagi ia sangat pandai menyembunyikannya.

Jadi, setiap Teukie bersikap janggal, Xiah akan selalu menghampirinya. Karena ia takut terjadi hal-hal buruk pada Teukie yang ia tidak ingin menyebutkannya.

Jika Super Junior akan benar-benar di pisahkan, berarti ia akan kehilangan momen bersama ke sebelas adiknya. Ia tidak akan lagi mendengar tawa mereka, memisahkan mereka yang bertengkar, memarahi mereka yang bandel, dan yang utama, Ia telah gagal sebagai seorang pemimpin.

Teukie bersandar pada batang pohon yang ada di sebelahnya. Sekuat apapun ia menahan, air matanya telah menerobos bendungannya.

"Hyung..."

Xiah lalu merangkul Teukie dan menyandarkannya di pundaknya.

"Aku akan menemanimu disini..."

Aku akan menemanimu disini...
Aku akan menemanimu disini...
Aku akan menemanimu disini...

"Aku tidak tahu persis apa yang kau rasakan. Dan apa yang kau pikirkan. Tetapi, aku akan menemanimu disini."

Suara itu menggema dalam benaknya. Teukie terbayang saat Heechul dengan lembut memeluknya. Tetapi bayangan lain segera datang, yang membuat dadanya sesak, serta air matanya mengalir semakin deras.

"Xiah... Maaf, aku ingin menangis... Aku hanya ingin menangis..."

Xiah semakin erat memeluk Teukie.

"Tak apa. Menangislah. Ada aku bersamamu..."

Setelah dadanya terasa memiliki ruang, Teukie menjauhkan dirinya dari Xiah dan menghapus air matanya.

"Ini sungguh memalukan." Desah Teukie.

Xiah mengambil sapu tangan dari sakunya dan dengan pelan menghapus air mata Leeteuk.

"Tidak akan ada orang yang mengetahui hal ini, Hyung. Hanya kita yang tahu."

Leeteuk tersenyum kecil.

"Mn, terima kasih."

Melihat Leeteuk yang kembali tersenyum, Xiah pun ikut tersenyum dan merasa lega.

***

Heechul duduk di kamarnya seorang diri sambil membaca sebuah buku. Tetapi pikirannya menjalar ke tempat lain.

Orang mengatakan bahwa ia memiliki kepribadian buruk dan bermulut kotor. Bahkan ibunya sendiri mengatakan bahwa ia memiliki kepribadian yang aneh.

Selama ini, ia merasa tidak terlalu bersikap baik pada setiap orang. Hankyung mungkin tahan dekat dengannya karena ia orang yang mendekati dan mengajari Hankyung bahasa korea sejak pertama ia datang dari China, di tambah mereka selalu satu kamar sampai sekarang.

Namun, saat ia bertemu Jeong-soo,  atau 'Leeteuk' yang berarti 'istimewa', ia merasakan sedikit perubahan. Kepribadian Leeteuk yang ramah, hangat, dan mudah bergaul membuatnya sedikit belajar untuk bersikap lebih baik terhadap orang lain.

Meskipun Leeteuk kadang harus menghela nafas karena kepribadian Heechul, namun ia masih mendekati Heechul, mengajarinya, dan menasehatinya.

Dalam hati Heechul sangat menyayangi Teukie. Kadang juga ia menjadi merasa egois saat Teukie memperhatikan dan merawat orang lain juga.

Hankyung sedang mengalami masalah VISA, masalah fans, dan ia merindukan keluarganya. Heechul sadar hanya ia yang sangat dekat dengan Hankyung, ia juga sudah menganggapnya sebagai adiknya sendiri.

Akhirnya, tadi pagi sambil menangis Hankyung menumpahkan semua pada Heechul, dan Heechul pun tidak bisa untuk tidak memeluknya.

Heechul secepat kilat menyambar kunci motornya saat mengetahui Teukie pergi setelah menjatuhkan makanan kesukaannya di lantai.

Hingga di tengah jalan ia melihat Xiah berboncengan dengan Leeteuk. Heechul pun mengikuti mereka.

Awalnya Heechul hanya melihat dari kejauhan, tetapi matanya jeli dan melihat raut wajah Teukie yang akan menangis. Ia ingin bergegas kesana. Tetapi langkahnya terhenti saat Xiah membawa Leeteuk dalam pelukannya.

Heechul dengan jelas mengingat bahu Leeteuk bergetar dengan sangat keras saat dalam pelukan Xiah.

Bukankah selama ini kau hanya menyandar padaku...?
Harusnya aku...
Harusnya aku yang memelukmu...
Harusnya kau mengadu padaku...
Harusnya kau menangis dalam pelukanku...
Mengapa sekarang kau mengeluh pada orang lain ?
Apakah sekarang kau juga menganggapku aneh sama seperti yang lainnya ?

Aku...
Aku...

Mata Heechul terasa panas. Bendungan air matanya terpecah. Ia meletakkan buku yang di pegangnya lalu mengambil sesuatu dalam kantong keresek di sampingnya. Kemudian meletakkannya di pangkuannya. Satu persatu tetesan air mata jatuh di plastik mika berbentuk persegi panjang yang berisi nasi goreng kimchi, dimana itu belum tersentuh sedikit pun.

Jangan Lupa Pencet Vote
👇

Changmin

Story Of 83 Line (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang