"Shh.. hhh.."
"Eh, sakit ya? Maaf.."
Ringisan kecil yang keluar dari mulut Ohm mengisi ruang tamu sederhana di rumah sang lelaki tampan. Dengan Nanon yang ada di hadapan, keduanya duduk di atas kursi kayu panjang dengan peluh sama-sama menutup dahi.
"Nggak kok Mas, cuma ngilu aja."
Nanon yakin Ohm cuma membual. Bagaimana tak sakit jika luka di pelipisnya sampai membuat darahnya mengalir.
Ngomong-ngomong soal sakit di dahi, jadi sosok 'pelaku' pencuri singkong di ladang milik Oma Wira yang ditangkap basah oleh Ohm dan Nanon tadi bukanlah penjahat ataupun warga melainkan seekor babi hutan berukuran lumayan besar dengan warna hitam dan taring di moncongnya.
Dan ketika mendengar interupsi Ohm, sang babi langsung berbalik berlari ke arah mereka, membuat Nanon berteriak penuh kejut. Sayangnya teriakan Nanon malah berimbas pada kekagetan Ohm juga. Masih berkutat dengan rasa kaget, Ohm tak sempat menghindar saat si babi menyeruduknya membuat ia hilang keseimbangan dan jatuh membentur batu di area ladang.
"Apa kita ke dokter aja, Mas?" Tanya Nanon sambil tangannya tak berhenti mengoles cairan iodine dengan bantuan kapas.
Ohm menggeleng. "Buat apa, Mas? Saya kan cuma luka kecil doang."
Si anak kota mendengus tertahan. 'Cuma luka kecil' katanya. Padahal darah Ohm saja sampai menetes di bagian bahu jaket yang Nanon kenakan saat Nanon membantu memapahnya tadi.
Nanon tak mau banyak mendebat. Selain kasihan pada keadaan Ohm jika harus terus melayani ocehannya, fokus Nanon juga terpecah memperhatikan keadaan rumah Ohm.
Hanya rumah kecil dengan desain amat sederhana. Ruang tamunya pun hanya diisi meja kursi kayu yang polos. Namun satu point plus yang Nanon lihat, rumah Ohm begitu bersih dan tertata untuk ukuran seorang duda beranak satu.
"Sshh.."
Suara ringisan Ohm kembali menarik Nanon dari lamunan. "Eh aduh kekencengan ya, Mas? Maaf yaa.."
Raut khawatir Nanon malah membuat Ohm tersenyum kecil. Begitu menggemaskan, sedikit banyak mengalihkan rasa sakit dan pusing yang mendera kepala si tampan.
"Ayaaaaah.." Suara lantang Mac yang memanggil Ohm dari depan pintu yang terbuka mengalihkan atensi keduanya.
Si anak kecil masuk, diiringi Oma Wira yang menatap khawatir dan penuh tanda tanya.
"Loh, Ohm kok luka-luka gini, kenapa? Kamu berantem sama yang nyuri?" Tanya sang Oma setelah memegang dagu Ohm dan memutar-mutarnya, mengecek.
"Bukan, Bu. Saya jatuh tadi, kesenggol babi hutan." Jawab Ohm apa adanya.
"Babi hutan?"
"Iya Oma, ternyata yang ngerusak ladang singkong tuh babi hutan, bukan orang. Mana gede banget lagi. Serem sumpah." Nanon yang menjawab sambil bergidig ngeri.
"Aduh, bahaya dong. Besok Oma suruh orang pasang perangkap aja deh biar bisa ketangkep."
"Ayah.."
Ohm menunduk, memandang sang putra yang menatap sambil melesakkan kepala ke area perut kotak sang ayah.
"Hm?"
"Ayah sakit? Mau Mac obatin?"
Ayahnya terkekeh kecil. "Nggak usah, ayah udah diobatin sama Kak Nanon. Nih." Tunjuk Ohm pada lukanya yang sudah dibalut perban.
Biner si bocah menatap Nanon polos. Dan respon yang lebih tua hanya tersenyum manis. Dalam hati berharap bisa semakin akrab dengan si kecil.
"Nanon nggak ngerepotin kan, Ohm?" Oma kembali bertanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KISS OF HEAVEN (OhmNanon)
FanfictionTakdir membawa tajuk hubungan mereka dalam satu garis yang tak disangka-sangka. Namun bisakah mereka tetap bertahan jika rasa bersalah datang jadi dalang utama? Kisah seorang mantan artis yang terjebak situasi bersama seorang duda. Berhias bimbang...