Vote, follow, baca yaa ;)
Riak gerimis berangsur mereda seiring waktu berjalannya malam. Bekas titik-titik air menyisakan basah yang membuat suasana semakin dingin.
Tak beda hal-nya dengan ruang tamu kediaman Vihokratana. Selepas permohonan izin dari Ohm untuk meminang putra bungsu keluarga tersebut, serta lampu hijau dari sang kepala keluarga, kini atensi penuh tertuju pada sang nyonya.
Nanon duduk was-was disapu gelisah. Bagaimanapun sesuai kesepakatannya dengan Ohm, jika New menolak maka mereka harus berhenti berjuang. Sedangkan Ohm meski sama-sama tak tenang, namun perasaannya tersembunyi apik lewat tatapan percaya diri dan wajah datar menatap ibunda sang kekasih meyakinkan.
"Apa rencana kalian setelah menikah nanti, Ohm?" Suara Tay mengaburkan pandang Nanon dan Ohm pada sang nyonya rumah.
Berbeda dengan New yang melayangkan tatapan tak terima pada lelaki di sampingnya. "Mas!! Aku belum bilang iya kan??"
Tapi nada tinggi itu dibalas Tay hanya dengan senyuman. Sorot penuh wibawa mendekat pada New, berbisik tepat di telinga. "Kamu bilang pada akhirnya kamu bakal nurut sama aku kan?"
Sang istri mengerut dahi dan menarik badannya sedikit menjauh. "Tapi nggak untuk masalah ini."
"Aku pikir sama aja." Enteng. Tay bahkan masih sempat mengumbar tawa miringnya.
Mengabai pertikaian kecil suami istri di hadapannya, Ohm menjawab santun. "Rencana kami seperti yang saya sampaikan tadi, Pak. Saya dan Nanon akan mulai hidup baru kami di desa. Beli tanah, agar nantinya bisa saya olah."
Tay mengangguk puas. Diliriknya sang istri di samping yang masih melengoskan tatap. Sinis.
"Kamu mau, Dek?" Tay bertanya pada bungsunya.
Nanon mengangguk.
"Yakin bakal bahagia?" Lagi.
"Sangat."
Kali ini giliran New yang ditatap lagi oleh suaminya. "See? Anak kamu bahagia. Apa lagi yang kurang? Masih ada alasan buat nolak?"
"Tapi Ohm nggak satu kasta sama kita, Mas??"
Tay berdecak kecil dengan kekeras kepalaan New. "Ck. Jangan sampai aku jabarin lebih lebar tentang masa lalu kita." Suaranya lirih.
Telak. New memutuskan diam, tak bisa memilih kata jawaban. Pandangannya masih sewot menatap dua anak muda di hadapan, namun dengan terpaksa kepalanya dianggukkan.
"Apa, Bun?" Pancing Tay.
"Iya." Wajahnya masih tak ramah.
"Iya apa?"
"Ya, iya."
"Iya apa, Bunda??"
"Ck. Berisik, Tay Tawan!! Iya, iya silahkan nikah sana. Bunda setuju." Lalu pergi begitu saja meninggalkan ruang tamu menuju kamarnya dengan hentakan kasar. Mengundang tawa renyah Tay dan tatapan bingung sejoli muda di sana.
"Yah?" Suara Nanon menghentikan tawa milik Tay yang masih mengalun.
Satu anggukan menjawab semuanya. "Kalian denger kan? Bunda setuju. Tinggal kita sepakatin mau tanggal berapa kalian nikahnya."
Ohm dan Nanon saling pandang tak percaya. Mengabaikan Tay keduanya berpelukan masih dalam posisi duduk, menyalur bahagia yang tiada terkira.
Tay tersenyum. Sejak awal ia memang tak ambil pusing dengan penolakan New. Meski di mulut terang-terangan menolak, namun Tay paham sejujurnya yang New rasakan hanya tak mau kehilangan. Istri manisnya hanya tak rela jika sang bungsu akan meninggalkan mereka dan jadi milik orang lain. Pun rasa trauma akibat buruk pernikahan yang dialami anak sulungnya. New seolah makin kekeh mempertahankan Nanon dalam genggamannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KISS OF HEAVEN (OhmNanon)
Fiksi PenggemarTakdir membawa tajuk hubungan mereka dalam satu garis yang tak disangka-sangka. Namun bisakah mereka tetap bertahan jika rasa bersalah datang jadi dalang utama? Kisah seorang mantan artis yang terjebak situasi bersama seorang duda. Berhias bimbang...