"Non, Om Tay mau ngomong."
Nanon yang tengah fokus mencuci piring terpaksa menoleh dan mendapati Drake berdiri di belakangnya sembari menyodorkan smartphone. Dari layar datar yang masih menyala, dapat Nanon lihat nama sang ayah yang tertera.
"Bentar." Nanon sempatkan mencuci dan mengeringkan tangannya dengan kain lap sebelum mengambil alih smartphone milik Drake.
"Gue di kamar." Pamit Drake meninggalkan Nanon duduk menerima telefon di meja makan.
"Hallo, Yah." Nanon menyapa. Masih heran mengapa Tay lebih memilih menghubunginya lewat Drake dari pada secara langsung.
'Dek, lagi sibuk?' Suara familiar milik sang Ayah terdengar di telinga.
"Nggak, habis makan siang."
'Bagus. Ayah mau ngomong sebentar.'
"Ngomong apa, Yah?"
Beberapa detik hanya terdengar suara Tay yang berkali menghela nafas. Seolah si pria tengah berusaha menguatkan tekad.
'Kamu pulang ya, Dek. Nggak kasihan sama Bunda sama Ayah yang kangen sama kamu?'
Nanon mendecih teramat lirih. Omong kosong apa lagi yang coba disajikan Ayahnya? Bahkan saat ia di rumah-pun biasanya mereka jarang bertemu. Terlalu sibuk pada pekerjaan dan urusan masing-masing.
"Lebih kasihan Oma kalau aku tinggalin di sini sendirian kali, Yah." Alasan Nanon.
'Oma kan udah biasa sendiri, Dek. Ada orang-orang kepercayaannya juga kan di sana. Nanti Om Sasin juga bakal pulang.'
"Pulang apanya? Selama ini udah sebulan penuh Om Sasin nggak balik ke sini kok."
'Ya karena dia tau ada kamu, makanya dia nyantai di kota nggak niat pulang. Kalau tau Oma sendirian kan pasti dia pulang.' Tay masih mau beradu argumen.
"Ck. Yah, jujur deh. Sebenernya Ayah kan yang nyuruh Drake ke sini? Buat nyuruh Nanon pulang kan?" Pertanyaan di kepala akhirnya dikeluarkan juga.
'Kenapa kamu nuduh gitu?'
"Jangan alesan, Ayah nggak bakat bohongin aku."
Nanon benar-benar tak sabar dengan rentetan kalimat basa-basi dari Ayahnya.
'Kamu tanya Drake. Tanya tujuan dia sebenernya, siapa yang nyuruh dia, dan kenapa dia mau. Ayah tunggu jawaban kamu nanti malem.'
"Tapi...."
Tuuut..tut..
Sebelum kalimat Nanon selesai, sambungan sudah diputus sepihak dari sisi sang Ayah.
"Ck. Sial !!"
Tanpa buang waktu, kamar si pemilik smartphone jadi tujuan. Digedor berkali tak peduli mengganggu Oma yang sedang istirahat.
"Apa sih, Non? Brutal amat." Keluh Drake yang sepertinya baru terlelap sebentar.
"Kita perlu ngomong. Penting !!"
Lagi-lagi tak buang waktu. Drake diseret untuk kemudian keduanya duduk di sisi ranjang setelah Nanon mengunci pintu.
"Siapa yang nyuruh lu?" Tanya Nanon sambil menyerahkan kembali smartphone Drake.
Yang lebih tua memicingkan mata. "Maksud lu?"
Nanon merotasikan matanya muak. "Drake, gue hormatin lu kaya kakak sendiri. Jadi please, jangan bikin rasa hormat gue hilang sama lu."
Bukannya takut karena diancam, Drake malah terkekeh renyah. "Gue tau lu nggak akan ngelakuin itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
KISS OF HEAVEN (OhmNanon)
ФанфикTakdir membawa tajuk hubungan mereka dalam satu garis yang tak disangka-sangka. Namun bisakah mereka tetap bertahan jika rasa bersalah datang jadi dalang utama? Kisah seorang mantan artis yang terjebak situasi bersama seorang duda. Berhias bimbang...