Chapter 41

4.1K 664 129
                                    

Itu ada tombol bintangnya, kan? Pencet dulu kali ah ..











Malam sudah begitu larut. Namun ketukan bertubi di pintu apartment yang sudah disewa Chimon beberapa hari ini terasa menganggu telinga.

"Iya, sebentar!!" Teriak Chimon agak bingung juga. Bukankah ada bel di sisi pintu? Mengapa tamunya harus bersusah payah mengorbankan tangan demi mengetuk pintu sebegitu brutal?

Dalam benak Chimon menyangka jika si pelaku adalah salah seorang tetangga apartment-nya yang butuh bantuan. Karena seingatnya tak seorangpun tahu ia kini tinggal di apartment tersebut setelah meninggalkan rumah Vihokratana.

Cklek..

Sosok di depan pintu memaksa Chimon menghentikan gerakan tangan si manis. Pintu di biarkan setengah terbuka dengan tangan masih menggantung di daunnya.

"Hey, Mon. Good to see you." Pria di hadapan Chimon tersenyum. Senyum penuh aura intimidasi yang memaksa Chimon menciutkan nyali.

"A..ab.. bang.." panggil Chimon tergagap dan tanpa suara.

Kedua tangan yang awalnya dalam posisi bersedekap, dilepas untuk menarik paksa Chimon masuk ke dalam apartment-nya. Peduli setan sang pemilik belum mengizinkan, toh Pluem tahu uang miliknya-lah yang Chimon gunakan untuk mendapatkan apartment tersebut.

"Bang, lepas!!" Tapi Pluem menulikan telinga. Langkahnya cepat membuat kaki Chimon kewalahan mengikutinya.

Gerakan si pemuda berhenti di kamar tunggal yang ada si sisi kanan. Pluem berbalik. Melepaskan cengkramannya di pergelangan tangan sang istri.

"Duduk!!" Tegas. Namun gerakannya tak ada. Ia seperti membiarkan Chimon kali ini. Agaknya takut gerakan grusa-grusunya dapat menyakiti si manis yang tengah berbadan dua.

Chimon menurut. Duduk di tepi ranjang, memandang punggung Pluem yang berdiri membelakanginya menghadap balkon luar yang tirainya dibiarkan terbuka.

"Saya pikir semuanya akan mudah bagi kita setelah kamu mempersiapkan berkas pengajuan perceraian lewat pengacara Toy Pathompong." Awal kalimat yang terdengar menyakitkan di telinga Chimon. Bagaimana Pluem mengubah kata manis di antara mereka menjadi kata baku seolah mereka hanyalah dua orang asing yang tak sengaja bertemu.

"Dari mana Abang tau kalau aku punya urusan dengan pengacara Toy Pathompong?" Suara Chimon terdengar tenang, namun tersirat ketakutan yang coba ia samarkan.

Sudut bibir kanan Pluem ditarik ke atas. "Bukan hal susah. Bahkan urusan kamu dengan dr. Nammon Krittanai aja saya tau semuanya."

Jantung Chimon berdetak memburu tak karuan. Dia lupa, suaminya tersebut bukan sosok mudah ia kelabuhi.

"Dan saya mau kamu urungkan niat untuk melakukan tes DNA pada bayi di perut kamu. Kamu nggak mau kalian berdua mati konyol kan?" Sambung Pluem.

Yang lebih muda menggeleng keras. Kali ini ia bangkit berdiri meski Pluem tetap tak mau menatapnya balik.

"Nggak, Bang!! Tes itu harus dilakukan sekarang. Ok, kalau memang ini anak Abang. Tapi kalau ini anak Bright, aku nggak bisa terima, Bang!! Aku bakal gugurin dia kalau memang itu terjadi!!" Chimon berteriak di antara tangis putus asanya.

Pluem membalikkan badan. "Kamu gila? Mau jadi pembunuh? Anak itu darah dagingmu sendiri, sekalipun ayahnya adalah Bright!!"

"Tapi aku nggak mau ada darah Bright mengalir di tubuh anakku, Bang!! Bright kotor, dia jahat."

Plak !!!

Pipi kiri Chimon ditampar keras. Membuat si manis menatap suaminya tak percaya. "Abang..." Lirihnya.

KISS OF HEAVEN (OhmNanon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang