Akhir minggu masih tiga hari lagi. Libur nasional-pun rasanya tak ada dalam minggu ini. Namun tak ada angin tak ada hujan, di hari efektif seperti sekarang seorang Tay Tawan masih bersantai nyaman di kediamannya dengan stelan rumahan meski hari hampir beranjak siang.
Merasa diperhatikan si bungsu yang berdiri menyender di ujung tangga terbawah, Tay yang sedang membaca berita online meletakkan gawainya dan menepuk spot kosong di samping kanan. Nanon mengangguk paham. Melangkah mengikuti arahan sang ayah.
"Libur?" Tanya Nanon setelah sepersekian detik punggungnya menyender si bantal sofa.
Ayahnya menggeleng dan melepas kaca mata baca yang sedari tadi bertengger. "Mau ada tamu."
"Siapa?" Meski dalam hati Nanon sudah menebak pasti teman atau keluarga dekat. Karena ayahnya tak pernah sekalipun membawa tamu kerjanya ke rumah.
"Anak temen Ayah."
Bungsunya hanya mengangguk. Tak mau bertanya lebih.
"Bunda sama Chimon kemana?" Tay bertanya lagi.
"Bunda ke supermarket, belanja. Dianter Mas Ohm tadi. Kalau Mon nggak tau. Paling nyusul Abang."
Seperti biasa, sejak hari keluarga Nanon tahu jika Ohm pernah menikah, Chimon menjadi semakin jarang berada di rumah. Entah alasan menyusul suaminya, pergi dengan temannya, atau kemanapun. Asal tak terlalu lama di rumah dan kembali terjebak situasi canggung bersama Ohm.
"Yah, aku kangen Kakak." Kalimat tiba-tiba Nanon membuat sesuatu dalam hati Ayahnya tersentil keras. Perih.
"Apa Kakak udah dapet bahagia kaya yang dia pengen, Yah?" Lanjutan kalimat Nanon seolah membuka luka yang belum kering sempurna. Luka yang Tay simpan di palung terdalam sudut hatinya dengan amat rapat.
"Kamu masih percaya kalau yang Kakak kamu lakukan adalah demi kebahagiaan?" Akhirnya si kepala keluarga kembali berkata.
Nanon menatap mata Ayahnya tepat. Menelisik sorot redup terbalut kelopak yang mulai keriput tipis. "Lalu apa? Seenggaknya aku yakin, Kakak pengen ngelepas sakitnya dengan melakukan itu semua."
Belum sempat Tay kembali menanggapi, suara deru mesin mobil diausul bel dari pintu utama merenggut fokus keduanya. Nanon bangkit dan membukakan pintu diiring Tay di belakangnya.
Cklek ..
"Pagi, Nanon."
Nanon tersenyum formalitas. "Pagi." Sekedar membalas sapa pemuda dengan visual di atas rata-rata di depannya.
"Eh, Bright. Masuk ayo, Nak." Tay menyongsong dari belakang yang diangguki dan diikuti oleh Bright, si tamu dengan senyuman.
Nanon kira Tay akan membawa Bright ke ruang tamu. Namun dugaannya salah. Tujuan keduanya adalah ruang kerja Tay yang terasa lebih privat.
"Bikinin teh ya, Dek. Tolong." Pinta Ayahnya dengan menoleh pada Nanon yang berada paling belakang.
....
Hanya bermain ponsel scroll acak media sosial sambil duduk nyaman di sofa ruang kerja Pluem. Itulah yang belakangan sering dilakukan Chimon. Menunggu suaminya bekerja.
Cklek..
Pluem yang baru saja selesai rapat masuk ruangan dan duduk di samping sang istri. Dasi di leher direnggangkan sedikit demi meraih lebih banyak oksigen melepas penatnya.
"Aku bikinin kopi, ya?" Tawar Chimon selaku pasangan yang bisa dikatakan peka.
Tapi suaminya menggeleng. Memilih merebahkan tubuh lelahnya berbantal paha Chimon sambil memejamkan mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
KISS OF HEAVEN (OhmNanon)
FanfictionTakdir membawa tajuk hubungan mereka dalam satu garis yang tak disangka-sangka. Namun bisakah mereka tetap bertahan jika rasa bersalah datang jadi dalang utama? Kisah seorang mantan artis yang terjebak situasi bersama seorang duda. Berhias bimbang...