Chapter 43

4.2K 539 157
                                    

Btw itu gambar mulmed lucu banget ga sih? Gemessshh 😍









Chimon berdiri menantang malam di pinggir balkon tanpa teman. Terang rembulan yang memancar ke wajah setidaknya sedikit mengobati rasa kesepian yang membekapnya.

Sah, lewat persetujuannya hari ini pengacara Toy telah mengirimkan berkas pengajuan perceraiannya dengan Pluem ke pengadilan. Bukan tanpa alasan, pun Chimon sudah melihat dari berbagai pertimbangan. Namun baginya akan egois jika hubungan mereka tetap dipertahankan.

Tes DNA memang belum dilakukan. Tapi bagi Chimon semua telah percuma. Jika hasilnya itu bukan anak Pluem, jelas ia kalah. Akan tetapi jika itu anak Pluem, ia-pun kalah. Nantinya Pluem akan bertahan hanya karena bayi itu, bukan lagi karena cinta mereka. Bahkan Chimon ragu masih adakah cinta dari Pluem untuknya.

Pandangan si manis mengarah ke perut, menyentuhnya pelan merasakan tanda kehidupan.

"Tinggal kita berdua. Tanpa ayah kamu nggak masalah, kan? Ayo berjuang sama-sama." Lirih Chimon dengan kubangan air mata di netra beningnya.









....








Pagi hari di meja makan keluarga Vihokratana hanya terisi Nanon yang sedang mengoleskan selai cokelat ke potongan roti tawarnya. Dengan headset di telinga, si manis terlalu fokus mendengarkan lagu berjudul Yellow dari grup band kenamaan Coldplay. Sampai tepukan di bahu mengambil atensinya, ia menoleh.

"Eh, Ayah.." sapa Nanon mendapati Ayahnya sudah rapi dalam balutan setelan jas abu-abu gelap.

"Mau dibikinin kopi? Apa teh?" Tawar Nanon setelah Tay duduk dan ia menyerahkan piring roti yang seharusnya jadi miliknya pada sang Ayah. Toh Nanon bisa membuat lagi nanti.

"Teh aja deh, Dek. Kasih lemon dikit." Pikiran Tay sedang terlalu runyam untuk menerima beratnya kopi sekarang.

"Siap, Bos!!"

Tay mengulas senyum. Melihat Nanon ceria adalah salah satu kebahagiaan terbesarnya.

"Ohm mana? Nggak diajak sarapan sekalian?"

Nanon yang sedang mengaduk teh menolehkan kepala. "Nggak mau, takut Bunda nggak nyaman lagi katanya. Nanti sarapannya aku bawa ke kamar aja."

Tay menghela nafas lelah. Semalam memang New terang-terangan menolak makan malam lantaran ada Ohm di antara mereka. Entah, Tay pikir kemarahannya kemarin sudah dimengerti New, namun ternyata sama sekali belum.

"Ajak sekalian aja Ohm-nya. Bunda udah pergi dari tadi pagi banget kok." Jelas Tay kemudian meminum tehnya yang baru datang.

"Pagi banget? Kemana?" Heran Nanon.

"Ke rumah Eyang kamu."

Kali ini Nanon yang menghela nafasnya. "Kabur ya? Ngindarin Mas Ohm pasti."

Karena Nanon tahu rumah mendiang Eyangnya sudah kosong sejak beberapa tahun lalu, sejak sang Eyang meninggal lebih tepatnya. Jadi untuk apa Bundanya ke sana jika bukan menghindar?

"Jangan berpikiran negatif dulu. Kali aja Bunda lagi pengen bersih-bersih di sana."

Nanon memutar mata kurang setuju dengan pendapat Ayahnya. Meski rumah itu kosong, namun selalu ada orang kepercayaan keluarga mereka yang datang untuk membersihkannya. Sehingga tak mungkin rumah dalam keadaan kotor.

"Ayah ke kantor dulu. Kamu jangan ke mana-mana, jaga rumah aja."

"Iyaaa.. eh, Yah soal kemarin gimana?"

"Apanya?"

Nanon menatap polos. "Soal Mas Ohm, Ayah gimana?" Tanyanya mencicit, takut-takut.

Suara Tawa renyah sang Ayah terdengar di telinga. Disusul satu usapan hangat di puncak kepala bungsunya. "Ya nggak gimana-gimana, Dek. Kamu bahagia, Ayah juga bahagia. Sesimple itu."

KISS OF HEAVEN (OhmNanon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang