Vote-nya dulu baru baca ya.. ;)
Kata kebetulan dimaknai sebagai sesuatu yang terjadi tanpa disengaja. Yang artinya hanya akan terjadi sekali dua kali. Kalau sudah tiga kali, bukan kebetulan lagi namanya. Sudah ada unsur lain yang ikut bermain.
Tiga kali menikmati manis ciuman Ohm Pawat dalam keadaan sadar tanpa mabuk ataupun paksaan, harusnya Nanon sampai sini mengerti alasan apa yang mendasarinya berbuat sedemikian. Masih ingat kan dari tiga ciuman mereka, dua kali Nanon yang mengambil inisiatif awal?
Suara deru jalanan padat di jam dua siang mengisi ruang dengar Ohm dan Nanon yang terjebak hening di dalam mobil. Ohm yang berusaha fokus menyetir, dan Nanon yang mengalihkan pandang pada sisi jendela karena daya smartphone-nya yang ternyata tak bersisa. Mati.
"Mas, ke apartment ya."
Suara Nanon yang masih tak memandangnya membuat Ohm mengiyakan sopan. "Baik."
Interaksi tak seberapa barusan sedikitnya mencubit ulu hati si tampan. Memaksa logikanya paham jika pemuda manis di sampingnya terlalu jauh untuk digapai. Ohm hanya supir yang mengikuti segala perintah Nanon sebagai majikannya. Ibaratkan Ohm sedang berpuisi, maka sajak antara ia dan Nanon ada diumpamakan bagai langit dan bumi. Jauh. Menggapainya hanya sebatas di angan semata.
Sepi kembali menguasai. Tak ada obrolan lagi sampai mobil sewarna malam milik Nanon berhenti di base ment apartment yang sudah beberapa minggu tak ia kunjungi.
Gerakan Nanon yang hendak melangkah setelah keluar mobil terhenti menyadari supirnya masih diam di depan roda kemudi. Kepalanya dilongokkan lewat pintu samping yang masih terbuka. "Mas? Kok nggak turun?"
Ohm menggeleng kecil. "Di sini aja, Non. Takut ganggu kamu." Bukan tanpa alasan. Ohm sendiri butuh waktu untuk menekan perasaannya ketika bersama Nanon.
"Ganggu apanya? Aku kayanya nginep sini. Mas temenin aku kan?" Bagi Ohm pertanyaan Nanon lebih terdengar seperti perintah.
"Udah bilang Pak Tay?"
"Nanti habis hape-nya di-charge. Batreku habis." Sambil menggoyangkan smartphone padam di tangan kanan.
Yang lebih tua menanggapi dengan anggukan lalu mengikuti Nanon masuk ke dalam.
....
Suasana makan malam di kediaman besar Vihokratana tak melunturkan kelegaan di hati sang nyonya rumah. Bagaimana tidak, putra sulungnya baru saja bebas tanpa syarat dari kekang penjara yang hampir mengurung kebebasannya.
"Ayamnya mau nambah nggak, Bang? Sini Bunda ambilin."
Pluem tersenyum. Membiarkan sang Bunda memanjakannya semaunya. Senyum di wajah serupa miliknya tersebut mengundang ketentraman dalam hatinya.
"Nanon belum pulang juga? Kemana memangnya?" Tay Tawan membuka suara.
"Di apartment-nya. Mungkin butuh waktu sendiri." Jelas New yang sudah mendapat kabar dari bungsunya.
"Kenapa nggak pulang aja? Ayah masih khawatir kejadian kemarin keulang lagi."
"Ada Ohm. Lagian Nanon udah besar, Yah. Jangan terlalu dikekang." Lanjut New.
Pluem menikmati interaksi kedua orang tuanya. Mengabaikan satu eksistensi sang istri yang menyantap makan malamnya ogah-ogahan di sebelahnya. Pun sedari tadi Chimon sama sekali tak bersuara, meski wajah memelas selalu ditunjukkan pada suami tercintanya.
"Aku ke kamar dulu." Ujar Pluem setelah nasi di piringnya tandas. Meninggalkan meja makan tanpa menunggu respon yang lainnya.
"Chimon ijin duluan ke kamar juga Yah, Bun." Chimon ikut bangkit menyusul suaminya yang sudah melangkah terlebih dahulu. Meninggalkan dua mertuanya yang saling pandang, paham jika sulung dan menantunya sedang tak baik-baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
KISS OF HEAVEN (OhmNanon)
FanfictionTakdir membawa tajuk hubungan mereka dalam satu garis yang tak disangka-sangka. Namun bisakah mereka tetap bertahan jika rasa bersalah datang jadi dalang utama? Kisah seorang mantan artis yang terjebak situasi bersama seorang duda. Berhias bimbang...