Chapter 45

4.4K 562 133
                                    

Vote dulu boleh nggak? ;)









Waktu bergerak dinamis meninggalkan detik dan menit yang terlewati dengan berbagai cara. Tanpa terasa hampir dua minggu berlalu semenjak Pluem pulang dari urusan bisnisnya di Melbourne dan mendapati apartment istrinya sudah kosong ditinggal sang penghuni.

Kyoto, Jepang. Pluem tahu di sana-lah Chimon menepi menenangkan diri. Bahkan alamat flat kecil si pemuda manis di sana-pun Pluem tahu detailnya berkat kerja bagus sang tangan kanan. Hanya saja dalam hati si tampan masih meragu, menyimpan satu ganjalan jika ia harus mencari Chimon sekarang. Mereka sama-sama butuh waktu.

"Bang, hapenya bunyi terus tuh." Suara Nanon yang duduk di sampingnya mengaburkan lamunan panjang Pluem.

Saat ini keluarga Vihokratana ditambah Ohm sedang sarapan bersama seperti hari biasanya. Meski lagi-lagi dengan tatapan kurang nyaman dari New pada kekasih putra bungsunya.

Mek Jirakit, nama yang tertera di layar smartphone milik Pluem. Seorang pengacara hebat yang sering bersaing secara ketat dengan pengacara Toy Pathompong, pengacara sewaan Chimon. Dengan berbagai pertimbangan Pluem menunjuk Mek sebagai kuasa hukumnya yang akan mengurus segala hal dalam kasus perceraiannya nanti.

"Abang ijin selesai duluan, mau terima telfon." Pamit Pluem meninggalkan empat orang lain di meja makan.

Langkah tanpa semangatnya dibawa menuju kamarnya dengan Chimon. Kamar yang belakangan ia tempati lagi setelah kamar Frank kembali digunakan oleh Ohm.

Menarik nafas dalam, badan tegap itu dibawa menuju jendela menatap hamparan taman yang tampak lewat kacanya. Tombol hijau di layar kemudian digeser bersiap mendengar kemungkinan terburuk atas kasusnya.

"Halo.."

'Halo, Pak Pluem. Selamat pagi.'

"Pagi. Langsung saja Pak, ada berita apa?" Tegas milik Tay Tawan menurun sempurna pada sulungnya.

'Surat panggilan sidang pertama dari pengadilan sudah datang. Jadwalnya lusa jam sebelas siang.'

Pluem sudah mengira akan sejauh ini. Namun tetap saja ada rasa tak rela menyusup relung hatinya.

"Agendanya?"

'Masih mediasi.'

Beberapa detik sambungan dibiarkan kosong tanpa suara. Memberi waktu bagi Pluem untuk mempertimbangkan keputusannya.

"Saya absen. Saya serahkan semua keputusan di tangan anda. Anda tau kan apa mau saya, Pak Mek?"

'Ok, saya paham.'

Karena menurutnya akan percuma jika ia datang namun dari pihak istrinya juga hanya mewakilkan pengacara tanpa kehadiran yang bersangkutan. Bukankah Chimon masih di Jepang?







....







Kembali pada meja makan keluarga Vihokratana yang belakangan sudah akrab dengan suasana canggung dan mulai melupakan nuansa hangat yang dulu sering tercipta di sana. Masing-masing kini fokus dengan menu nasi goreng hasil eksperimen Nanon dan Ohm yang menurut Tay rasanya tak buruk juga. Tak ada obrolan, hanya denting sendok beradu keramik piring yang semakin nyaring.

Tay masih bersikap biasa. Menatap tiga lainnya dengan datar namun dalam hati tersenyum hambar. New di sisinya masih tak mau mengumbar senyum manisnya dan cenderung menatap Ohm sinis. Nanon di hadapannya berkali-kali mencuri pandang bergantian antara Ohm dan Bundanya. Sepertinya si manis sedang melihat adakah perbedaan pandang sang Bunda pada Ohm pagi ini. Tapi sepertinya sama saja. Sedangkan Ohm di samping Nanon lebih banyak menunduk, nampak segan pada dua pria paruh baya di sana.

KISS OF HEAVEN (OhmNanon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang