Canggung. Satu kata yang menggambarkan keadaan Ohm dan Nanon saat ini. Masih di kamar yang sama, kini keduanya duduk berjarak di tepi ranjang yang lebih muda.
Saling menunduk, mendongak sejenak sekedar saling curi tatap, lalu kembali menunduk membuang muka dengan sapuan merah kentara di pipi saat tahu sempat beradu pandang.
"Mmm..Mas.." Nanon yang lebih dulu memberanikan diri membuka kata. Si manis sadar, ia pula-lah yang tak bisa mengendalikan diri di awal.
Ohm menoleh. Menunggu kelanjutan ucap dari pemuda di sampingnya.
"Maaf, soal tadi ...."
"Harusnya saya yang minta maaf, Non. Saya lancang dan nggak tau diri udah berani berbuat itu ke kamu."
Nanon menggeleng kencang. "Bukan. Mas nggak salah. Semua karena aku yang memulainya."
"Tapi saya nggak nolak, Non. Saya juga salah di sini."
"Mas.." ujar Nanon lemah.
"Kenapa nggak nolak?" Lanjutnya.
Ohm gelagapan. Haruskah ia jujur dengan perasaannya yang tak semestinya ada?
"Maaf, saya... Saya...." Ucapannya menggantung tak selesai.
"Aku paham."
Deg.
Ohm belum siap jika Nanon akan menjauhinya setelah tahu.
"Mas pasti cuma kebawa suasana kan? It's ok aku juga gitu kayaknya."
Kali ini entah Ohm harus lega atau tak suka karena Nanon yang menganggap ciumannya tak ada arti apa-apa.
Ohm memutuskan bangkit dari duduknya. "Sekali lagi maaf, Non. Saya tau lancang. Sekarang lebih baik kamu cuci muka sebentar lagi yang lain pulang. Mereka pasti khawatir kalau lihat muka kamu habis nangis gitu."
Lalu tanpa menunggu jawaban Nanon lebih lanjut Ohm memilih keluar dan kembali ke tujuan awal, kamarnya sendiri. Lebih baik sejenak ia menenangkan hati dari pada terus menatap Nanon. Sama saja ia menyakiti perasaannya sendiri.
Sedangkan masih dalam posisi duduknya Nanon perlahan memegang bibirnya. Ia menoleh ke arah cermin di meja rias. Bengkak, basah, dan merah. Bibirnya bahkan terasa kebas akibat ciuman Ohm padanya.
Namun di balik semua rasa itu Nanon merasa nyaman. Nyaman yang tak bisa ia jabarkan dengan untaian kata namun bisa ia rasakan menyusup di sela hatinya. Bahkan hatinya masih berdebar tak karuan meski siluet Ohm sudah menghilang dari penglihatan.
Gue kenapa? -batin Nanon mengerjapkan mata
....
"Kamu kenapa sih, Mas? Ngomong jangan diem aja !!" Suara New meninggi di tengah riuh jalanan.
Raut ketakutan tergambar dari si lelaki manis ketika suaminya yang kini masih fokus mengemudi begitu cepat melajukan mobilnya tanpa permisi. Setelah tadi menggeretnya yang baru pulang belanja, kini Tay yang sepertinya sedang emosi malah mendiamkannya begitu saja.
"Mas !! Jangan gila !! Aku belum mau mati, Mas !!"
Tay masih tak bereaksi. Mobilnya masih dipacu kencang sambil mencengkram erat kemudi sampai buku jarinya tampak memutih.
"Mas !!" New memegang lengan Tay dan mengguncangnya berkali sampai samg suami sadar dan terkesiap.
Perlahan Tay mulai melambatkan mobilnya dan berhenti di tepi jalanan sepi. Nafasnya memburu, keringat di pelipis, dan erangan penuh emosi.
KAMU SEDANG MEMBACA
KISS OF HEAVEN (OhmNanon)
FanficTakdir membawa tajuk hubungan mereka dalam satu garis yang tak disangka-sangka. Namun bisakah mereka tetap bertahan jika rasa bersalah datang jadi dalang utama? Kisah seorang mantan artis yang terjebak situasi bersama seorang duda. Berhias bimbang...