Chapter 26

4.1K 569 87
                                    

Vote dulu pokoknya ;D










Kemilau senja mulai terkikis pekat yang menunjukkan kuasa sang malam. Berdiri di depan pintu sebuah apartment berdesain minimalis yang terletak di pusat kota, Tay Tawan sudah menghabiskan waktu hampir setengah jam lamanya.

Berkali mengetuk ujung sepatu ke lantai, beruntung yang ditunggu datang ketika rasa bosannya sudah di ujung kendali. Bukan dari dalam unit apartment, namun sang pemilik datang dari arah lorong, sepertinya baru pulang dari suatu tempat.

"Selamat sore Mr. Tay Tawan." Sapa si pemuda pemilik apartment.

Tay menatap pria di hadapannya dari ujung kepala sampai ujung kaki. Sosoknya tegap, rautnya tegas. Pluem tak salah memilih orang.

"Hm. Namamu Luke kan? Orangnya Pluem?" To the point, tanpa basa-basi berarti.

"Benar. Silahkan masuk Mr. Tawan, pasti ada hal penting yang ingin anda bicarakan kan sampai mencari saya kemari?" Ajak Luke sopan membuka pintu apartment-nya.

Tay mengangguk. Mengikuti Luke masuk dan duduk di sofa ruang tamu saling berhadapan.

"Maaf sebelumnya Mr., tapi kalau ini ada kaitannya dengan Bos Pluem, saya sudah tau." Luke mengambil tempat pertama sebelum Tay kembali mengawali suara.

"Pertama panggil Pak saja. Panggilan Mr. terdengar aneh di telingaku. Kedua, tebakanmu benar, ini soal Pluem. Jadi sejauh apa perkembangannya?" Tay tak lagi merasa perlu penjelasan detail kejadiannya. Cerita dari Ohm cukup banyak membantu. Dan ia lebih percaya mulut supir anaknya ketimbang laporan kosong dari Bright dan ayahnya.

"Saya baru saja dari hotel tempat kejadian semalam, Pak. Saya coba minta rekaman cctv dari pihak hotel tapi hasilnya nihil. Sepertinya pihak Bright bergerak lebih cepat."

Tay berdecak kesal.

"Apa perlu kita suap pihak hotel lebih banyak?" Sambung Luke.

"Jangan. Terlalu pecundang kalau kita ikuti cara main mereka. Ada info lain yang kamu tau?" Tay melepas kaca mata hitam yang sedari tadi dipakainya.

Luke mengerutkan dahi, teringat sesuatu. "Kemarin Bos Pluem menyuruh saya mencari informasi soal Bright dadi dokter God."

"Dokter God? Siapa?" Namanya asing di telinga Tay.

"Seorang dokter andrologi."

"Ah," Tay mengangguk satu kali. "Apa yang kamu dapat?"

"Hasilnya ada pada Bos Pluem. Tapi saya sempat ikut membaca sedikit. Kalau tidak salah Bright mengidap sat sat.. apa ya? ... ah, maaf saya lupa."

Tay kembali berdecak. Satu jenis penyakit muncul di pikirannya. Namun apakah mungkin penyakit sedemikian diidap oleh Bright?

"Besok antar saya ke tempat dokter God."

"Siap, Pak."









....











Drake sedang memainkan smartphone random sambil menikmati acara berita sore. Sejak pagi ia berangkat sampai sore tadi ia pulang kantor tak ada minat sekedar menengok keadaan Abangnya, yang katanya pulang dalam keadaan babak belur. Padahal berkali-kali Gawin mengoceh, menasehatinya agar lebih perhatian pada Bright. Namun Drake terlalu menganggap acuh.

"Halo, Non." Nampak Drake menempelkan smartphone di telinga ketika panggilan telfonnya diterima.

".........."

"Iya, besok di tempat biasa. Bisa kan?"

"........."

"Perlu dijemput?"

KISS OF HEAVEN (OhmNanon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang