Chapter 37

3.9K 594 120
                                    

Please ini mah, vote dulu baru baca yaa :)









Baru saja jam setengah sebelas siang, namun Tay Tawan sudah melepas kaca mata bacanya dan meninggalkan tumpukkan berkas yang sedari pagi dirambah. Langkah penuh wibawanya dibawa menuju sofa di sisi kanan meja kerja, tempat di mana istrinya yang baru saja datang berkunjung terduduk menyenderkan punggung.

"Masih awal kalau mau ngajak makan siang, sayang." Tegur Tay membuat New menatapnya meski tetap di posisi menyender di sofa.

"Siapa bilang aku mau ngajak makan siang?"

Suaminya mengerutkan dahi. "Then?"

"Sumpek aja di rumah sendirian."

Tangan suaminya bergerak, menyingkirkan anak rambut di dahi New yang menutupi mata indahnya. "Menantu kamu pergi lagi?"

Hembus nafas putus asa terdengar dari yang lebih muda. "Hm. Makin nggak betah aja dia kayaknya di rumah."

"Dimaklumin, sayang. Kan suaminya juga lagi nggak ada."

New kemudian menegakkan duduknya menghadap sang suami serius. "Kamu ngerasa nggak sih, ada yang nggak beres sama mereka?"

"Contohnya?"

"Nggak usah pura-pura buta. Kita sama-sama tau kok Pluem lebih sering nempatin kamar Frank daripada di kamarnya sendiri sama Chimon. Di meja makan-pun interaksi mereka nggak semanis dulu." Terang New.

Tay tersenyum seadanya sebagai respon. "Namanya juga rumah tangga. Pasti ada masalahnya walaupun kecil sekalipun. Begitulah cara semesta mendewasakan manusia. Kalau mereka berhasil lewatin masalahnya, fase kedewasaan mereka bakal meningkat."

"Ck. Bahasa kamu ketinggian, Mas. Intinya di antara mereka ada masalah. Dan itu makin bikin pusing aku juga."

"Loh, kok kamu?"

New memutar matanya malas. "Yang kecil suka sama supirnya sendiri, yang gede udah nikah nggak punya anak juga, malah ini berantem segala sama istrinya."

"Bikin baru aja, siapa tau produk kali ini lebih baik dari sebelum-sebelumnya."

"Gila."

Tay tertawa kecil dengan respon sang istri yang kesal akibat candaan tak tahu waktunya. "By the way, New. Sekarang udah mau terima kenyataan?"

New kembali menoleh. Menatap suaminya tanpa berkedip akibat bingung yang mendera hati. "Ya mau gimana kalau makin ke sini semuanya makin kentara. Lihat sendiri kan gimana exited-nya si bungsu kemarin waktu diijinin ke desa buat nyusul Ohm? Aku harus siap-siap kalah taruhan sama kamu kayaknya."

Kembali suaminya terkekeh. Kali ini sambil mencubit ujung hidung New gemas. "Belajar ikhlas, sayang. Kalau emang itu bahagianya dia, ya kita bisa apa?"

"Ck. Tapi status sosialnya gimana, Mas? Dia pekerjanya Mama loh."

"Aku tau. Terus?"

"Nanon tuh artis, Mas. Apa kata orang-orang kalau berita dia dating sama orang miskin kesebar ke mana-mana??" Nada New makin meninggi.

Tay menghela panjang nafasnya. "Ternyata kamu belum terima kenyataan ya? Aku salah sangka berarti."

"Ck. Terserah lah. Kamu nggak ngasih solusi banget, malah bikin aku makin pusing." Yang lebih muda lalu bangkit membuka kasar pintu ruangan suaminya.

"Kok pergi? Jangan marah dong, sayang. Mau ke mana?" Suara Tay menahan New yang sudah berdiri di ambang pintu.

"Ke pantry, bikin teh panas."

KISS OF HEAVEN (OhmNanon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang