Aroma cherry blossom lembut menguar nyaman lewat parfum yang Chimon semprotkan. Sekali lagi memandang carmin dari almari butut di kamar Mac, mematut rupa eloknya.
Hari ini Chimon berniat pulang kembali ke kota. Setelah berpikir penat, untuk apa lagi ia berada di sini. Putra tunggalnya telah pergi ke surga, dan mantan suaminya-pun acuh tak acuh padanya.
Jemari seputih porselen miliknya bergerak menutup pintu utama, tak dikunci. Toh apa yang akan dicuri dari rumah sesederhana ini. Ohm sendiri sudah melesat sedari pagi, berkutat dengan pekerjaannya di ladang Oma Wira.
Berbicara soal si wanita baya, Chimon memutuskan menemui Oma mertua dan adik iparnya sejenak sebelum meninggalkan desa.
Menyusuri jalanan setapak, membiarkan sinar mentari siang menyorot wajah lewat celah dedaunan di rimbun pohon. Sneakers mahalnya melangkah masuk halaman luas milik sang Oma.
Ragu, namun Chimon tak mau berdebat terlalu lama dengan hatinya. Istri sah Pluem Purim tersebut ingin masalah ini segera bisa ia luruskan.
"Mon.."
Deg.
Sudah penuh persiapan, namun saat suara tak asing itu terdengar Chimon masih sedikit menyisakan gelagapan.
"Hai, Non." Mencoba sebiasa mungkin.
Di hadapannya Nanon menyongsong. Pria muda yang kelihatannya tengah mencabuti rumput halaman tersebut berdiri diikuti Ohm. Ya, Ohm sedang membantu Nanon saat Chimon tiba tadi.
"Non, aku ke dalem dulu. Mungkin Bibi udah selesai masak buat dibawa ke ladang."
"Iya, Mas."
Bukan sikap cuek padanya yang Chimon perhatikan dari lelaki tegap yang baru saja masuk rumah meninggalkan mereka. Tapi sikap perhatian Ohm kepada Nanon yang Chimon pikir terlalu berlebihan untuk sekedar kuli dan cucu majikannya.
Tapi si pria tak mau berpikir jauh. Kepalanya digelengkan mengusir segala prasangka lalu menatap Nanon yang masih menanti ujarannya.
"Gue boleh ngomong sebentar?" Tanya Chimon.
Nanon mengangguk. "Ayo."
Keduanya duduk di teras rumah menghadap lurus halaman tanpa perlu saling bertatapan. Entah, rasanya saling canggung. Padahal biasanya keduanya saling dekat satu sama lain.
"Non, sorry." Lirih getir suara Chimon ketika wajah si lelaki dibawa menunduk. Memandang remasan jemari dalam pangkuan.
Nanon menghela nafas dalam. "Kenapa sama gue? Lu nggak ada salah sama gue." Entah benar atau niatnya hanya sindiran.
"Gue bohong soal status gue."
"Gue yang begok. Gue nggak pernah nanya lu jomblo atau nggak waktu itu. Gue cuma ngotot deketin lu sama abang, but finally gue tau lu bahkan udah punya Mac."
Remasan jemari Chimon makin mengerat. Buku-buku jarinya sampai memutih, pucat dan dingin.
"Soal Mac, gue mau minta maaf sebesar-besarnya, Mon. Mungkin Mas Ohm belum cerita sama lu. Mac meninggal di sini, kecebur di sumur belakang rumah ini."
Ada jeda yang Nanon ambil untuk sekedar menenangkan hati. Sedangkan Chimon sendiri masih setia menanti.
"Gue, gue yang harusnya ngawasin Mac waktu itu. Tapi gue.. gue teledor. Sorry.." jemari Nanon bergerak menghapus air mata yang lancang turun.
Yang lebih tua menangkup wajahnya frustasi. "Mac deket sama lu, Non?"
Mengawang, mata Nanon menatap langit cerah membayangkan hari-hari terakhirnya bersama si bocah kesayangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
KISS OF HEAVEN (OhmNanon)
FanficTakdir membawa tajuk hubungan mereka dalam satu garis yang tak disangka-sangka. Namun bisakah mereka tetap bertahan jika rasa bersalah datang jadi dalang utama? Kisah seorang mantan artis yang terjebak situasi bersama seorang duda. Berhias bimbang...