28. Reconciliation

1.8K 219 49
                                    

Seorang Kim Taehyung tidak pernah bermain dengan kata-katanya. Dia menganggap dirinya pria sejati yang akan berpegang teguh pada prinsip dan nilai-nilai hidupnya. Dan nampaknya hal itu yang membuat seorang Kim Sohyun— jaksa yang dikenal berhati dingin terhadap pria—mulai mencair. Luluh meski baru sebagian kecil.

Pemandangan pertama yang Sohyun lihat ketika membuka mata adalah ketampanan Taehyung yang bisa dikatakan tidak manusiawi. Pria itu seperti dewa. Proporsi wajahnya terlalu sempurna untuk ukuran manusia biasa. Hati Sohyun berbunga karena pria itu tengah mendekapnya dengan salah satu lengan sebagai bantalan kepalanya.

Baru saja Sohyun ingin mengulurkan jari telunjuknya untuk menyusuri garis hidung Taehyung, namun kelopak pria itu terbuka dan menampakkan mata indahnya.

"Aku hampir tertidur lagi karena terlalu nyaman berada di sisimu."

Sohyun berdehem untuk menetralisir degub jantungnya. Berharap pipinya tidak akan semerah tomat. Pagi-pagi Taehyung sudah menggombal. Dia lalu mendorong dada pria itu agar menjauh dan kembali memunggunginya.

Taehyung terkekeh. Pria itu bangun dari tidurnya.

"Masih marah ternyata." Lalu mendaratkan sebuah ciuman di punggung polosnya.

Tunggu! Polos? Mata Sohyun membulat.

"Kim Taehyung apa yang kau lakukan padaku sema—" omelan Sohyun terhenti karena pria itu menyambar bibirnya. Melahap rakus bibir atas dan bawahnya bergantian.

"Morning kiss," jawab Taehyung enteng begitu menyelesaikan kegiatan dadakan barusan. Jemari kanannya kemudian menarik resleting gaun tidur Sohyun yang semalam dia buka. Pantas saja Sohyun merasakan dengan jelas sensasi ketika Taehyung mencium punggungnya tadi.

"Istirahatlah sebentar sebelum pergi ke kantor. Aku akan pergi sekarang."

Untuk sejenak Sohyun baru sadar kalau lampu kamarnya masih temaram. Matahari belum terbit rupanya.

Pria itu turun dari ranjang. Merapikan kemeja putihnya. Memakai kaus kaki, sepatu, dan jasnya kembali.

Sohyun hanya bisa mengamatinya dengan hati yang bertanya-tanya.

"Aku akan dinas ke Jepang selama dua minggu," ucap Taehyung yang seolah menjawab pertanyaan Sohyun.

Sohyun terkejut? Tentu saja!

"Ada tikus kecil yang sepertinya ingin mengganggu perusahaan kami."

Sohyun hanya beroh ria sambil melipat kedua lengannya. Punggungnya masih menempel pada dashboard ranjang.

"Aku juga ingin memberi waktu. Untuk diriku dan dirimu. Tentang yang semalam. Tentang kelanjutan pernikahan kita," kata Taehyung putus-putus. Matanya kini menatap Sohyun sepenuhnya.

Lagi. Sohyun merasa bahwa Taehyung tengah mempermainkannya. Mengombang-ambingkan dirinya dalam ketidakpastian. Kenapa semalam dia harus menyatakan perasaannya kalau ujung-ujungnya akan meminta waktu untuk berpikir?

"Kenapa? Kau keberatan?" Taehyung bertanya sambil membenahi dasinya.

Sohyun tersenyum sinis. "Kenapa aku harus keberatan?" Tolaknya.

Taehyung menghela napasnya sebelum berjalan—memutari ranjang. Lalu duduk di hadapan Sohyun.

"Dengar, Kim Sohyun!" Taehyung menelangkup pipi kanan Sohyun dengan telapak tangan besarnya. "Terlepas dari masa lalu maupun perasaan kita, aku masih suamimu sekarang. Kau lupa? Kau pernah berkata bahwa aku adalah milikmu. Jadi kau bebas menyuarakan keberatan atau persetujuanmu kapanpun kau mau, hm?"

"Memangnya kalau aku minta kau jangan pergi, kau akan tetap tinggal? Tidak kan?"

Taehyung tersenyum hangat. Masih mengelus pipi Sohyun.

My Princess ProsecutorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang