30. The last battle

1.8K 247 47
                                    

"Kau sudah banyak berubah Gomsa-nim," ucap Chou Tzuyu setelah meletakkan cangkir tehnya.

Demi semua jiwa penyihir yang ada di dalam dirinya, Kim Sohyun menggigit bagian dalam bibir bawahnya pelan—menahan diri agar tidak mengumpat atau lebih brutalnya lagi mencakar wajah bermuka tembok itu. Alhasil Sohyun hanya tertawa pelan sembari membenahi posisi duduknya agar lebih nyaman.

Benar, di saat seperti ini kekerasan tidak akan menyelesaikan apapun.

"Kau pernah dengar Chou Tzuyu-ssi, semakin bertambah usia seorang wanita katanya akan semakin dewasa pula emosionalnya. Yah, katakan saja aku berubah menjadi lebih baik sekarang." Sohyun menyunggingkan senyuman yang menurut Tzuyu menyebalkan di akhir. Lalu berkata lagi, "Tapi hati-hati juga. Ku dengar sebelum kau bisa mencapai tahap itu, kau akan mengalami masa pubertas kedua yang tak kalah kekanak-kanakan. Seperti menyebarkan kejelekan orang lain misalnya, untuk menarik simpati orang lain. Atau meniru fesyen seseorang untuk melampauinya. Yah, semacam itu." Lagi, Sohyun mengakhirinya dengan senyuman manis—sok polos—yang tidak polos sama sekali menurut Tzuyu.

Jelas-jelas wanita itu sedang menyindirnya.

"Jadi, apa yang membuat anda mengundangku ke sini Chou Tzuyu-ssi?" Kim Sohyun tak lagi ingin buang-buang waktu. Atau setidaknya sebelum kesabarannya benar-benar habis hingga aktingnya sebagi wanita dewasa sia-sia hari ini.

Chou Tzuyu mengendurkan kepalan tangannya. Dia meneguk kembali teh jasmine sebelum tersenyum sok asik. Iuww! Menyebalkan.

"Tidak ada, Gomsa-nim! Saya hanya ingin mengucapkan salam perpisahan kepada anda. Itu saja. Dan sekaligus meminta pendapat anda tentang ruangan ini? Bagaimana? Apa anda menyukai desain interior barunya?"

Pandangan mata Sohyun berkeliling. Menatap iba pada kantor lamanya yang sekarang bernuanasa gold. Sungguh kekanak-kanakan, pikir Sohyun. Chou Tzuyu terlalu berlebihan. Termasuk selera fashionnya hari ini. Sohyun seperti melihat dirinya yang terdahulu di diri Tzuyu. Itulah kenapa Sohyun mengatainya sebagai peniru. Dan setelah Sohyun pikir-pikir lagi, kenapa dia dulu bisa memiliki selera fesyen se-nyentrik itu ya? Melihatnya sekarang, entah kenapa dia merasa malu.

"Ada yang lucu?" Singgung Tzuyu ketika Sohyun justru tertawa geli.

"Tidak," sangkal Sohyun. "Aku hanya berpikir, semoga para klienmu nanti tidak salah mengira ini adalah hotel dan meminta layanan plus plus."

Ejekan Sohyun membuat Tzuyu geram. Dia berpikir keras, kenapa wanita itu jadi sesantai begini? Kalau seperti ini terus, lama-lama dia yang akan kalah dalam perang dingin ini.

"Sudah tidak ada yang ingin kau bicarakan 'kan? Aku harus segera ke Gojeo untuk melaksanakan tugasku. Sekecil apapun peranku dalam negara, aku harus menetapinya bukan?"

Apa? Semudah itu?

Tzuyu mulai panik. Dia kemudian tersenyum miring. Baiklah, waktunya mengeluarkan senjata terakhir.

"Kau masih belum mendapat kabar dari adik ipar?" Mulut Tzuyu berkata dengan lancarnya saat Sohyun berdiri. Sontak Sohyun menatapnya kembali.

"Adik ipar... Bukankah dia di Jepang? Aku bertemu dengannya minggu lalu."

Tzuyu tersenyum semakin lebar karena nyatanya senjata itu sangat ampuh untuk membuat mata seorang Kim Sohyun bergetar. Bahkan kini salah satu telapak tangannya mengepal.

"Aku tidak tahu arah pembicaraan—"

"Kau tidak penasaran dengan apa yang kita bicarakan? Atau, kau tidak ingin tahu apa yang kita lakukan di sana?"

Senyum Tzuyu saat ini adalah yang paling maksimal. Dia menikmati perubahan raut wajah Sohyun, atau lebih tepatnya kemarahan Sohyun.

"Aku tidak penasaran dan tak ingin tahu sama sekali. Karena aku percaya suamiku," ucap Sohyun dengan nada yang dibuat tegas.

My Princess ProsecutorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang