4. Last blind date

3K 334 15
                                    

"Cheers!"

Dentingan gelas dan gelak tawa memenuhi restaurant BBQ yang letaknya tak jauh dari kantor kejaksaan tinggi Seoul.

"Tunggu! Sepertinya ada yang kurang? Di mana jaksa Kim?" Jaksa Lee yang merupakan kepala departemen investagasi menanyakan si tokoh utama yang seharusnya bersama mereka. Makan malam seluruh kantor pusat penyelidikan ini bukannya tak berdasar, melainkan untuk merayakan keberhasilan kantor investigasi nomor 7 menangkap Oh Sehun.

Jaksa penyidik dari kantor investigasi 7 berjengit— Jung Hoseok, pria berumur 29 tahun ini mendekati sang pemimpin. "Aigo, maaf kami belum memberitahu Anda, Bujang-nim." Rautnya berubah sedikit memelas. "Kim Sohyun Gomsa-nim masih berada di rumah sakit untuk menerima perawatan lukanya," lirihnya.

"Mwoya? Apa penyakitnya sangat parah? Kenapa tidak bilang. Kita ke rumah sakit sekarang!"

"Andwae!" Kim Jiwoo, kepala kantor investigas nomor 8— berdiri. "Maksud saya, tidak perlu repot-repot Bujang-nim. Ah, begini..." Jaksa senior yang pernah menjadi pembimbing Kim Sohyun itu mendekat lalu berbisik. Entah apa yang ia bisikan hingga membuat jaksa berkepala botak itu mengangguk puas. Ia bahkan tak mempermasalahkan lagi— ketidakhadiran Sohyun di makan malam kantor yang kalau sudah dihitung— frekuensinya sangat amat sering. Tidak masalah. Toh kinerja Sohyun selama ini memuaskan. Ibaratnya, Sohyun itu ace di pusat penyelidikan.

"Yak! Apa kau akan begini terus? Bisa mati aku lama-lama menutupi kebohonganmu," maki Hoseok pada seseorang di telepon— setelah diam-diam meninggalkan tempat makan.

Terdengar suara kekehan di seberang sana.

"Hampir saja jaksa Lee mengajak seluruh kantor untuk menjengukmu. Untung Kim Jiwoo sunbae membantu."

"Tapi kau bisa mengatasinya kan?"

"Sialan kau! Bersenang-senang sementara aku terjebak di sini— tunggu! Aku dengar decitan ban— Yak! Kau mau pergi kemana?"

"Tentu saja shopping. Aku bosan di rumah sakit..."

"... Kau tahu. Finally, yang ku tunggu-tunggu. Debbie meluncurkan sepatu barunya."

Hoseok memijit pangkal hidungnya sekarang. Lehernya tiba-tiba terasa berat. Tahu apa yang sebenarnya terjadi? Kim Sohyun sebenarnya tidak sakit. Dia sengaja mengajukan cuti untuk menghindari laporan pj yang menumpuk. Dan ia ke rumah sakit sebenarnya untuk menghilangkan bekas luka di lengannya. Bahkan kesempatan ini dia gunakan untuk pergi shopping. Karena memang dua dari beberapa hal yang Sohyun benci: lembur berhari-hari dan bekas luka di kulit mulusnya. Namun dua hal yang sangat digemarinya: shopping dan barang branded.

"Kim Sohyun! Sadar apa yang kau lakukan sekarang!"

"Don't worry. Bagaimanapun, kau juga turut menanggungnya jika aku ketahuan. Bye, jangan menelpon duluan."

Ingin rasanya Hoseok menenggelamkan bosnya itu ke segitiga bermuda. Memang, hidup dengan sosok princess wannabe seperti Sohyun itu tidak mudah. Kalau bukan karena Sohyun pernah menyelamatkan nyawanya— dia tak akan berbuat sejauh ini dan menuruti semua perintahnya.

Bagaimanapun, Sohyun sudah menjadi sosok penting dalam hidupnya.

Melempar ponselnya ke jok belakang— Sohyun bersenandung senang. Tanpa kendala sedikitpun mobil Audi A8 yang dikendarainya berhasil keluar dari basement park BH University Medical Center. Melewati deretan mobil hitam mewah yang terparkir berjajar di depan rumah sakit.

"Kalian boleh kembali ke rumah."

"Ne, HuiJang-nim." Semua pria berjas hitam yang ada di hadapannya menundukkan kepala. Dan salah satunya Taehyung. Dalam hatinya merasa dongkol. Jika bukan karena paksaan sang ayah, untuk apa menjenguk si tua bangka.

My Princess ProsecutorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang