Bright - part 24

2.3K 215 23
                                    




Part 24.











Happy Reading ^^











Ku lihat ruangan sekeliling ku. Ternyata aku di kamar rumah sakit. Tadi aku menabrak tiang listrik. Tidak parah, tapi aku tidak tahu kenapa aku bisa pingsan dan berada di rumah sakit.


Klik.



Ku tolehkan kepala ku kearah pintu yang di buka, muncul sosok win bersama mama. Mereka belum melihatku.

" Ma " panggilku pelan. Sontak mama dan win berlari kearahku dengan wajah cemas mereka.



" Jangan berlari " ujar ku terkejut saat melihat mereka berlari.



" Kamu tidak apa bright? Ada yang sakit? Bilang sama mama sayang. "


" P'bright tidak apa-apa?"


Mama dan win menghiraukan kata-kata ku dan memberiku banyak pertanyaan. Rasanya aku ingin tertawa saat melihat wajah mereka. Bagaimana bisa mereka tetap terlihat lucu saat sedang cemas.


" Kenapa malah ketawa? Mama sangat cemas tahu!" kesal mama sambil memukul pelan dada ku, dan aku pura-pura meringis sakit.



" phi tidak apa?"
" apakah sakit sayang?"

Lagi. Mereka Lagi-lagi serentak bertanya dengan sangat cemas. Benar-benar mertua-menantu yang cocok.

" Bright tidak apa ma. Jangan khawatir " ujar ku pelan setelah berhasil menahan tawaku. Aku usap tangan mama yang berada di dekat tanganku.

" Maaf karena sudah membuat mama cemas. " mama menggeleng mendengar ucapanku. Mata mama sudah mulai berkaca-kaca, mama cukup sensitif kalau menyangkut aku.

" Mama sangat takut terjadi sesuatu yang berbahaya sama kamu. Jangan bikin mama takut lagi yaa. " mama mengusap kepala lalu pipi ku pelan. Aku hanya menganggukkan kepala ku.

" Mama keluar sebentar ya sayang. Mama mau ngabarin papa dan kakek kamu. Mereka sudah seperti orang gila saat mendengar kamu kecelakan."

Setelah mengatakan itu mama langsung pergi tanpa perlu mendengar jawabanku. Mendadak suasana di kamar rawatku menjadi tegang. Atau mungkin hanya aku yang merasa seperti itu. Dari awal win masuk tadi aku tidak benar-benar melihatnya. Aku hanya memandangnya sekilas lalu aku berusaha untuk tidak memandangnya. Bahkan saat ini aku mengalihkan pandanganku ke sisi kiri ruanganku saat win mulai mendekat ke arah kananku. Bukannya aku marah atau membenci win, hanya saja aku belum siap jika nantik tiba-tiba win ingin mengakhiri hubungan kami karena dia lebih memilih luke dari pada aku.

" P'bright" panggil win pelan.

"Hm"

" P'bright" panggilnya lagi.

" Iya."

" P'bright" lagi. Kali ini lebih pelan. Bahkan suaranya agak bergetar.

" Apa." aku tidak bergeming dari posisiku.


"Phi..." win meraih tanganku dan menggengamnya dengan kedua tangannya. Di usapnya punggung tanganku dengan ibu jarinya. Hanya seperti ini sudah membuat aku luluh.

" Bisakah phi melihat win?" pintanya lembut.


Ku hembuskan nafasku pelan, lalu ku ubah arah pandangku. Aku hanya melirik win sekilas lalu aku beralih memandang lurus kearah langit-langit ruang inap ku. " Sudah " ujarku pelan.

Lihat aku, Aku melihat muTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang