Win - Part 15

2.6K 262 8
                                    




Part 15
















Selamat membaca~~












Aku menoleh pada p'bright. Seketika air mata ku jatuh.

" Win..."

"P'win." chimon berlari kearahku dan memelukku.

" Maafkan chimon phi" ujarnya sambil menangis. Aku membalas pelukan chimon sambil menangis. Jujur aku sangat sedih saat melihat chimon lagi.

Aku menangis bukan karena melihat chimon duduk di pangkuan p'pluem tapi aku menangis karena aku bisa melihat chimon lagi. Selama ini kami tidak pernah bertengkar. Baru kali ini chimon menjauhi ku dan itu membuatku terluka. Semoga p'bright tidak salah paham tentang air mataku tadi.

" Sepertinya kalian berdua harus berbicara " suara p'pluem membuat aku dan chimon melepaskan pelukan kami. Aku menatap chimon dan dia mengangguk.

" Baiklah." balasku pelan.

" Ayo phi kita bicara di atap saja " usul chimon sambil memelukku. Dan aku hanya mengangguk. Sebelum aku dan chimon pergi dari ruangan p'pluem, aku melihat p'bright. Wajah p'bright terlihat sedih. Pasti p'bright salah paham lagi. Aku raih pergelangan tangannya dan dia menatapku dengan senyum di paksakan.

" Phi akan menunggu di sini " ujarnya lirih. Sumpah aku tidak tega melihat p'bright seperti itu, kenapa p'bright melow banget sih.

" Jangan berpikiran aneh-aneh phi " ujarku dan langsung pergi keluar dari ruangan p'pluem bersama chimon yang masih di pelukanku.


Chimon masih memeluk begitu kami sampai di atap kantor p'bright. Aku membawa chimon duduk di dekat ayunan yang terletak di sudut. Aku sengaja membawa chimon duduk di sana karena hanya di sana satu-satunya tempat yang teduh. Chimon tidak bisa terkana panas. Atap kantor p'pluem cukup luas. Bukan hanya ada ayunan itu saja di sana. Ada beberapa meja dan bangku yang sengaja di susun rapi di atap ini.

" Ayo duduk " aku mendudukin ayunan itu dan chimon mengikuti lalu chimon kembali memelukku.

Kami terdiam beberapa saat sambil menatap beberapa bunga yang terkenak teriknya matahari. Untung saja ayunan yang kami duduki ada atapnya, jadi kami tidak kepanasan.

" P'win" suara chimon tiba-tiba. Aku menatapnya. Ku lihat wajah chimon yang sudah mulai berkaca-kaca.

" P'win marah dengan chimon?" tanyanya takut-takut.

Kelepaskan pelukannya dan menggenggam kedua tangannya.


" Tidak. P'win tidak pernah marah dengan chimon. Justru p'win berpikir chimon yang marah dengan p'win. " balasku sambil menatapnya lembut. Benar, aku tidak marah dengan chimon. Tidak akan pernah.

" Chimon tidak marah dengan p'win." balasnya pelan.


" Lalu kenapa chimon menghindari p'win?"

" Chimon tidak..."

" Chimon selalu menghindari P'win. Selalu pergi setiap p'win memanggil chimon. Dan chimon tidak pernah pulang kerumah. Apa itu namanaya jika bukan menghindari p'win, hm?"


" Chi...chimon hanya... Hanya takut sama p'win " ujar chimon takut-takut.

Takut?


" Takut? Kenapa chimon harus takut sama p'win?"

" Karena chimon tidak tau jika p'win menyukai p'pluem dan chimon malah berpacaran dengan p'pluem bahkan mau bertunangan dengan p'pluem." terangnya sambil menunduk dalam. Aku jadi merasa bersalah, ini bukan salah chimon.

Lihat aku, Aku melihat muTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang