Kasturi berjalan kembali ke arah dua pria jakung itu berdiri, ia mendekat ke arah Ayah Calixto. Kasturi penasaran ingin menanyakan apakah saldo uang yang Kasturi lihat di ATM-nya adalah benar Ayah Calixto yang mengirimnya. Sepertinya ada kesalahan dalam pengirimannya. Jika benar Ayah Calixto yang mengirimnya mungkin saja salah alamat. Yang seharusnya dikirim ke rekan kerjanya malah nyasar ke tempat Kasturi.
Kruyuk
Suara dari dalam perut seseorang terdengar. Kasturi yang tadinya sudah siap mengeluarkan suaranya untuk bertanya jadi mengurungkan niatnya.
Ayah Calixto membuang muka dari tatapan tertuduh Kasturi dan merogoh ponselnya pada saku celana. Ia sekarang berjalan ke tempat yang sepi untuk mengangkat telepon.
Kasturi memincingkan matanya mengikuti arah Ayah Calixto berjalan.
Perasaan tadi ga ada suara ringtone handphone dah.
Entahlah, Kasturi mengindahkan atensinya pada Calixto, "Lo mau makan apa? Kita makan di sekitar sini dulu aja."
Calixto mengrenyit, "Loh, ga jadi belanja?"
"Abis makan, tadi gue denger suara cacing demo dari perut seseorang."
Calixto mengrenyit bingung. Kasturi mefokuskan pandangannya pada Ayah Calixto yang sudah selesai dari kegiatan menelphonenya dan berjalan ke arah mereka. Calixto mengikuti arah pandang Kasturi. Ayah Calixto yang ditatap kedua orang di depannya merasa risih, "Kenapa?"
"Ga papa, ayo makan dulu," ajak Kasturi.
"Lah, katanya mau belanja?" Ayah Calixto bertanya bingung.
"Nanti, ayo cepet keburu tutup." Kedua pria jakung itu mengekor dibelakang Kasturi bak anak itik. Males tanya 'mau makan apa' sama mereka pasti ujung-ujungnya kedua pria itu jawab terserah.
Ketiga orang ini sudah duduk manis di pojok ruangan restoran. Makanan yang katanya akan dateng cepat ditunggu lima belas menit berlalu pun tak terlihat pertanda detik-detik kedatangan.
Sekarang Kasturi terus menyeruput Crown rosellanya hingga tersisa setengah gelas. Calixto ijin ke kamar mandi sudah lima menit berlalu dari waktu dia ijin. Sedangkan pria di depannya menunggu santai sambil menatap jalanan berbatas jendela kaca tembus pandang di samping kanan mereka.
Kasturi menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi, betapa bosannya dia. Kasturi mengecek handphonenya sebentar tak lama berselang panggilan alam membawanya harus kekamar kecil. Kasturi pun pamit buat ke kamar kecil.
Kasturi berjalan cepat. Setelah sampai di depan ruangan Kasturi melihat Calixto yang nampak kaget dan kelabakan akan kedatangannya. Calixto buru-buru membenarkan kaos lengan panjang yang sebelumnya ia lipat agar tidak basah ketika membasuh tangan.
Kasturi ikutan bingung mengedipkan matanya tiga kali lalu melesat menuju bilik tengah.
Kasturi memgeret kursi duduk dihadapkan hidangan yang sudah tersaji. Kasturi cilingukan cari Calixto, bukannya tadi udah keluar kok ga ada di sini. "Loh, Calixto mana?"
Ayah Calixto mengerutkan keningnya, "Memang belum balik."
Kasturi menggunakan kepalanya paham padahal didalam kepala ia bertanya-tanya kemana perginya Calixto.
Ketiga manusia ini makan dengan hikmat, Calixto sudah kembali 3 menit lalu katanya sih dia habis bertemu tante Rania teman Ayahnya yang sering merawat sewaktu ia masih kecil.
Acara makan-makan pun telah usai kini Calixto dan Kasturi berjalan beriringan mencari segala macam jenis bumbu masakan dan kebutuhan rumah lainnya.
Ayah Calixto memutuskan menunggu di luar—menunggu di bangku dekat kasir. Memang dasar om-om, muterin mall aja udah ngos-ngosan.
"Cal, beli mie instan yuk, gue pengen coba yang rasa nasi padang dah, keknya enak." Calixto cuma diam mengekori Kasturi sesekali menaruh jajan yang ia suka.
"Lo mau juga ga?" tawar Kasturi Calixto hanya mengangukan kepalanya sekilas.
"Enaknya beli ikan, ayam atau daging, Cal?" oceh Kasturi bertanya setelah melihat gurami berenang-renang di aquarium tepat di depan matanya.
"Ayam."
Setelah puas berbelanja. Kini Kasturi sudah berada di depan Kasir.
Tadi ... Ayah Calixto memberikan dompetnya pada Kasturi. Kasturi tentu saja terkejut akan maksud Ayah Calixto menyodorkan dompetnya sama sekali tak pernah terbayang pada benak Kasturi, kata Ayah Calixto buat bayar seluruh belanjaan pake uang yang ada di dompetnya saja. Ketika Kasturi menolak karena uang yang ada di ATM-nya lebih dari cukup untuk membeli apapun yang Kasturi ingin Ayah Calixto sungguh tak menerima penolakan.
*****
Mengendarai mobil dengan damai. Malam sudah sangat larut bahkan ketika ketika mereka keluar dari mall. Mall pun sudah sangat sepi.
Di salah satu lampu merah terlihat adanya kerumunan Kasturi pikir itu adalah kecelakaan. Kasturi melihat kerumunan itu dengan iba ah, Kasturi jadi ingat kematian. Kasturi menengok ke arah Ayah Calixto dia diam mengemudi dalam damai, berganti melirik kaca dalam mobil Calixto pun juga seolah tak terusik sedikit pun. Kedua pria ini acuh tak peduli.
—————————
Hai....
Padahal niat up setiap seminggu sekali, tapi jadwal yang terus memadat jadi ga bisa nepatin janji.
Tolong dimaafkan.
Doakan moodku menulis selalu dalam keadaan yang baik!
See ya!
![](https://img.wattpad.com/cover/216949673-288-k525331.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SONshine
Short StoryKasturi kira ia hanya akan menghadapi suami dalam sekenario pernikahannya, tapi nyatanya apa? ia malah terikat oleh anak tirinya yang seumuran dengan Kasturi. Sopankah takdir menggiringnya bak hysteria? Dalah, tunjukkan Kasturi dimana arah kamera m...