Rapi

57 6 1
                                    

Sore all....
Niat ngeganti cover jadi lah ini.

Gimana pendapat kalian?
Aneh ga sih?

Typo adalah bagian dari seni abstrak:)

******

Hari ini Kasturi engga ada kelas. Sedari pagi ia sudah sibuk modar-mandir di dapur. Ia sibuk menyiapkan bahan sesekali melihat tutorial di youtube. Kalau biasanya rumah ini bak tak berpenghuni kini malah seperti medan perang. Pukul lima dini hari Kasturi sudah ribut membuka buah kepayang.

Kepayang sendiri adalah buah yang wajib ada saat membuat rawon, itu yang Kasturi tau setelah mendengar penjelasan Youtube. Sebenarnya buah Kepayang sendiri mengandung sianida jika tidak tau cara mengolahnya, kata mabuk kepayang diambil dari filosofi buah ini juga loh, hmm Kasturi baru tau.

Rasanya bukan hanya diminta untuk memasak, tapi juga diminta untuk belajar filosofi rawon deh sama Calixto. Setiap bahannya memiliki pengertian sendiri.

Kasturi menegakkan badannya ia menghembusakan nafas bangga. Saikoro wagyu--daging kotak sudah selesai ia tumis baunya harum ... Ekm sepertinya Kasturi bisalah magang di restoran, bukannya sudah pantas untuk ukuran orang yang baru sekali coba.

Kasturi mengangkat teflonnya ia memasukkan tumian saikoro Wagyu nya kedalam kuah rawon. Jika menurut resep harusnya Kasturi memakai daging rawonan, sayangnya kemarin Kasturi tidak pergi kepasar untuk bisa request bagian daging seenak jidat. Jadi Kasturi hanya bisa mengira-ngira saja dengan menggantinya dengan saikoro wagyu.

Kasturi mengaduk-aduk kuah rawon. Raut wajah Kasturi berubah masam ia teringat harga saikoro wagyu kemarin sangatlah mahal jika sekarang Kasturi buka kedai--menjual rawon sudah dipastikan bangkrut, belum apa-apa dagingnya saikoro wagyu.

Kemarin saja ia berbelanja hampir menyentuh angka dua juta, untunglah di dompet Ayahnya Calixto banyak cash mana tebel lagi tu dompet, like deh Kasturi kalo tiap belanja disodorin dompet kek kemarin.

Mencicipi kuah rawon, Kasturi rasa kurang asin, Kasturi berhenti mengaduk dan mencari keberadaan garam.

"Astaga," pekik Kasturi terjingkat. Kasturi kira tadi ada tuyul loh "Ngapain lo disitu, bikin kaget aja," tegurnya pada Calixto yang berjongkok sambil memegang gelas kosong.

"Engga," jawab Calixto singkat, padat, gak jelas.

Kasturi mengerlingkan matanya, "Sonoan ish, gue mau cari garem."
Yang diusir pun pergi menjauh, Calixto meletakkan gelas kosongnya pada meja makan lalu berjalan menuju kamarnya.

Kasturi menengok ke arah Calixto, "Kalo dah selesai buruan turun, rawonnya dah jadi nih."

"Iya."

*****

Kedua pria di depan Kasturi memakan makanannya dengan lahap. Kasturi tersenyum simpul, "Enak engga?" tanyanya memastikan.

Kedua pria itu menatap Kasturi. "Enak," jawab keduanya kompak. Kasturi menyungingkan senyum bangga. Hidungnya dah maju lima centi ni sahabat.

Selesai makan dan membersihkannya Kasturi menuju halaman belakang. Rumah ini memiliki halaman belakang cukup luas untuk ukuran rumah tengah kota.

Tadi Kasturi melihat dengan ekor matanya Calixto menuju ke tempat ini jadi Kasturi penasaran dan ikut-ikutan. Kasturi membelalakkan matanya takjub, berbagai tanaman tumbuh di sini jalan setapak kecil menuju kolam ikan juga terlihat indah di mata Kasturi walaupun tak besar tapi cukup mengagumkan.

Kasturi melihat punggung Calixto. Apa yang Calixto lakukan di pojokan begitu?

"Cal," seru Kasturi memanggil Calixto ia berjalan mendekat di tangan Calixto sudah bertengger burung kakak tua jambul kuning.

Kasturi terkagum, "Uwah ... Ini kakak tua jambul kuning, 'kan?" Kasturi mencoba menyentuh burung itu. Namun, seolah mengerti burung kakak tua tersebut bergeser bak jual mahal. "Ish, jual mahal bat lu."

Ketika kakak tua bergeser ogah-ogahan Kasturi pegang. Lengan kemeja seragam Calixto tersingkap memperlihatkan beberapa luka seperti cakaran. Ni burung satu ganas juga ternyata, pikir Kasturi meringis ia tak jadi menyentuh untuk kedua kalinya umh ... tar kena cakar, kulit putih mulusnya ga glowing lagi.

"Ini lo punya sertifikatnya? atau jangan-jangan ini ilegal lagi. Tobat, Cal. Jan maen yang kek begituan ish,"
cerocos Kasturi sok tau.

"Ada setifnya."

"Berapaan kek gini? Dua juta? Empat juta?" tebak-tebakan bareng Kasturi check!

"Yah sekitaran itu." jawab Calixto sambil menaruh si burung pada besi tempat burung itu bertengkar.

"Wah, pinter juga gue nebaknya." Kasturi memperhatikan Calixto yang mengelus-elus bulu kakak tua itu. Sambil terus memperhatikan Kasturi baru sadar kalau seragam yang Calixto pakai itu tidak asing di kepala Kasturi keknya dia pernah lihat.

"Loh, Cal ...." Kasturi menggantung ucapannya.

Calixto dah nengok, tapi yang manggil malah diem. Calixto mengubah atensinya pada burung kakak tua lagi.

"Lo anak SMA Garuda Cakra?" Kasturi baru inget inikan seragam yang biasa adeknya pakai.

"Huum."

Lah lah lah jangan-jangan mereka temenan lagi.

"Lo kelas berapa sih, Cal?"

"Dua belas"

"Oh iya ya dua belas." Kasturi manggut-mangut kelas dua belas ya, adiknya masih kelas sebelas. Oke bukan teman sekelas.

SMA Garuda Cakra tuh SMA swasta elit, memiliki nama yang lumayan bagus di sini. Kasturi meringis ia pernah diterima beasiswa di SMA Garuda Cakra sayangnya kedua orang tuanya tidak menyetujui Kasturi bersekolah di sana. Katanya jauhlah apalah ini itu berbagai alasan mereka lontarkan. Berakhir Kasturi bersekolah di SMA biasa dekat rumah. Sedangkan adiknya baru berucap langsung di iyakan dan mencari segala cara agar dapat diterima sekolah tersebut. Yah bagaimana pun itu sudah berlalu.

"Cal, ayo," Suara berat dari arah dalam ruangan. Ayah Calixto berseru agar anaknya cepat menyelesaikan kegiatannya.

Kedua orang menengok, Calixto menyudahi acara bermanja ria dengan burung kakak tua. Ia menepuk dua kali kepala burung itu gemas. Seolah mengatakan jaga diri baik-baik, Bro.

Calixto berjalan menghampiri ayahnya. Kasturi mengekori Calixto.

Kasturi terus berjalan mengekor, tetapi pikirannya jalan jalan. Calixto kan tidak bisa mengendarai kendaraan atau tidak diperbolehkan, ya? Atau kah mungkin Calixto pernah balapan liar sehingga tidak diperbolehkan menaiki kendaraan sendiri?  Berbagai pertanyaan muncul di benak Kasturi. Ia menguap, lalu mengedipkan matanya beberapa kali ia menepis segala pemikirannya tidak mau memusingakan perkara ini. Kasturi abis ini mau tidur aja, dah ngantuk banget.

SONshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang