Berlalu

134 10 0
                                    

Tujuh hari berlalu, selama tujuh hari belakangan pun keseharian gue sama. Gue tetap menjalankan kewajiban  menjadi seorang istri, membersihkan rumah dan memasak. Namun, gue masih belum bisa menerima kenyataan bahwa gue juga anggota keluarga ini.

Bahkan sejak lima hari yang lalu gue menggandakan kunci pintu belakang, takut-takut jika pintu yang gue lewati kemaren dikunci dari dalam, kan ga elit kalo gue tiba-tiba jadi gelandangan.

Gue mengeser pagar hitam di depan gue dengan sepenuh tenaga. Ga tau kenapa hari ini gue lemes, ga kayak biasanya.

Kaki gue terus melangkah menuju pintu belakang. Bodoamat sama pagar pintu yang ga gue tutup lagi, lemes sumpah ga tau kenapa.

Gue muter kunci yang dah gue duplikat ke mamang Udin ahli kunci deket kampus gue.

Bunyi kunci diputar dua kali menandakan usaha gue berhasil. Pintu terbuka, gue langsung jalan berbelok ke arah dapur mencari segelas air.

Oh ya lupa. Gue berjalan ke arah pintu belakang guna menguncinya lagi sambil tetap meneguk air.

Gue berbalik kearah dalam, tinggal satu tegukan lagi setelah itu gue berniat tidur.

Tak terduga tiba-tiba sesosok makhluk berpakaian putih menyembul.

Gue membulatkan mata terkejut, baju dia basah terkena semburan gue. Ya siapa yang ga kaget tiba-tiba ada yang muncul depan mata.

"Anjir!"

"Huwa maap!" Gue ga tau harus ngapain. Calixto menatap gue datar. "Lagian lo sih!, tiba-tiba muncul, cosplay jadi setan lo!" sungut Kasturi kesal.

Masih dengan tatapan datarnya Calixto bertanya, "baru pulang?"

"Enggak, lagi nyedot WC," jawab gue asal.

Calixto menonyor kepala Kasturi "Tolol."

Kasturi mengerenyit tak suka "Heh!, ga ada sopan-sopannya sama ibu tiri! Gue kutuk jadi ikan pari mampus lo!"

Calixto makin menatap Kasturi datar.

Kasturi mendengus, ia tak tau mau ngomong apalagi, kesannya kek awkward banget. Ia menatap Calixto. "Lepas baju lo, gue taroh belakang sekalian," perintah Kasturi.

"Njir, tante-tante mesum!" jerit Calixto dialay-alaykan.

"Bangke!, dah malem tolil," umpat Kasturi geram.

"Ya..,ya.."

"Lagian tonta-tante kita seumuran!"

"Sudah kuduga, berapa lo?"

"Sembilan belas"

"Amjic, semester berapa?"

"Satu"

Calixto mengangguk paham, "S1 semester satu," gumamnya pelan namun masi dapat didengar Kasturi.

Kasturi yang mendengar itu lantas membenarkan "S2 semester satu"

"Anjin- eh Astagfirullahhh, ko bisa," ia mengubah perkataannya seketika karena tatapan leser didepannya sangat mematikan.

Kasturi melayangkan pikirannya mengingat-ingat lagi masa lalunya "Masuk SD umur enam tahun, SMP, SMA eksel, udah deh kuliah" Calixto mengangguk-angguk paham. Ko bisa ya dirinya delapan belas tahun masih SMA, sedangkan ibu tirinya sembilan belas taun udah kuliah, S2 lagi. Ini dia yang ketuaan masuk sekolah apa emang dasarnya goblok. Calixto tersenyum getir akan nasibnya.

"Emang lo sekarang umur berapa?" tanya Kasturi, "enam belas ya?" tebaknya, Calixto tersenyum kecut, "delapan belas" ujarnya dengan nada yang patut dikasiani.

Kasturi mengguk "oh delapan belas, HAH, DELAPAN BELAS TAHUN?, ITU SEKOLAH APA SEMEDI?"

"Lo aja yang sekolahnya kecepatan, anjir."

"Iya bang jago, nurut aja la gue," Kasturi mengerjapkan matanya beberapa kali, kantuk yang dilandanya tak bisa dihindari. "gue duluan, ngantuk" Kasturi melangkahkan kakinya menuju kamar.

"Bentar!" Calixto menahan lengan Kasturi.

Kruyuk..

Suara perutnya terdengar jelas, Calixto nyengir kuda.

"Apa?"

"Laper.., buatin makanan donk" rengeknya.

Kasturi menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya kasar, "ya udah, gih ganti baju dulu" perintah Kasturi. Calixto mengngguk lalu berjalan pergi.

Kasturi mulai menumis-numis masakannya, ia haya memasak tumis jamur dengan tempe, masalahnya hari ini ia lupa membawa bahan masakan. Padahal ia biasanya membawa beberapa bahan masakan dari toko mbak Naomi, dengan membayar bahan masakan tersebut dengan potong gaji.

Beberapa hari ini, ATM Kasturi juga terblokir gara-gara ia lupa pin saat mencoba menarik uang, dan Kasturi pun masih malas untuk mengurus soal ATM. Ia bertahan hidup menggunakan sisa-sisa tunai yang ia miliki.

"Cal, Calixto.., dah jadi nih" sebenernya tadi Kasturi mau masakin telor ceplok tapi ga tega.

"Aws.."

Kasturi membalikkan badannya menghadap mini bar sekilas, karena mendengar rintihan Calixto, "mana bagian jari kelingking lagi yang kepentok" gerutu Calixto, kalian tau kan gimana rasanya kelingking kaki kepentok pinggir meja. Amajing banget rasanya.

"Ati-ati makannya," peringat Kasturi.

Ia berbalik, memfokuskan matanya pada sayur yang akan dituangkannya ke piring.

"Nih." Kasturi menyodorkan piring itu kehadapan Calixto.

Sekarang Kasturi gak tau mau ngapain lagi akhirnya Kasturi memutuskan untuk mengambil dua gelas air satu untuk dirinya dan satu untuk Calixto, Kasturi membuka kulkas, "Cal, mau pake es batu ga?"

"Ga usah."

Kasturi menutup lemari es lalu menggeser segelas air di tangan kananya pada Calixto, Calixto meneguk air mineral itu hingga kandas.

Sepuluh menit berlalu, nunggu Calixto makan lama juga ya.

"Cal, gue duluan, tar piringnya dicuci sekalian loh ya"

"Hmm"





















=============TBC==========











SONshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang