Bunyi pintu dipaksa untuk ditutup cukup membekkan telinga. "Nunggu diluar aja," intrupsinya penuh penekanan. Tentu ini membuat mereka memilih mundur dan menunggu di kursi tunggu.
Kasturi duduk di sebelah kanan Ayah Calixto ia menyandarkan bahunya ke kursi dan memilih menghembuskan nafas kasar.
"A ... aku mau beli minum," ucap Sage--adik Kasturi yang memilih untuk menghindar dari hadapan kakak dan kakak iparnya. Kasturi melirik sekilas adiknya yang mulai berjalan menjauh, ia tersenyum jenggah.
Kasturi menghembuskan nafas kasar lagi, entah sudah keberapa kalinya.
Tiba-tiba punggung Kasturi terasa kian menghangat, ini berkat tangan Ayah Calixto yang mengusap-usap punggungnya telaten. Sebenarnya tadi Kasturi berniat menepis tangan Ayah Calixto namun hal itu ia urungkan, teringat ia tidak tau harus menjelasakan kekacauan keluarganya mulai dari mana.
*****
"Gue berangkat," Kasturi mengangguk. Ia menatap gelas kosong di depannya, detik berikutnya Kasturi menuju wastafel dapur mencucui satu persatu alat makannya, alat makan Calixto dan beberapa alat memasak yang ia gunakan. Ayah Calixto sudah pergi ke kantor sebelum ia terbangun, sepertinya Ayah Calixto akan sanggat sibuk. Ia mengetahui ini karena kemarin Kasturi sempat menguping pembicaraan Ayah Calixto dan asistennya sebelum ia bener-benar terlelap dalam alam bawah sadarnya.
Setengah jam berlalu Kasturi memilih menuju sofa dan melihat adakah tayangan yang membutnya tertarik, mumpung kelasnya siang, ia berniat berleha-leha sebentar.Kasturi mendudukkan pantannya pada sofa. Bukannya empuk, Kasturi mendapati pantatnya menubruk sesuatu. Sebuah benda persegi tertinggal, Katuri mencoba membukanya. Tidak di password, sepertinya Kasturi tau milik siapa beda ini, itu karena wallpaper spiderman di sini begitu mencolok perhatiannya.
Wallpaper terbuka menampilkan sebuah utas panjang bertuliskan kalimat-kalimat yang begitu menjijikkan, Kasturi tercenang setiap membaca kalimat berikutnya. Kasturi diam menaruh handphone itu di meja, ia menatap televisi sambil melamun, ia benar-benar masih tidak percaya dengan draf berbentuk utas yang ia baca barusan.
Telephone rumah berbunyi membuyarkan lamunan Kasturi. Ia berjalan ke sumber suara. Ini suara Calixto, Calixto memintanya untuk mengirimkan handphonenya. Suara Kasturi tercekat seperti ia kehabisan tenaga setelah membaca tulisan tadi, ia hanya bisa berdehem mengiyakan permintaan Calixto.
Kasturi menuju dapur ia mengambil sebuah totebag kecil dan memasukkan botol air minum di dalamnya. Suara mobil terdengar, mungkin itu Mamang yang siap membawa handphone Calixto. Kasturi bergegas menuju depan ia menyaut handpone milik Calixto dan memasukkannya kedalam totebag.
"Loh, Ibu kenapa?" tanya Mamang yang mendapati wajah pias Kasturi.
"Hah? eng ... engga kok , Mang. Engga papa," jawab Kasturi terbata-bata.
"Beneran ndak papa?" tanya Mamang memastiakan.
Kasturi mengangguk, "Ini ya, Mang. Terimakasih."
"Siap, Bu." Kasturi tersenyum mendengar jawaban Mamang.
Kini otak Kasturi penuh dengan pertayaan. Jika Calixto pulang ia akan menanyakan apa maksud tulisan di handphonenya itu.
*****
"Thank you, Rur. Ga sia-sia gue temenan sama lo."
"Ya, ya, ya. Buruan keluar, gue mau apel."
Kasturi mencibir, "dasar bucin."
Ya benar, Kasturi abis nebeng Ruri, ia bilang hari ini ada arisan keluarga di rumah om nya. Tentu saja itu adalah kebohongan. Yah sepertinya Kasturi sudah pintar berbohong, buktinya belum ada yang curiga padanya sampai detik ini.
Tadi berangkat kuliah di jemput Nida, tauk tuh kesambet apa tiba-tiba nawarin buat ngejemput.
Kasturi masih meneduh, hujan makin deras. Kasturi membuka payung yang Ruri berikan padanya, pengertian emang temennya itu, cuma emang kadang akhlaknya minus. Kasturi tadi juga bilang rumahnya masuk gang tikus, jadi harus jalan beberapa langkah lagi. Agak bego sih memang Si Ruri, orang disini engga ada gang, percayaan banget. Kasturi kadang ga habis pikir bisa-bisanya Ruri memiliki status Presdir mahasiswa padahal sifatnya kayak gitu, random ga jelas.
Kasturi telah sampai di rumah, ia mencoba membuka pintu utama, tapi naas pintu itu masih terkunci rapat. Kini Kasturi bertanya-tanya, apakah Calixto belum pulang? Bukannya ini sudah lewat jam pulang sekolah.
Menepis pemikirannya Kasturi mencoba berjalan ke pintu belakang. Kasturi terjingkat kaget, dirinya mendapati Calixto yang basah kuyup mencoba membuka pintu belakang.
"Cal!" seru Kasturi.
Calixto sedikit terkejut. "Kok Lo baru pulang?"
"Ya gitu," jawab Calixto seadanya.
"Sini-sini." Melihat Calixto kesusahan membuka kunci. Kasturi mencoba mengambil alih, "Sonoan dah, lu basah, ege."
Calixto menyungut ia melirik Kasturi jengah dengan ekor matanya.
Setelah di pikir-pikir, walaupun Kasturi masih terkejut dengan draft di handphone Calixto tadi, tapi dia memilih untuk pelan-pelan menyikapi hal yang baru saja ia ketahui, ia tidak mau terburu-buru untuk menanyakannya, takut-takut malah Calixto risih dan malah menutup diri, Kasturi tidak ingin itu terjadi.
________________________
Wah gila udah lama bgt ga nulis lagi. Berdebu bgt ni akun.
Batu Vometnya ya!
![](https://img.wattpad.com/cover/216949673-288-k525331.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SONshine
Short StoryKasturi kira ia hanya akan menghadapi suami dalam sekenario pernikahannya, tapi nyatanya apa? ia malah terikat oleh anak tirinya yang seumuran dengan Kasturi. Sopankah takdir menggiringnya bak hysteria? Dalah, tunjukkan Kasturi dimana arah kamera m...