SA-01🔏

1.9K 214 5
                                    

Happy reading!


Vote&Comment yaa!

___________


Hiruk pikuk lorong sekolahan  mendominasi pendengaran seorang gadis yang tengah berjalan acuh sambil terus mendengarkan musik di earphone miliknya. Ara berjalan cepat, ia benar-benar enggan melirik atau bahkan menyapa beberapa murid yang tengah bercanda gurau di sepanjang lorong kelasnya.

Gadis itu mendudukkan dirinya, ia menyimpan tas berisikan buku-buku pelajaran ke kolong meja sampai ia menyadari sesuatu. Disana, di kolong mejanya terdapat sebuah kotak kecil hitam dengan pita kuning yang terikat rapih.

Ara kemudian mengambilnya lalu menaruh tasnya ke belakang tubuhnya untuk sementara waktu. Ia menoleh, ia kemudian menatap tajam ke arah murid lelaki yang kini tengah mengusap bibirnya menggunakan jari telunjuk.

Murid lelaki itu kemudian tersenyum sinis seakan menantang sesuatu pada Ara. Melirik jam yang masih menunjukkan pukul 7, Ara memilih untuk membawa kotak tersebut pergi dan bergegas masuk ke dalam kamar mandi.

Ara mendudukkan dirinya di salah satu kloset sambil membuka kotak tersebut dengan terburu-buru.
Ia simpan pita kuning pertanda kematian tersebut ke dalam saku bajunya kemudian ia buka kotaknya dengan tergesa.

"Kill 10-21-14-7 (14-97)"

Ara dengan segera mengerti. Secarik kertas di dalamnya berisi perintah seperti biasa. Ia kemudian meremat lalu menghancurkan kertas tersebut sampai menjadi potongan-potongan kecil. Ia membuang asal kotak hitam tersebut lalu keluar dari kamar mandi tanpa ekspresi apapun.

Gadis itu berjalan dengan ekspresi datar sambil tetap menatap lurus ke arah seseorang yang telah menunggunya di depan pintu ruang kelasnya.

"Malam ini pukul 11 , bandara incheon." Bisik murid lelaki dengan suara berat tersebut.

Ara menatapnya sambil memberi kode setuju lewat kedipan mata.

Felix tersenyum kemudian mendahului Ara untuk masuk ke ruang kelas terlebih dahulu. Gadis itu kemudian duduk lalu menorehkan bolpoint miliknya ke sebuah buku kecil bermotif hitam polos yang ia keluarkan dari tas nya.

Setelah selesai, Ara melirik pada seseorang yang memerhatikannya sedari tadi. Gadis itu merasakan hawa negatif yang menyerangnya. Ia kemudian menatap ke arah samping, tepat di barisan ujung terhalang dua kursi darinya yang sama berada di barisan paling belakang. Ara menatap datar seoarang murid lelaki yang juga tengah menatapnya dengan tatapan yang sulit di artikan.

Ara mendadak kelu, tatapan Haechan seperti akan membunuhnya detik ini juga. Ara juga dapat melihat tangan kiri Haechan yang seakan membuat  pola ketikan di atas meja tapi Ara tak bisa menerka apa maksudnya.

Gadis itu buru-buru memalingkan pandangnya, Ara tak ingin ambil pusing dengan sesuatu yang hanya membuatnya takut apalagi mengancam hobi tersembunyi miliknya.

Selama masih menetralkan perasaannya, guru pelajaran pertama datang membuat semua murid kembali duduk ke bangku nya masing-masing. Ara menyibakkan surai hitamnya ke belakang telinga lalu ikut memberi salam kepada guru yang terlihat masih muda tersebut.

Pak Chanyeol kemudian menaruh penggaris besi kesayangannya membentur ke atas meja guru dengan keras. Hal itu membuat beberapa murid terkejut bukan kepalang. Pak Chanyeol memang guru yang tegas, tapi baru kali ini ia terlihat begitu emosi saat baru memasuki kelas.

"Lee Haechan, maju kedepan sekarang!" Bentak pak Chanyeol menggema di seisi ruang kelas.

Guru dengan kacamata bulat yang bertengger di pangkal hidungnya tersebut berteriak dengan suara serak membuat para siswi merinding. Ia membentak sambil melotot ke arah Haechan yang duduk di barisan paling belakang tersebut.

𝐒𝐞𝐜𝐫𝐞𝐭 𝐀𝐠𝐞𝐧𝐭-𝐋𝐞𝐞 𝐇𝐚𝐞𝐜𝐡𝐚𝐧√ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang