SA-13🔏

1K 169 5
                                    

Happy Reading!

Vote&Comment yaa!

_________________

Seorang gadis kecil terlihat bersedih sambil memegang sebuah boneka beruang pink yang ia peluk dengan erat. Melihatnya, Haechan menurunkan egonya kemudian berjalan mendekat ke arah gadis kecil itu yang terlihat masih terus bersedih.

Sudah hampir 2 jam, gadis kecil itu menangis tanpa mau berhenti. Sang ayah meninggal tepat di hadapannya, dan kini hanya ada seorang pria asing yang berada di depannya membuat gadis itu semakin ketakutan.

Tubuhnya bergetar, matanya memerah karena terlalu lama menangis. Terdiam di pojok ruangan sambil memandang mayat Sang ayah yang tergeletak bersimbah darah di ruang tengah.

Haechan mendekat, menatap sendu gadis kecil yang tengah menutupi wajahnya dengan boneka miliknya. Luka kecil di sudut dahinya juga pasti terasa sakit.

"Kamu lihat pelakunya?" Tanya Haechan sambil berusaha menenangkan gadis kecil itu.

Ia menggeleng, tentu saja. Sudah biasa, Sang pelaku pasti menggunakan topeng andalannya.

Dengan perlahan, Haechan mengelus lembut rambut gadis kecil itu membuatnya sedikit tenang. Berulang kali, walau ia tak ahli dalam membujuk anak kecil, ia hanya berharap ini akan berhasil.

"Jangan takut, saya gak akan nyakitin kamu."

Tanpa disangka, gadis kecil itu akhirnya berhenti menangis dan mulai memperlihatkan wajah yang telah memerah. Dengan gemetar, ia menunjuk sebuah lukisan di ruang tengah membuat Haechan membulatkan matanya.

"Mau saya bantu balas dendam? Saya ahlinya, kamu bisa katakan hal apa yang kamu ingin saya lakukan untuk pembunuh ayahmu."

Gadis kecil itu menggigit tangan boneka nya lalu menatap Haechan dengan nanar, begitu sakit tatapan yang ia berikan. Tentu, itu membuat kepalan di tangan lelaki itu semakin mengeras.

"D-dia tembak papah, hiks...papah sakit..." Lirihnya.

"Jadi kamu mau saya tembak dia? Sure, saya akan lakukan hal yang sama buat dia."

Haechan mengangkat jari kelingkingnya sampai ke depan wajah gadis kecil itu, "Janji untuk gak bilang ke siapapun ya? Ini rahasia di antara kita berdua. Saya janji, pelakunya bakal ngerasain sakit yang sama."

Cukup lama terdiam hingga akhirnya gadis kecil itu juga ikut mengangkat kelingkingnya. Ia menyetujuinya, menangguk seperti begitu percaya pada omongan orang yang baru saja ia kenali.

"Mata om, mata yang gelap."

Gadis kecil itu melepas ikatan kelingkingnya lalu beralih menyentuh bawah mata Haechan.

"Om marah..." Lirihnya sambil masih sedikit terisak.

Haechan menggenggam tangan mungil itu lalu tersenyum, "Saya gak marah, saya cuma sedih liat kamu nangis kayak gini."

"Sebentar lagi polisi akan datang, kamu tinggal jelasin semuanya. Dan ingat, jangan bilang kalau saya datang ke sini, oke?"

𝐒𝐞𝐜𝐫𝐞𝐭 𝐀𝐠𝐞𝐧𝐭-𝐋𝐞𝐞 𝐇𝐚𝐞𝐜𝐡𝐚𝐧√ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang