SA-19🔏

990 163 15
                                    

Happy Reading!

Vote&Comment yaa!

__________________

Keadaan di sekitar rumah sakit telah disterilkan. Haechan memblokir beberapa akses dan memindahkan ruangan pasien yang kemungkinan akan menyulitkan jalannya nanti. Untuk berjaga-jaga, Haechan kini bahkan masih berada di kamar Ara dan menjaga gadis itu agar percaya padanya. Haechan tau, Ara tak mungkin langsung bisa memercayai nya begitu saja.

"Tidur ya? Nanti gue bangunin kalo semua udah selesai, oke?"

Ara menggeleng, "Gimana gue bisa tidur disaat-saat kayak gini!" Bentaknya sambil berdecak frustasi.

Kebingungan, Haechan sudah kehabisan cara lagi sekarang. Otaknya di penuhi dengan bagaimana cara membuat Ara tertidur sekarang juga, kalau tidak, rencananya kemungkinan akan gagal.

Haechan langsung bangkit dari duduknya, ia teringat sesuatu.

"Ra, gue bikinin teh anget ya biar ngga panik lagi." Gumam Haechan, tanpa diduga Ara mengangguk menyetujui.

"Boleh banget, gue haus. Tapi jangan lama-lama." Balas Ara.

Dengan cepat, Haechan mengirim sebuah pesan pada rekannya tanpa sepengetahuan Ara. Tanpa berbasa-basi lagi, Haechan bergegas keluar ruangan dan segera menemui seseorang disana. Haechan tidak meminta teh pada perawat ataupun datang ke kantin rumah sakit. Ia hanya perlu keluar dan menemui Jihoon yang sudah menyiapkan semua untuknya.

Jihoon datang lalu menyerahkan segelas besar berisi teh hangat yang tentunya telah diracik terlebih dahulu.

"Thank's, jangan lengah, gue bakal susul lo sebentar lagi."

Jihoon mengangguk, ia lantas pergi dan kembali fokus pada pekerjaannya.

Haechan langsung kembali menuju kamar Ara, sang empu terlihat masih gelisah lalu tak lama menyadari bahwa Haechan telah kembali.

"Minum dulu, lo gak boleh panik." Haechan menyodorkan segelas teh hangat tersebut pada Ara, dan gadis itu langsung menerimanya.

Senyuman kecil terukir di sudut bibir lelaki itu, Ara perlahan mulai meneguk teh itu lalu menyimpannya ke atas meja di sebelah ranjang.

Haechan duduk kemudian mengambil kedua tangan Ara yang sedikit bergetar, "Lo bisa percayain semuanya ke gue, jangan takut ra, gue janji setelah ini, lo bakal keluar dari zona berbahaya ini."

Ara hanya mengernyit bingung, tiba-tiba saja ia merasa jantungnya berdebar lebih kencang. Begitupun pandangannya yang mulai berputar, Ara tentu mulai menyadarinya.

"Chan, jangan bilang...."

"Lo harus tidur, dan bangun disaat semuanya udah selesai."

Dengan sigap Haechan menahan tubuh Ara yang limbung, ia langsung merebahkan tubuh itu dengan nyaman tak lupa juga selimut untuknya.

Memang Doyoung tak menyarankan hal ini, tapi Haechan pikir akan lebih baik jika Ara tak mengetahui apa yang akan dirinya dan Doyoung lakukan.

Disisi lainnya, Felix kini hanya mengikuti instruksi terakhir dari Haechan dengan terus memerhatikan pergerakan Han Jisung. Namun bagi Felix, tidak ada yang aneh disana. Han juga terlihat hanya diam sambil sesekali mengotak-atik sniper miliknya tanpa melakukan pergerakan yang aneh.

Felix kesulitan mencerna sesuatu yang terjadi, kenapa Haechan harus mencurigai Han? Atau Haechan hanya mengelabui dirinya saja?

Waktu terus berjalan sampai akhirnya Felix kembali menerima pesan.

𝐒𝐞𝐜𝐫𝐞𝐭 𝐀𝐠𝐞𝐧𝐭-𝐋𝐞𝐞 𝐇𝐚𝐞𝐜𝐡𝐚𝐧√ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang