SA-21🔏

1K 159 15
                                    

Happy Reading!

Vote&Comment ya!


Ayo comment:)



____________________


Hujan masih belum mereda, sempat berhenti tadi dan kembali turun dengan deras sekarang ini. Ara beberapa kali mengecek ponselnya dan belum ada tanda-tanda dari Doyoung untuk membalas pesannya. Padahal Ara sudah mengiriminya pesan bahwa ia pulang lebih cepat hari ini.

Ara melirik Haechan yang baru saja keluar dari kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang basah kuyup. Ia memberikan jaketnya pada Ara, tentunya ia juga mengorbankan tubuhnya untuk kehujanan.

"Apa liat-liat?" Sinis Haechan yang kini tengah mengeringkan rambutnya.

Ara langsung mendecih dan buang muka, "Geer banget sih jadi orang. Siapa juga yang ngeliatin lo."

"Ckk, iya gue tau, gue emang ganteng. Ngaku aja sih,"

Lagi dan lagi Haechan membuat Ara muak, ingin sekali Ara memukulnya namun itu tak mungkin ia lakukan sekarang.

Haechan selesai. Ia mendekat dan duduk di sebelah Ara. "Baju kak Doy cocok juga gue pake."

Ara merotasikan bola matanya, "Tetep lebih cocok kalau kak Doy yang pake."

Haechan mendesah kecil, ia lalu melihat ke sekeliling, "Dimana p3k? Luka lo belum diobatin."

Ara melirik tangannya yang masih terbalut sapu tangan milik Haechan, darahnya sudah berhenti keluar, namun rasanya masih sangat perih.

"Ada di kamar, nanti aja, tunggu kak Doyoung pulang."

"Ckk, keburu infeksi nanti. Udah cepetan,"

Haechan menarik Ara untuk memasuki kamarnya, dan ini membuat Ara tersenyum sinis.

"Ternyata lo juga tau letak kamar gue." Ucap Ara dengan nada yang begitu takjub, "Gue jadi pengen cepet tau identitas lo."

Mendengarnya, Haechan melotot dan langsung menjatuhkan Ara ke atas kasur.

"Akh! Sakit anjing!"

"Kasar lo," Haechan kemudian menyumpal mulut Ara dengan boneka yang ada disana.

Lelaki itu lantas berjalan ke sudut ruangan dan mengambil beberapa obat yang dibutuhkan. Ia lalu kembali ke ranjang dan duduk di sebelah Ara dengan nyaman.

"Siniin tangan lo,"

Ara pasrah, ia akhirnya mengulurkan tangan dan membiarkan Haechan mengobatinya.

"Awwsshhh" Ara terus meringis walau Haechan sudah begitu perlahan membersihkan lukanya.

"Lemah, padahal biasanya juga ngebunuh orang."

Plak

Ara menampar dada Haechan, lalu tamparan kedua di bibirnya. "Bacot tau gak!"

𝐒𝐞𝐜𝐫𝐞𝐭 𝐀𝐠𝐞𝐧𝐭-𝐋𝐞𝐞 𝐇𝐚𝐞𝐜𝐡𝐚𝐧√ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang