Semenjak kejadian Yeosang menghampiri Jongho, Jongho malah berniat membuka mata ketiganya. Sudah sih, beberapa hari yang lalu. Ia juga mulai biasa saat melihat ada yang berjalan tanpa kepala atau semacamnya.
Jongho terduduk di tepi makam, ia tak menatap gundukan tanah itu. Pandangannya malah jatuh ke samping batu nisan dengan nama Kang Yeosang.
Jongho tersenyum tipis melihat Yeosang berdiri di sana. Rasanya ia ingin memeluknya, sayangnya itu tidak mungkin.
"Kak Yeo apa kabar? Bahagia disana?" Yeosang mengangguk, lalu terkekeh kecil.
"Aku ketemu kakek, nenek, semuanya." Jongho tertegun mendengarnya, apalagi melihat Yeosang terkekeh kecil seperti itu.
"Jadi, kan aku udah bahagia Hoho juga harus bahagia." Jongho tersenyum mendengar lanjutan kata dari Yeosang.
"Ya, gitu deh, Hoho bahagia kok kak. Kakak tau ga sih, anak pertamanya San sama Wooyoung cerewet banget, nurun dari si Wooyoung. Terus ya terus, kemarin Jaemin nangis tuh gara gara diusilin dia." Jongho menggelengkan kepalanya, mengingat bagaimana usilnya anak kedua temannya itu.
"Terus? Gimana kabar Yunho sama Mingi?" Jongho mengangkat bahunya.
"Setelah nikah, Yunho sama Mingi pindah ke luar negeri. Katanya sih cari tempat yang enak buat berdua. Paling nanti kalau punya anak balik lagi kesini, ga kuat mereka ngurusnya." Yeosang terkekeh pelan, tangannya mengusap tangan Jongho.
Walau hasilnya hanya akan terasa sedikit udara yang menerpa kulit Jongho, tetap saja. Jongho tertunduk, ia rindu dengan usapan usapan kecil yang Yeosang beri padanya.
"Kamu sendiri? Udah punya pasangan lagi?" Jongho pastinya menggeleng. Ia mengusap wajahnya kasar.
"Gimana Hoho mau cari pacar kalau hatinya belum kakak balikin? Hoho kangen banget sama kakak, rasanya sakit kak. Serius Hoho mau banget di peluk kakak, tapi rasanya mustahil. Hoho cuman mau kakak, Hoho ga mau yang lain." Yeosang tersenyum tipis mendengar perkataan Jongho.
"Aku udah ga ada Ho, aku udah ga ada. Maaf karena aku ga bertahan hari itu. Maaf udah buat kamu tersiksa belasan tahun. Makanya aku berharap kamu lupain aku, kamu ga ingat apa pun tentang aku. Aku cuman bisa berharap, kita cepat selesai Ho.. aku ga mau nyiksa kamu lebih lama lagi." Tubuh Jongho melemas, jujur baru kali ini Yeosang berkata seperti itu.
Jongho menggeleng pelan, kepalanya tertunduk. Ia berusaha sekuat mungkin menahan tangisannya di depan pria manis itu.
"Kakak rasa, Yuna baik sama kamu. Dia kan yang selama ini nenangin kamu setelah aku ga ada?" Jongho menggeleng kuat.
"Sebaik apapun orang itu, sebaik apapun dia. Aku ga bisa lepas dari kakak. Bahkan kakak itu yang terbaik dari yang terbaik. Maaf aku belum sempat ngelakuin hal yang berarti buat kakak. Maaf aku belum bisa jadi yang baik buat kakak."
"Semakin lama kamu jatuh sama aku, semakin lama juga aku bertahan disini Ho.. aku juga mau pergi ke sana, tempat dimana harusnya aku bisa tenang." Jongho menggeleng lagi, rasanya ia sangat tidak terima dengan hari ini. Ini, mimpi bukan?
"Kak, maaf buat kakak disini terlalu lama, sekali lagi maaf kak. Jongho pulang ya? Makasih." Jongho beranjak dari duduknya, meninggalkan Yeosang yang masih terdiam.
"Apa gua egois ya?"
***
Sekarang Jongho sedang menangis di dalam pelukan Wooyoung. Iya Wooyoung, kalian ga salah kok. Selama ini hanya Wooyoung yang bisa mengerti perasaannya.
"Kak Yeo suruh gua untuk lupain dia, Woo." Wooyoung tersenyum tipis, lalu mengusap pundak Jongho.
"Bagaimana pun itu, gua yakin itu untuk kebaikan kalian berdua." Jongho mengangguk pelan.
"Gua tau gua salah, tapi gua masih belum bisa lepas dari dia."
"Udah ya Ho, ga usah di paksain kalau belum bisa." Jaemin berjalan dari arah belakang keduanya.
"Kalah sama cucumu, kakek kakek. Belum nangis loh dia hari ini." Jongho mendengus kesal mendengar ledekan anaknya.
Jaemin membawa gelas berisi air ditambah es ditambah gula sama teh celup. Iya, es teh manis maksudnya.
"Yayah!" Teriak anak kecil yang sedang berlari kecil ke arah Jaemin. Langkahnya tidak seimbang, namanya juga bayi baru bisa jalan.
"Anak ayah, sini nak." Jaemin menggendong tubuh kecil itu, lalu menunjuk nunjuk appanya yang masih menangis di pelukkan Wooyoung.
"Kek!" Jongho menoleh, menatap anak kecil di gendongan Jaemin.
"Anan aniss!" (Jangan nangis) Jongho terkekeh. Ia menyeka air matanya, lalu tersenyum melihat cucunya yang semakin besar dari hari ke harinya.
"Pintarnya cucu kakek. Belajar dari mana hm?" Sendal rumah Jaemin langsung melayang, mengenai tepat kepala Jongho.
"Anak gua jangan diajari pakai hem ham hem nanti gedenya jadi fuck boy!" Sedangkan dahi Jaemin langsung di sentil oleh Jeno, yang entah sejak kapan ada di sebelahnya.
"Kamu juga, anaknya jangan diajari ngomong kasar dong."
***
Sorenya, Jongho kembali ke makan Yeosang. Membawa buket bunga favorit pria manis itu. Jongho menengok sekeliling, ia ingin bicara dengan pria manis pemilik makam itu. Sayangnya, ia tidak menemukannya.
"Semoga bahagia kak, Jongho janji bakal lupain kakak. Mungkin Jongho bakal jarang main ke sini lagi. Maaf ya kak, baru bisa bilang sekarang. Tapi, karena dulu Jongho belum pernah bilang mau mutusin kakak. Jadi, Jongho bakal bilang sekarang. Kita akhirin hubungan ini ya kak. Makasih belasan tahunnya, Jongho sayang kakak. Jangan lupa bahagia kak." Setelah Jongho pergi, Yeosang baru keluar dari tempat persembunyiannya.
"Yeo juga sayang Jongho."
.
.
.
Bonus pt 5 ENDAku ga tau kalian masih simpan book ini di perpus kalian atau engga. Aku hanya gabut kak, berakhir menulis cerita yang menyedihkan ini:3
KAMU SEDANG MEMBACA
FROM ME TO YOU [JONGSANG] ✔
FanfictionIni hanya sebuah deretan kata yang membentuk sebuah kalimat dan ini ku tulis hanya untukmu. WARNING! • BxB • Yeo, bot • Jong, top • harsh words [25 Agustus - 29 September 2020]