FMTY'11

405 83 45
                                    

"Si Jongho kayak mayat, tapi hidup."

"Ga ada semangat hidup banget."

"Jongho kenapa sih ?" Kira kira begitulah kata kata yang keluar dari ke enam laki laki yang sedang menatap aneh ke arah Jongho.

"Berisik kalian, Jongho emang udah jadi mayat. Belahan jiwanya hilang tanpa kabar." Yeosang terkekeh pelan. Sedangkan ke enam lainnya, menatap Yeosang bingung. Meminta penjelasan atas kata katanya barusan.

"MAKSUDNYA APA ?! BELAHAN JIWA ?! SOMI ?! DIA KENAPA ?!" Pertanyaan (dibaca : teriakan) spontan dari Wooyoung membuat hampir seluruh orang yang ada di kantin menatap ke arah mereka.

Saat Wooyoung kembali membuka mulutnya, San langsung membekap mulut Wooyoung dengan tanganya. Tidak membiarkan kekasihnya tersebut kembali berteriak seperti sebelumnya.

"Itu loh, si Somi udah dua minggu di chat ga di balas balas. Waktu kita datang ke apartemennya dia ada sih, cuman si Jongho ga mau ngikutin." Jongho mengehela napasnya, ia mengacak rambutnya frustasi.

"Masalah hati toh." Balas Seonghwa. Ia hanya bisa menggeleng melihat adik kelasnya sangat frustasi seperti itu.

Jongho menoleh ke arah Yeosang. Matanya menciptakan tatapan yang sangat sangat menyedihkan, kata Yeosang. "Kak, Somi balas chat gua kemarin." Yeosang tersenyum tipis mendengarnya.

"Bagus dong ?" Jongho menggeleng. Ia memberikan ponselnya pada Yeosang. Layarnya dengan otomatis menampilkan roomchat Jongho dengan Somi.

Som.i
Ho

Jonghoo
Huft, iya?
Kamu kemana aja?

Som.i
Gimana ya ngomongnya?

Jonghoo
Ngomong aja, sayang.
Ada apa hm?

Som.i
Aku minta putus.

Jonghoo
Kalau itu keputusan kamu, aku bisa apa ?

Som.i
Maaf ya, ho

Jonghoo
Kamu ga salah.
Itu hak kamu.

Som.i
Makasih ya

Jonghoo
Ya

Yeosang menatap Jongho bingung. "Lu iyain langsung, ho ?" Jongho mengangguk ragu.

Ponsel Jongho langsung diambil paksa oleh Wooyoung. Ia pun membaca isi pesan tersebut bersama San.

"Lu ga ada nanya alasan atau apa gitu ?" Kali ini, Jongho menggeleng.

"Kok lu bodoh sih, ho ?" Itu bukan ucapan Yeosang lagi, melainkan Wooyoung.

"Gua gatau, gua pengen banget untuk pertahanin semuanya. Tapi satu sisi, kalau gua doang yang pertahanin hubungan itu, itu ga guna kan ?" Lagi lagi Jongho menghela napasnya. Hobi baru Jongho, mungkin.

Yeosang terdiam, tidak mau menyalahkan atau membenarkan Jongho. Keputusan Jongho tidak seratus persen benar, tapi tidak seratus persen salah juga.

"Lu sayang sama Somi, ho ?" Jongho mengannguk, lebih semangat dari sebelum sebelumnya.

"Relain dia, ya ? Kalau dia bahagianya sama yang lain, apa boleh buat ?" Mata Jongho dengan cepat menatap Yeosang dalam dalam. Tak lama, kepalanya mengangguk perlahan.

***

Ini sudah hari ke empat semenjak Jongho dilanda patah hati yang luar biasa. Ini juga sudah hari ke tiga Jongho tidak masuk sekolah.

Yeosang merebahkan tubuhnya, merengganggkan otot otot yang sudah ia gunakan seharian penuh.

Saat Yeosang hampir tertidur sepenuhnya, benda persegi panjang yang ia letakan di meja nakas bergetar.

Toa is calling...

Yeosang memencet tombol merah secepatnya, menandakan ia menolak panggilan tersebut. Tak lama, ponsel itu kembali bergetar.

Tanpa pikir lagi, Yeosang mengangkatnya.  Ia langsung meletakan ponselnya di sebelah kepalanya. Semoga saja, topik pembicaraan Wooyoung tidak sepanjang biasanya, batin Yeosang.

"Apaan sih, Woo ? Gua mau tidur !" Kesal Yeosang.

"Sang, mending lu kesini deh !"

"Kemana ? Buat apa ? Memangnya ada apa ?" Yeosang yang mendengar sedikit kegaduhan dari seberang sana semakin dilanda rasa bingung.

"Ini si Jongho !" Mendengar nama Jongho, Yeosang membulatkan matanya. Ia ikut panik sebelum ia tau masalah sebenarnya.

"Jongho kenapa, Woo ?"

"Jong--" Sambungan terputus secara tiba tiba. Yeosang menatap bingung layar ponselnya.

Dengan cepat, Yeosang mengetik nomor Wooyoung. Berinisiatif menelpon Wooyoung kembali, tetapi yang menjawabnya adalah seorang operator wanita.

Yeosang yang sudah diselimuti rasa khawatir dan panik pun tidak bisa berpikir jernih lagi.

Untuk kedua kalinya, ponsel Yeosang kembali bergetar. Ia melirik nama kontak yang tertera di layar ponselnya.

SANtan kara is calling..

Tanpa pikir panjang, Yeosang langsung memencet tombol hijau pada layar ponsel tersebut.

"Jongho--" Yeosang tidak mendengar suara San sama sekali. Yang ada hanya suara Wooyoung dan sedikit kegaduhan di belakangnya.

"Kenapa Woo ?"

"Jongho ! Dia masuk rumah sakit !"

"Hah ? Shareloc ! Gua otw." Yeosang memutuskan sambungan tersebut secara sepihak. Ia berlari mengambil sweater dan kunci mobilnya.

Sesekali matanya melirik roomchatnya dengan San, memastikan alamat rumah sakit yang dikirim oleh Wooyoung.

Yeosang mengendarai mobilnya dengan kecepatan diatas rata rata. Ini sudah pukul setengah dua belas, jalan sedikit renggang malam ini.

Bahkan, Yeosang hampir saja menerobos lampu merah kalau ia tak ingat nyawanya hanya satu.

Saat Yeosang menelusuri koridor rumah sakit pun sudah banyak orang yang mengumpat kesal, karena di tabrak oleh pria manis tersebut.

"Sorry." Hanya itu yang bisa dikeluarkan dari bibirnya. Tapi, ia tetap menabrak orang lainnya.

Sampai akhirnya, seseorang menarik Yeosang menjauh dari koridor tersebut.

"Kenapa sih, woi ? Gua buru buru ! Lu siapa lagi ?" Teriak Yeosang kesal. Yang ada di otaknya sekarang hanyalah satu, pergi menemui Jongho di ruangannya.

"Diam." Yeosang membulatkan matanya. Ia kenal suaranya.

Yeosang melangkah mengikuti wanita tersebut. Membiarkannya membawa Yeosang ketempat tujuannya.

Sekarang, lupakan Jongho untuk sementara. Yeosang hanya perlu berbicara dengan wanita ini.
.
.
.
Tbc

Tugas oh tugas~
Kapan kamu selesai, sayang ? :)

Puas kalian Somi sama Jongho putus ? :(
Kasian tau :((

FROM ME TO YOU [JONGSANG] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang