FMTY'16

358 79 53
                                    

Yeosang menggelengkan kepalanya saat melihat ke enam temannya yang sudah terlelap. Ia baru saja membersihkan kekacauan yang mereka buat bersama Jongho.

Sebelumnya, ke enam teman lainnya juga membantu membersihkan kekacauan ini. Entah bagaimana mereka bisa berakhir terlelap. Apa semua kekacauannya sudah mereka bersihkan?

"Aneh." Bagaimana Yeosang tidak berbicara begitu? Posisi tidur mereka sedikit ga menyentuh kata wajar.

Ah, kecuali Hongjoong dan Seonghwa yang terlelap di sofa dengan posisi duduk dan saling menyender. Yeosang yakin, besok pagi leher mereka akan sakit kalau terus dibiarkan tidur dengan posisi seperti itu.

Coba pindah ke Wooyoung dan San, sedikit lebih normal sih. San yang terlelap dengan kepala yang ia letakan di paha Wooyoung. Wooyoung sendiri terlelap dengan posisi duduk menyandar ke sofa.

Menurut Yeosang, Yunho dan Mingi yang paling jauh dari kata wajar. Yeosang menggelengkan kepalanya, mencoba berpikir apa yang mereka lakukan sebelum terlelap.

Lihat saja, Yunho yang terlelap di karpet dengan posisi tengkurap dan diatasnya ada Mingi dengan posisi terlentang. Mereka berhasil membuat tanda '+' dengan posisi tidur mereka.

Yeosang tidak tega untuk membangunkan mereka sebenarnya, tapi mau bagaimana lagi? Dari pada besok mereka banyak mengeluh karena tubuh mereka sakit. Lebih baik, Yeosang membangunkan mereka sekarang. Yeosang menghampiri Hongjoong dan Seonghwa, berniat membangunkan mereka lebih dulu.

"Kak Hongjoong, Kak Seonghwa, bangun kak, pindah ke kamar." Seonghwa mengerjapkan matanya pelan, lalu mulai membangunkan Hongjoong.

"Joong bangun, kita pindah ke kamar." Hongjoong membuka matanya, nyawanya belum terkumpul sepenuhnya. Ia mulai melangkah mengikuti Seonghwa sambil meletakan kepalanya dipundak pria itu. Sekarang, Yeosang berpindah ke Wooyoung dan San.

"Woo, San, bangun, pindah ke kamar." San langsung terbangun dan menggendong Wooyoung ke kamar. Yeosang hanya menggelengkan kepalanya melihat dua orang itu hilang di balik pintu.

Baiklah, bagaimana dengan Yunho dan Mingi? Yeosang kurang yakin untuk membangunkan mereka dengan posisi seperti itu. Apa Yunho bisa bernapas?

"Yun, Gi, bangun, pindah ke kamar." Yunho yang bangun terlebih dahulu.

"B-berat, anjir." Yeosang pun membantu Yunho yang kesulitan menggeser tubuh Mingi.

"Yun, bangunin Mingi ya? Gua mau ke Jongho." Yunho hanya mengangguk asal, nyawanya belum terkumpul sepenuhnya.

Yeosang menghampiri Jongho yang sedang duduk dilantai dekat pintu yang mengarah ke taman belakang. Yeosang segera mendudukan dirinya disebelah laki laki itu.

"Ga tidur, ho?" Yeosang melirik jam yang ada diponselnya. Sudah menunjukan pukul satu lebih dua puluh lima dini hari. Apa Jongho belum diserang rasa kantuk?

"Belum ngantuk, baru kena air soalnya." Yeosang hanya mengangguk mengerti. Wajar saja, Jonghokan baru selesai mencuci piring.

"Ga usah di sini, ho, dingin."

"Kalau gua kedinginankan ada lo kak."

"Gua?" Yeosang menunjuk dirinya sendiri. Bingung dengan perkataan Jongho.

"Iya lu, kan lu bisa meluk gua." Yeosang memukul pelan lengan Jongho.

"Apaan sih, ho? Ga jelas!" Tatapan Jongho jatuh kearah langit malam. Entah sejak kapan Jongho mulai suka melihat langit. Menurutnya, itu menenangkan.

"Lu suka sama gua kan, kak?" Yeosang membulatkan matanya sempurna. Tentu saja kaget dengan kata kata Jongho barusan.

"Apaan sih, ho? Aneh lu!"

"Gua juga." Ayo Yeosang, kuatkan hati mu. Jangan menangis, jangan berteriak, jangan berlari, jangan melompat. Tahan Yeosang, tahan. Ayo tahan, Yeosang kuat.

"M-maksud lu?"

"Ga, lupain. Ayo tidur." Jongho berdiri secara tiba tiba.

"Tidur sofa ya kak? Ga ada kamar lagi." Yeosang memajukan bibirnya, lalu berjalan menuju sofa.

"Engga bercanda. Kalau mau tidur sofa gapapa sih, soalnya sisa tidur bareng gua."

"Selimut sama bantalnya?"

"Ambil dikamar gua." Yeosang hanya mengekori Jongho yang berjalan ke arah kamarnya. Kata kata Jongho masih berputar putar dikepalanya.

Jongho memberikan selimut dan bantalnya ke Yeosang. Yeosang mengambil kedua barang tersebut dan melangkah keluar dari kamar Jongho.

"Serius tidur diluar kak?" Yeosang mengangguk. Sebelum Yeosang keluar dari kamarnya, Jongho sudah menarik tangan Yeosang agar tidak menjauh.

"Sini aja kak, diluar banyak nyamuk. Apa lagi pintu di buka terus dari sore." Yeosang terdiam, kembali menimbang keputusan apa yang harus ia ambil.

***

"WOI BANGUNG, ANJIR." Teriak Wooyoung kesal. Sudah lima menit ia teriak teriak dari luar kamar, tapi masih belum mendapat respon apa pun.

Wooyoung akhirnya memutuskan untuk masuk. Ia berlari kencang lalu melompat ke arah kasur, meninpa kedua orang yang masih terlelap.

"Memang dasar pasangan kebo." Gumam Wooyoung saat melihat kedua temannya masih belum terbangun.

Wooyoung mendorong tubuh Jongho, hingga pria itu terjatuh dari tempat tidurnya. Kuat juga si Wooyoung.

"ANJRIT !" Jongho berteriak kaget. Seumur hidupnya, ia belum pernah jatuh dari tempat tidurnya sendiri.

Yeosang yang mendengar teriakan Jongho yang ga main main, langsung bangun. Wooyoung tersenyum puas, akhirnya kedua temannya bisa bangun.

"Wooyoung gila." Jongho masih kesal dengan Wooyoung yang mendorongnya tadi. Kepalanya membentur laci yang berada persis di sebelah kasurnya.

"Turun, sarapan." Ucap Wooyoung santai. Senyum manis tidak pudar dari wajah Wooyoung, merasa tidak bersalah atas kejadian tersebut.

Mata Yeosang yang masih setengah tertutup itu menatap Jongho bingung. Nyawanya belum terkumpul sepenuhnya, jadi ya maklum aja kalau Yeosang masih memeluk bantalnya saat sudah duduk.

"Eungh? Kenapa Ho?"

"Di dorong sama Wooyoung, kepala gua kebentur laci." Jongho mengusap bagian kepalanya yang sedikit memerah.

"Oh." Yeosang menangguk angguk. Sedetik kemudian dia tersadar, "Eh?!" Yoesang berlari kecil kearah Jongho. Tangannya menyibak rambut Jongho, memperlihatkan dahi yang memerah disana.

"Sakit?"

"Sedikit."

"Kotak p3k dimana?"

"Di situ." Yeosang berlari kecil kearah yang ditunjuk Jongho, membuka kotak kecil di sana, dan mengambil salah satu salepnya.

Yeosang menuangkan salep tersebut pada jarinya, lalu mulai mengolesi dahi Jongho.

"Dingin." Ucap Jongho saat merasakan dahinya yang sedikit dingin.

"Memang, gua suka mainin waktu kecil."

"Obat kok di mainin sih, kak."

"Suka sama baunya, sama dinginnya juga."

"Kalau gua?"

"Lu?"

"Iya."

"Apaan sih, Ho?"

"Suka ga sama guanya?"

.
.
.
Tbc

Hikseu hikseu nulis apa sih Aska :(

FROM ME TO YOU [JONGSANG] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang