"Dengan keluarga korban kecelakaan bernama Kang Yeosang?" Tanya dokter tersebut, dan langsung diangguki oleh Hongjoong.
"Benar."
"Maaf, tapi korban tidak bisa kami selamatkan." Napas Hongjoong tercekat mendengarnya. Kepala dokter itu menggeleng kecewa.
Tubuh Hongjoong melemas, kakinya mulai berjalan ke arah teman temannya dengan lemah. Kepalanya menggeleng memberi isyarat.
Tangisan Jongho lebih keras dari sebelumnya. Membuat yang lainnya memeluk Jongho memberi kekuatan.
Bayangkan, jika kekasihmu pergi untuk selama lamanya. Tanpa pamit, bahkan tanpa peringatan apapun. Apa kalian kuat? Pasti kalian akan seperti Jongho sekarangkan?
"Ga mungkin!" Teriak Jongho kuat, membuat teman temannya yang sebelumnya tidak menangis kini meneteskan air mata.
"Kak Yeosang pasti masih sehatkan? Itu pasti bukan kak Yeosang!"
"Jongho." Panggil Wooyoung pelan.
"Kita semua kehilangan, ho." Air mata Wooyoung semakin deras. Punggung tangannya terus terusan menyeka air mata yang tidak bisa berhenti keluar.
"San, antar aku ke rumah orang tuanya Yeosang." San mengangguk keduanya langsung keluar dari gedung dengan dominasi warna putih itu.
Selama perjalanan, Wooyoung hanya menangis. Sesekali memberi tahu San arah mana yang harus ia tuju.
Wooyoung memencet bel dengan tidak sabar. Setelah di bukakan pintu, Wooyoung langsung menghadap kedua orang tua Yeosang. Membiarkan kekasihnya, San menunggu di mobil.
"Selamat dan terima kasih." Ucap Wooyoung lebih dulu.
"Apa maksudmu?"
"Selamat, kalian sudah berhasil menyingkirkan Yeosang dan terima kasih telah membuat kami berduka." Nada Wooyoung tidak meninggi sama sekali. Dia benar benar menyeramkan sekarang.
"Bicara yang jelas!" Ibu Yeosang kesal dengan ucapan Wooyoung. Wooyoung hanya terkekeh, matanya sudah tidak mengeluarkan air mata.
"Yeosang kecelakaan, dan sekarang udah pergi untuk selama lamanya? Senangkan? Senang dong pasti." Ibu Yeosang menutup mulutnya kaget.
"Jangan bicara sembarangan ya kamu!"
"Saya bicara berdasarkan fakta. Sahabat saya, Kang Yeosang meninggal karena kecelakaan setelah pulang dari rumah orang tuanya. Apa kata kata dan panampilan kacau saya kurang?" Wooyoung langsung melangkah keluar dari ruangan tersebut.
"Ikuti mobil saya kalau kalian mau tau dimana Yeosang sekarang." Wooyoung kembali masuk kedalam mobil dan meminta San untuk kembali ke rumah sakit.
San mulai menanyakan Wooyoung apa saja yang di bicarakannya dengan orang tua Yeosang. Wooyoung mulai menceritakannya, masih dengan nada serak khas orang baru selesai menangis.
Menurut San, Wooyoung hebat. Wooyoung hebat karena sudah menyadarkan kedua orang tua Yeosang. Buktinya, ada sebuah mobil yang mengikuti mereka di belakang. Hujan mulai turun, membuat suhu udara menjadi lebih dingin.
"San, tau ga? Kata papaku dulu, kalau ada orang yang meninggal dan hujan kayak begini. Itu tandanya malaikat ikut nangis di atas sana. Nyatanya, setiap aku kehilangan orang yang aku sayang, pasti hujan deras." San tersenyum mendengar perkataan Wooyoung. Tangannya mengelus punggung tangan kekasihnya, berniat menguatkan pria manis itu.
"Berarti, Yeosang orang baik ya, San? Sampai malaikat aja nangis lihat Yeosang pergi."
"Yeosang baik banget sayang, selama ini dia yang bantu kita." Wooyoung menatap keluar jendela. Menatap tetes tetes hujan yang berada pada jendela mobilnya.
"Yeosang." San ikut menoleh saat mendengar kekasihnya menyebut nama sahabatnya.
"Bahagia ya disana." San tersenyum lembut. Hebat, kekasihnya hebat.
***
Jongho menatap kosong gundukan tanah di hadapannya. Tempat kekasihnya tertidur untuk selamanya.
"Kak Yeosang, kenapa pergi ga pamit dulu sama Jongho? Kalau Jongho tau, Jongho bakal tahan kak Yeosang kemarin. Jongho janji bakal jagain Wooyoung dan yang lain walau mereka ngeselin. Jaemin pasti bakal kangen sama kakak manisnya, sama kayak ayahnya kak. Pasti Jongho bakal kangen banget sama kak Yeosang. Bahagia di sana ya kak, tunggu sampai Tuhan suruh Jongho untuk pulang juga." Air mata Jongho kembali menetes. Di belakangnya ada Seonghwa yang siap mengelus punggung Jongho.
"Yeosang, kakak janji buat jagain Jongho. Pasti kamu bakal kangen bangetkan sama kesayangan kamu ini. Ayo kamu mau minta apa? Ingatin Jongho buat ga telat makan? Ingatin Jongho untuk tidur cukup? Atau ingatin Jongho biar ga terlalu nyibukin diri sendiri? Nanti ya, kakak janji bakal lakuin semua. Bahagia disana ya, Sang. Semua orang pasti akan kangen sama kamu."
"Kita pamit pulang ya kak? Kakak harus bahagia walau disana ga ada Jongho! Sampai jumpa kak. Jongho sayang banget sama kakak." Jongho mulai melangkah menjauhi makam Yeosang. Air matanya masih menetes.
"Semangat Jongho!" Ucap Jongho menyemangati dirinya sendiri. Mereka sudah berada di mobil, berniat pulang ke rumah Jongho.
Semua tertidur di perjalanan, ke tujuhnya lelah menangis saat pemakaman tadi. Untung saja supir orang tua Jongho yang membawa mobil.
Jongho mengerjapkan matanya, mobilnya sudah dekat dengan rumahnya. Ia melirik ke enam teman lainnya.
Jaemin sengaja ia biarkan di rumah, takut kalau ia tidak bisa menahan Jaemin. Biarkan anak itu tau di saat yang tepat nanti.
.
.
.
ENDAska gatau ini ngefeel atau engga T-T
Tapi jujur, Aska nangis pas ngetik part ini T-TAkhirnya Aska punya karya yang end juga T-T
KAMU SEDANG MEMBACA
FROM ME TO YOU [JONGSANG] ✔
FanficIni hanya sebuah deretan kata yang membentuk sebuah kalimat dan ini ku tulis hanya untukmu. WARNING! • BxB • Yeo, bot • Jong, top • harsh words [25 Agustus - 29 September 2020]