20 Desember 2019
Bisakah aku kembali ke sana ? Atau mungkin, kau yang menemuiku disini.
***
Kedelapan pria--ditambah Somi--itu pun kembali membuka obrolan. Sesekali mereka menjadi pusat perhatian karena mengeluarkan suara suara yang terlalu berisik.
Wooyoung sesekali melirik ke arah Yeosang yang sedang fokus dengan ponselnya. Ia sama sekali tak tertarik dengan candaan Mingi atau pun cerita cerita aneh dari San.
Wooyoung kali ini menatap Yeosang lebih dalam. Ia mengambil paksa ponsel Yeosang dan langsung dapat tatapan tajam dari pria manis tersebut.
Auranya gelap, itu bukan tatapan kesal biasa. Tapi sedikit terpancar sorot tidak suka ? Atau bahkan kebencian ? Pasti Yeosang sedang menyembunyikan sesuatu.
"Kalau lagi ngumpul ga boleh main hp, kecuali ada yang telepon." Jelas Wooyoung. Yeosang melirik tumpukan ponsel yang berada di tengah meja. Pantas saja Jongho langsung mengeluarkan ponselnya setelah sampai, pikirnya.
Yeosang memutar bola matanya malas. Ia meletakan ponselnya di tengah meja.
Sekarang, fokusnya jatuh pada wanita didepannya. Yeosang meringis saat merasakan sakit pada bagian kepalanya.
"Yeo ? Lo gapapa ?" Tanya Wooyoung khawatir.
"Yeo ?" Panggil Seonghwa. Yeosang masih tetap menunduk dan memegang kepalanya.
Perlahan Yeosang mengangkat pandanganya, lalu tersenyum tipis.
"Gua gapapa." Ke tujuh orang itu menatap Yeosang aneh. Mana mungkin bisa tiba tiba membaik seperti itu ?
"Bohong elah yang tadi, gua akting doang. Keren ga ?" Orang sakitnya sampai kerasa banget. Keren dong seharusnya ? Lanjut Yeosang dalam hati.
Yeosang mendapat sahutan kecewa dari San dan Mingi. Wooyoung, Seonghwa, Hongjoong, Yunho dan Jongho masih tidak percaya dengan ucapan Yeosang. Sedangkan Somi, ia hanya fokus pada ponselnya.
"Gua ga yakin." Ucap Wooyoung dan mendapat persetujuan dari semua orang terkecuali San, Mingi, dan Somi.
"Lu ga bisa bohong, kak. Kita tuh peka sama hal hal kayak gini. Kecuali dua curut itu. Ga ada peka pekanya." Timpal Jongho.
"Heh ! Siapa yang lu katain curut, hah ?!" Balas San tak terima.
"Kok lu ngegas sih ? Berarti lu merasa jadi anggota salah satu curut itu dong ?" Yeosang hanya terkekeh pelan melihat dua pria bermarga Choi itu bertengkar.
Jongho hanya membalas perkataan San dengan nada sindiran. Sedangkan San yang tidak terima dengan sindiran tersebut pun langsung mengelak perkataan Jongho, dan begitu seterusnya. Mungkin hingga seorang Jung Wooyoung tidak lagi menjadi budak cintanya seorang Choi San, baru mereka akan berhenti.
"San, diam." San langsung menurut. Ia menutup mulutnya dan melipat tangannya diatas meja. Persis seperti seorang murid yang dipaksa diam oleh gurunya. Dasar, budak cinta !
Yeosang kembali terkekeh melihat tingkah San. Sepertinya, San sangat takut membuat Wooyoung marah.
"Yeo, gua serius. Lu gapapa ?" Yeosang mengangguk.
"Iya, gua gapapa. Emang kenapa ? Kan gua cuman akting." Sangkal Yeosang. Baiklah, menyangkal akan di masukan ke dalam hobi Yeosang mulai sekarang.
"Pingin banget gua tampar lu, Yeo. Tapi untungnya, gua masih punya rasa kasian sama lu."
"Udah, gua gapapa. Serius deh." Serius boong maksud gua, lanjutnya dalam hati.
"Fix, ini serius bohong. Lu pulang aja sana." Jongho mengangguk menyetujui prekataan Seonghwa. Ia melirik Somi yang tetap fokus pada layar ponselnya.
"Bawa mobil kan ?" Tanya Jongho pada Somi. Somi pun mengangguk sebagai jawaban.
"Yaudah, pulang sendiri ya ? Aku haus nganterin kak Yeosang, soalnya yang bawa dia ke sini kan aku." Somi hanya mengangguk sambil tersenyum tipis.
Somi mengecup cepat pipi Jongho, "Gua duluan ya." Kedelapan orang itu hanya mengangguk dan menyuruhnya hati hati saat di jalan.
"Kalau gitu gua sama kak Yeosang pergi juga." Jongho dan Yeosang pun mengambil ponsel mereka lalu leluar dari cafe tersebut.
"Jongho." Panggil Yeosang. "Boleh ga ?" Jongho menaikan sebelah alisnya bingung. "Boleh ga kalau ke rumah lo aja ?" Lanjut Yeosang.
"Kenapa kak ?" Jongho bingung. Bukannya kak Yeosang sakit dan harus pulang ke rumahnya ?
"Gua.." Yeosang menghela napasnya. "Gua ga berani pulang ke rumah sampai nanti sore. Bolehkan ?" Jongho tidak menjawab. Tangannya memberikan helm pada Yoesang.
"Ayo kak."
***
Yeosang menatap bingkai foto yang terpajang di dinding ruang tamu. Ia tersenyum tipis saat melihat foto Jongho yang sedan tersenyum lebar sambil memegang sebuah medali.
Yeosang terlonjak kaget saat sebuah kepala mendarat di bahunya. Yeosang menoleh, tubuhnya menegang seketika.
"Kenapa kak ?" Tanya Jongho santai. Tubuh Yeosang melemas seketika. Untung saja tangan kanan Jongho menahan tubuhnya.
Yeosang tidak bisa menjawab pertanyaan Jongho tadi. Otaknya sudah tidak dapat berpikir dengan baik. Sedangkan, jantungnya sudah ingin meledak karena berdetak terlalu cepat.
"Kak ?" Dari jaral sedekat ini pun Jongho nampak santai santai saja. Tuhan, tolong Yeosang sekarang. Ia ingin menangis saja.
Kakinya lemas, wajahnya memanas, kepalanya pusing tidak bisa mikirkan apa pun, dadanya sakit karena jantungnya berdetak terlalu cepat. Ayolah, siapa yang tidak tersiksa dengan keadaan seperti ini ?
Tiba tiba telapak tangan Jongho mendarat di dahi Yeosang. Jongho menaikan satu alisnya bingung.
"Lu demam kak ?" Yeosang menggeleng pelan. Kepalanya memang pusing, tapi itu efek keveradaan Jongho.
'SIAPA PUN SELAMATIN GUA !' teriak Yeosang dalam hati.
"Muka lu merah banget kak." Yeosang melepaskan dirinya dari Jongho dan langsung mendudukan diri di lantai. Telapak tangan Yeosang segera menutup wajahnya yang sudah merah sempurna.
"Lu kenapa sih kak ?" Tanya Jongho. Ia menarik paksa tangan Yeosang dari wajahnya.
"G-gua, g-gua gapapa." Yeosang menundukan wajahnya dalam dalam.
Jongho menarik dagu Yeosang agar dia dapat menatap mata Yeosang. Mau tak mau, Yeosang pun menatap mata Jongho.
Pasrah jika jantungnya berdetak semakin cepat. Intinya, seluruh badan Yeosang lemas karena seorang bernama Choi Jongho !
.
.
.
Tbcpendek :')
KAMU SEDANG MEMBACA
FROM ME TO YOU [JONGSANG] ✔
FanfictionIni hanya sebuah deretan kata yang membentuk sebuah kalimat dan ini ku tulis hanya untukmu. WARNING! • BxB • Yeo, bot • Jong, top • harsh words [25 Agustus - 29 September 2020]