Afran ngamuk.

14.9K 1.5K 105
                                    

Setelah selesai berbelanja di Matahari, kini saatnya Cia dan Afran untuk makan malam. Mereka berjalan beriringan dengan bungkusan besar dikedua tangan Afran.

"Gamau Cia aja yang bawain?" tanya Cia, karena sepertinya Afran sedikit kesulitan saat membawanya. Afran menggeleng ribut.

"Afan bawa bisa kok." ujarnya dengan bibir yang sedikit dimajukan. Dia tak mengenakan masker lagi, soalnya tali maskernya uda putus kayak hubungan doi.

Cia mengangguk saja, dia merangkul pinggang Afran agar pria itu senantiasa disebelahnya. Banyak yang memandang penuh kagum pada mereka, cuma ya sedikit sinis.

Apalagi saat melihat cara bicara Afran dan juga tingkahnya. Cia sendiri dengan berani membalas tatapan mereka dengan tatapan sinisnya.

"Afran mau makan apa?" tanya Cia.

"Terserah Cia."

Cia terdiam, biasanya ini kan jawaban para perempuan jika ditanya mau makan apa. Terus kenapa Cia ngerasain jawaban ini.

"Makan steak mau?"

"Ndak. Bunda Afan larang makan stik"

"Oh, makan bakso aja"

"Ayah larang makan bakso Afan."

Cia menghela napas kasar, susah nih.

"Terus Afan maunya makan apa?" tanya Cia masih bersabar. Afan merengut sebal kemudian menunjuk ke arah toko eskrim.

"Afan es krim mauuu" rajuknya sebal. Dia bahkan menghentakan kedua kakinya pelan, Cia menepuk pelan dahinya.

Allahu. Mau makan es krim ternyata.

"Yaudah. Yuk beli." Afran mengangguk semangat, dia berjalan terlebih dahulu sebelum Cia.

"Afran tung-"

Bruk!

Cia menahan napas sejenak saat melihat Afran menabrak seorang pria bertubuh 2 kali lebih besar daripada Afran. Sampai membuat Afran jatuh terduduk dengan belanjaan yang sudah berjatuhan.

"Afran! Ya Allah. Kamu gak papa? Ada yang sakit?" tanya Cia panik sembari membantu Afran berdiri.

Afran hanya meringis pelan saat merasa lututnya berdenyut. Untung saja tak berdarah. Cia meraih kupluk Afran yang jatuh lalu kembali memakaikannya.

"Kalau jalan tuh pake mata!" sentak pria berotot itu.

Cia menepuk pelan tangan Afran kemudian menatap pria berotot itu dingin.

"Jalan itu pakai kaki, otak yang menjadi pusat kontrolnya lah yang memberi perintah Om, percuma kalau ada mata tapi gak ada otak, gabisa jalan karena gak ada perintah dan kontrolernya" ujar Cia datar.

Pria tadi terdiam, merasa bego. Decakan kesal tercipta, tanpa basa-basi dia langsung berlalu pergi. Cia mendengus sinis, dia kemudian menggenggam erat tangan Afran.

Tangan yang satunya meraih belanjaannya tadi. "Ayo Afran." ujar Cia dingin dan menarik kuat tangan Afran agar berjalan mengikutinya.

Afran yang merasa jika ini salahnya lantas diam saja, apalagi ketika Cia terlihat sangat marah. Ucapannya tadi terdengar sangat dingin.

"Cia marah Afan sama?.." cicitnya takut.

Cia tak menjawab dan hanya diam saja, dia membawa Afran ke toko eskrim itu dan memesankan es krim untuk Afran.

Afran sendiri mulai takut, tubuhnya bergetar pelan karena rasa takut dari keterdiaman Cia. Pegangan tangannya mengerat seketika.

"Mbak, es krim coklat-"

Brugh!

Cia tersentak dan sontak menoleh, dia melihat Afran membanting tas belanja mereka tadi. Wajahnya memerah dengan hidung yang kempas-kempis emosi.

Matanya berkaca-kaca, dia menatap marah pada Cia. "Kamu kena-"

"CIA MARAH AFAN SAMA! CIA MARAH AFAN GAK SUKA!! CIA MARAH JANGAN!! CIA MARAH JANGAN HUAAAAAAAAAAAA!!..hiks..CIA MARAH JANGAAAAAN!! AFAN GAK SUKA!!" teriaknya marah sambil menarik-narik tangan Cia.

Cia shock, baru kali ini dia melihat Afran mengamuk seperti ini. Teriakan Afran seketika membuat mereka menjadi sorotan publik.

"Mbak, suaminya ditenangin dulu mbak." ujar mbak penjual es krim tadi.

Cia mengangguk, dia meletakan tas belanjanya lalu menenangkan Afran yang masih berteriak dan menangis kencang.

"Afran, Cia gak marah"

"BOHONG!! BUNDA BILANG DOSA BOHONG!!...hiks..CIA NERAKA MASUK MAU!?..hiks..HUAAAAAAAAAAAA CIA BOHONG!! AFAN GAK SUKA CIA! AFAN GAK SUKA CIAAAAA!!" teriaknya lagi.

"Kamu jangan teriak Afran"

"SUKA-SUKA AFAN- UHUK!! HUEEEK!!"

Cia berdecak sebal, ini alasannya melarang Afran berteriak. Untung saja dia tidak muntahkan. Cia berdiri sebentar lalu mengambil es krim pesanan tadi.

"Uangnya mbak, kembaliannya ambil"

Cia langsung berjongkok lagi dan menjejalkan es krim coklat itu ke mulut Afran. "Hump!!" Afran protes, tapi dia tetap menjilati es krimnya.

"Hiks..Afan es krim vanilla mau..hiks..Afan es krim coklat gak suka.." rajuknya dengan isakan kecil sembari memberikan es krim tadi.

Cia berdecak kemudian berdiri "Mbak, yang Vanilla 1" pesannya.

"Cia..hiks.."

"Apa?"

"Marah masih..hiks.."

"Enggak, Cia gak marah sama Afran."

Afran memeluk Cia dari belakang lalu mendusel dilehernya. "Afan teriak maaf..hiks..Afan nakal..hiks..maaf Cia.." lirihnya bersalah.

Cia mengangguk "Jangan ulangi lagi ya, orang pemarah nanti masuk neraka."

Afran mengangguk cepat, dia gamau masuk neraka. Kata Bunda Neraka mengerikan, api semua dan disiksa tanpa henti.

Afran gamau, pasti rasanya sangat sakit.

Setelah Es krim Afran selesai, keduanya memilih pulang saja, Cia akan membeli Mcd saja diperjalanan nanti.












































Tbc.

Sumpah ye, ini cerita gajelas banget😭. Pengen ku unpub aja rasanya😭😭. Apalagi sepi banget hiks.

My Idiot Husband [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang