Pulang kerumah.

9.2K 1.1K 51
                                    

Afran sangat amat bersemangat, pasalnya setelah 3 minggu berada dirumah sakit, hari ini Cia sudah boleh pulang kerumah karena keadannya yang sudah pulih.

"Cia, pulang ke bunda rumah kan?" tanya Afran antusias, Cia terkekeh pelan, dia sedang diberi suntikan vitamin oleh Dokter Rika.

"Jangan kelelahan dulu, istirahat minimal 2 hari dirumah ya dek Cia." ujar Dokter Rika.

Cia adalah adik temannya Rika, Licei yang tak lain adalah dokter juga dirumah sakit ini.

Cia mengangguk patuh,  Dokter Rika usianya sama seperti abangnya 35 Tahun. Punya 3 orang anak laki-laki dan dia seorang single parents.

Suaminya menghilang saat hendak kembali ke Indonesia, pesawatnya jatuh diperairan Jepang. Dan Dokter Cia sedang dekat dengan seorang pengusaha dari Jepang.

Setelah selesai menyuntikan obat, Rika keluar dari ruangan Cia. "Afran tadi bilang sesuatu?" tanya Cia lagi.

Afran merengut sebal. "Cia pulang ke bunda rumah kan?" tanya Afran lagi.

Cia menggeleng. "Cia pulang kerumah Cia lah. Emang Afran gamau pulang kerumah Cia lagi?" tanya Cia.

Afran menggeleng ribut, dia berjalan mendekati Cia lalu memeluk Cia erat, Afran mengusap-usap rambut Cia dan mengecupnya. "Rumah Cia, rumah Afan juga.." bisiknya merajuk.

Cia terkekeh, dia memeluk pinggang Afran erat dan mendusel didada Afran. Pinggang Afran ramping, bakalan enak nih digoyang nanti malam. Batin Cia.

Dada Afran juga tak keras, bakalan enak nih buat kissmark disana. Cia mendongak dan menatap lekat wajah Afran, dia meyentuh bibir Afran pelan.

Bibir Afran mungil dan merah, bakalan enak buat dicium nih. Batin Cia terus.

Afran heran sendiri, kenapa Cia meraba dadanya lalu beralih pada bibirnya. Perasaan aneh menghampiri Afran saat tangan lentik Cia meraba dada dan bibirnya.

Seperti ada yang berusaha meloncat keluar dari dadanya, dan perutnya yang serasa ada ribuan kupu-kupu terbang didalamnya.

Afza dan Chintia yang ada didekat sofa hanya memandang mereka datar,  apa-apaan sih mereka berlaku mesra didepan mereka berdua.

"Afza." panggil Chintia datar. Afza menoleh, dia merangkul lengan Tia dan mendusel pelan "Kenapa?" sahutnya.

Chintia melepas kasar tangan Afza, lalu menarik rambutnya kuat "Ayo kita nikah." desis Chintia penuh pemaksaan. Afza tak meringis kesakitan,  dia malah tersenyum lebar dengan mata yang berbinar cerah.

"Mau-mau, Afza mau nikah sama Tia~"

"Bagus." Tia menghempaskan jambakannya tadi, Afza menyentuh rambutnya, jantungnya berdegup kencang karena perlakuan Tia.

Senyum malu terbentuk, dia kemudian memeluk Tia erat "Sayang Tia banyak-banyak.." gumamnya gemas.

Tia mendesis jijik, apa-apaan pria masokis ini. "Awas kau!" Afza terkekeh pelan kemudian melepaskan pelukannya. Dia meraih tangan Tia dan meletakannya dirambut Afza.

"Jambak lagi dong." pintanya.

Tia mendelik, kemudian dia mengelus lembut rambut Afza. Biasanya orang akan senang jika diperlakukan seperti itu. Tapi tidak bagi Afza karena hal itu malah membuatnya sedih.

Bibirnya melengkung kebawah "Tia....jambak bukan dielus..." lirihnya sedih, dia gamau dielus,  maunya dijambak, ditendang dan dipukul aja.

Lebih nikmat. "Gila" desis Tia kemudian berjalan keluar. Malas meladeni kegilaan Afza yang ntah sampai kapan akan terus berlanjut.

Tia sudah mulai jenuh berlaku menjadi orang jahat. Kenyataannya Tia adalah femdom penuh kelembutan dan kasih sayang. Tapi bersama Afza dia dituntut untuk menjadi jahat.

Aduh,  ribet dah pokoknya.



































.
Tbc.

Syalalalal. Jangan lupa voment:b

My Idiot Husband [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang