T A M A T

22.3K 1.3K 117
                                    

Kedua tangan Afran bergetar kuat, matanya memandang tak percaya pada apa yang Dokter katakan dan Dokter lakukan pada Cia tadi.

"Maafkan kami, Pasien dan janin kembarnya tak bisa diselamatkan."

Afran menggeleng kuat, dia berjalan dengan linglung mendekati tubuh kaku Cia yang sudah ditutupi dengan kain putih. Dia berharap jika dia dateng pagi ini akan ada kabar gembira.

Setelah 3 bulan memejamkan matanya, Cia selamanya tak ingin membukanya. "Afran, kamu harus ikhlas." ujar Meo bergetar.

Dia tak percaya jika menantunya akan pergi secepat itu. Afran menggeleng kuat, dia mulai meronta tak terima dengan apa yang Meo katakan.

"ENGGAK!! CIA GAK MUNGKIN PERGI!! CIA BANGUN CIA!!" raungnya marah sekaligus terdengar hancur. Dia meronta, dia ingin mendekati Cia-nya, dia ingin.

"Bawa Afran pergi Meo, dia tak akan menerima semuanya." ujar Nara dengan nada kosong, dia tak bisa berbuat banyak karena menantunya dan kedua cucunya tak mau kembali.

Afran merontah semakin kuat "ENGGAK MAU! AFRAN ENGGAK MAU!! CIA BANGUN CIA!! CIA KAMU HARUS BANGUN!!" Raungnya menyayat hati.

Dia tak mau kehilangan Cia, apalagi kini Cia pergi bersama anak-anak mereka nantinya.

"Cia..hiks..CIA JAHAT!! CIA KALAU MAU MATI AJAK AFAN!! JANGAN SAMA BAYI-BAYI KITA! CIA JAHAT TINGGALIN SENDIRIII!! CIA!!"

Bangun kan Afran dari mimpi buruk ini, cepat!.

"Sabar Afran-"

"DIAM! AFAN ENGGAK MAU AYAH!!"

Meo tak mendengarnya, dia terus menggeret Afran menjauh, Afran terus memberontak tapi tenaga Meo besar juga ternyata.

"AYAH LEPASIN!!"

"AYAH!! AFAN BILANG LEPAS!!"

"AYAH!!!!"

PLAK!

Bunyi tamparan itu menggema, mengheningkan suasana. Afran lantas terhenyak, matanya terbuka dengan lebar, air mata tak tertahankan lagi bagaimana derasnya diwajah.

Dia memandang shock pelaku penamparan wajahnya.

"Ayah, unda suruh Evan ayah bangunin, unda bilang sahur mau Ayah. Bangun Ayah." ucapan lucu dari seorang balita berusia 2 tahun itu membuat Afran menoleh.

Seorang balita lucu, berpipi gembul, berambut pirang dengan mata coklat terangnya. Dia baru saja menampar Afran menggunakan tangan mungilnya.

Afran loading sebentar, dia lantas menghapus air matanya segera. "Evran, mana bunda?" tanya Afran setelah sedikit tenang. Dia tadi mimpi buruk.

Mimpi disaat Cia dinyatakan meninggal 4 tahun yang lalu, padahal saat itu Cia hanya henti jantung 30 detik. Tapi Dokter menyatakan jika Cia meninggal.

Nyatanya Cia berhasil selamat, dia bangun dan menjalani hari dengan bahagia bersama Afran. Dengan 2 bayi kembar sepasangnya.

Evran merentangkan tangannya pada Afran, pertanda minta digendong. Dengan senang hati Ayah muda itu menggendong anaknya. "Bunda kakak sama mana?" tanya Afran pada Evran.

Evran malah mendusel dileher sang ayah. "Gatau tuh Evan, tatak ama Unda di dapur ali" ujar bayi lucu itu.

Afran terkekeh geli, dia tak tau harus bahagia atau sedih, karena keterbatasan Afran dalam berbicara tak terbalik selama ini. Membuat Evran jadi mengikutinya.

Bayi itu pintar, hanya saja dia suka bicara terbalik meniru Afran. Dia menduselkan pipinya ke pipi gembul Evran.

"Evan sahur juga mau?" tanya Afran lembut.

Evran menggeleng. "Evan mau unda unya susu." celetuk bayi montoks itu.

Afran mengangguk, Ayahmu juga mau nak. Bukan dirimu satja.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
Afran duduk dikursi meja makan dengan tenang, Cia dan Vlacisya-putri yang menjadi kakak kembarnya Evran. Keduanya sudah menunggu disana terlebih dahulu.

"Evran disuruh bangunin Ayah, lama." celetuk Cisya kesal, dia sudah sangat lapar tapi kenapa Evran lama sekali membangunkan ayah mereka.

Evran mendelik. "Kenapa kakak enggak aja yang bangunin Ayah!" balasnya kesal. Bibirnya nengerucut lucu.

Cisya mendelik "Ngelawan kamu!?" garangnya. Evran tersentak, dia menggeleng takut dan meringsek bersembunyi dibalik tubuh ayahnya.

"Aci, marah-marah jangan." tegur Afran lembut. Cisya mendelik sebal, dia memilih untuk duduk disebelah bundanya ketimbang Ayahnya.

"Udah, sekarang kamu makan ya Afran. Takut keburu imsak." ujar Cia lembut.

Afran mengangguk patuh, setelah Cia memberikan piring berisi lauk dan nasi, Afran langsung memakannya dengan tenang. Evran dan Cisya memakan makanan mereka sendiri.

Dua krucil itu gak ikutan puasa, cuma kebangun aja karena Cia berisik banget didapur. "Cia."

"Iya sayang?"

Afran menatap lekat wajah Cia, gadisnya, wanitanya yang hampir pergi meninggal dan pergi meninggalkannya sendirian.

"Afan sayang Cia, selamanya." ujarnya lembut.

Cia terpekur, sosweet sekali sih Afran setelah punya anak. "Aku juga sayang kamu Afran. Selamanya" balas Cia lembut.

Afran tersenyum malu, kemudian tawa manisnya terbentuk. Mau tak mau menular dan membuat Cia juga turut tertawa.

"Tawa-tawa apasih, lucu ada yang enggak." cibir Evran sebal.

"Evran, mulutnya jaga atau mau kakak jejelin cabe rawit!?"

"Dih! Jahat Kakak Aci. Sayang Evan enggak!"

Afran tak pernah mengira, jika dia akan diberikan hidup bahagia dan memiliki 2 anak yang lucu dan sangat dia sayangi.

Tapi, bisakah Afran egois dan berdoa semoga Cia dan kedua anaknya tak akan meninggalkannya.

Meninggalkan seorang pria dengan iq dibawah 50, pria yang tak bisa diandalkan sama sekali. Tapi Afran yakin, jika apapun yang sudah menjadi miliknya.

Akan selamanya seperti itu.





















































My Idiot Husband.

Selesai❤

Haloha kalian semua, masih puasa kan? Hehehe happy ending kan merekaaaaaaaaaaa.

Makasih untuk semua yang udah dukung cerita ini agar terus berjalan. Hehehe btw ya semuanya, aku mau buat book khusu ramadhan.

Cerita klise sih, isinya cuma para karakter dari semua cerita aku bakalan jadi satu gitu.

Tapi ini gak ada sangkut pautnya sama cerita asli mereka, kalau kalian mau teh silahkan berikan komenan kalian~

Btw, adakah yang mau kalian sampaikan padaku ini?

My Idiot Husband [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang